EXT. INT. MOBIL - DAY
Fano terus memantau lokasi GPS ponsel Wildan.
JANU
Lebih cepak, Pak.
Pak Arifin menginjak pedal gas lebih dalam lagi.
FANO
Hotel lo kan? mereka masuk lift.
JANU
(cemas, mual)
Atap gedung. Dia pasti bawa Misha ke atap gedung.
Janu mengeluarkan obat antidepresan dari dalam tasnya, mengeluarkan dua butir sekaligus dan meneguk air dari botol mineral.
Mobil memasuki parkir basement, kemudian berhenti di area parkir khusus.
Telepon Janu berbunyi, ia mengangkatnya.
JANU
Halo?
EXT. ATAP HOTEL - SAME TIME
Wildan mengalungkan pisau di leher Misha. Ia mendorongnya untuk keluar dari lift dan menuju tangga darurat menuju atap hotel.
Wildan menempelkan ponselnya pada Misha.
MISHA
Jangan kesini, Janu! Jangan!
INTERCUT - PERCAKAPAN TELEPON
JANU
Misha!
Wildan mengambil alih ponsel.
WILDAN
Urusan sama cewek itu emang bikin repot yah.
Gue suruh bilang apa malah bilang apa.
Wildan menekan pisau dileher Misha. Misha merintih kesakitan.
JANU
Lo dimana bangsat!
WILDAN
(tertawa keras)
Atap hotel Satya Graha.
CUT TO :
EXT./INT. ATAP HOTEL - DAY
Sat Brimob sudah siap di tangga darurat. Mereka memasang alat penyadap pada tubuh Janu, kemudian mengenakan rompi anti peluru.
ANGGOTA BRIMOB
Setelah sandera dalam kondisi aman,
beri kami kata sandi untuk menyergap.
JANU
Buaya.
ANGGOTA BRIMOB
Baik, kata sandi "Buaya". Coba tes alat penyadap.
JANU
Tes, satu dua.
Anggota Brimob lainnya mengacungkan ibu jari, tanda oke.
ANGGOTA BRIMOB
Oke. Siap?
JANU
Siap.
Janu menarik nafas panjang dan mempersiapkan diri. Kemudian, perlahan Janu keluar dari pintu bertanda "EXIT". Sementara sat brimob segera siaga di depan pintu yang sama.
Misha berdiri di tepi atap, Wildan tepat dibelakangnya masih mengalungkan pisau di leher Misha.
Janu berjalan pelan tanpa gegabah.
Wildan menyeringai dengan penuh semangat melihat Janu datang sendiri.
WILDAN
(tertawa)
Ternyata punya nyali juga dia.
JANU
Lepaskan Misha.
WILDAN
Lo nggak penasaran, kenapa gue ngelakuin ini?
Janu memilih untuk tidak menjawab.
WILDAN (CONT'D)
Stop! Lo diam disitu! atau gue dorong dia kebawah!
JANU
(menghentikan langkahnya)
Kenapa? Kenapa lo dendam sama gue?
Wildan kembali tertawa, kali ini lebih kencang.
WILDAN
Audrey nama adek gue. Lo apain dia berengsek?!
JANU
(menggelang)
Gue nggak kenal Audrey.
Wildan emosi mendengar jawaban Janu hingga tangannya menekan pisau. Misha merintih kesakitan, pisau itu sedikit menyayat kulitnya. Wildan mundur selangkah ke tepian atap.
WILDAN
(terbahak)
Jawaban klise fakboy sejati!
Tangan Janu terjulur kedepan dengan tubuh direndahkan.
JANU
Please, lepasin Misha. Gue bakal lakuin semua mau lo.
Janu mengangkat tangannya ke udara, menyerah.
JANU (CONT'D)
Please, gue yang salah... gue yang
berengsek mempermainkan cewek.
Bukan salah Audrey, bukan juga Misha.
Wildan luluh, ia mendorong Misha maju, tangan kirinya merangkulkan pisau di leher. Sedang tangan kanannya kini mengeluarkan pisau lainnya dari belakang punggungnya. Pisau itu ia hadangkan ke Janu.
Mereka bertiga perlahan berjalan saling mendekat.
Begitu mereka saling berhadapan, Wildan menempelkan pisau di jantung Janu.
Tapi Wildan belum melepas Misha, matanya terlihat meragu dan Janu menyadarinya.
JANU
Plese, lepasin Misha. Gue yang "Buaya"!
Tepat ketika Janu meneriakkan kata sandi, tangan kanan Janu mencengkeram tangan Wildan membuat Misha berhasil melepaskan diri. Sedangkan tangan kirinya menonjok tenggorokan Wildan. Lalu, kaki kanan Janu menyapu kaki kanan Wildan sontak membuat tubuh Wildan terjatuh. Janu segera mengunci leher dan lengan Wildan.
Pada waktu yang bersamaan Janu membebaskan Misha dan melumpuhkan Wildan, sat brimob masuk untuk melakukan tindakan penyelamatan sandera. Misha pun berhasil diamankan. Sementara anggota lainnya menodongkan pistol ke arah penyandera.
CUT TO :
EXT./INT. DROP OFF HOTEL - DAY
Sat brimob menggelandang Wildan dengan tangan terborgol, masuk kedalam SUV brimob yang terparkir di pintu masuk hotel.
Tepat dibelakangnya, mobil ambulance. Dimas mengobati sayatan pada leher Misha. Sementara tenaga medis lainnya mengecek kondisi Janu.
Fano dan Pak Arifin baru saja selesai memberi keterangan tambahan pada sat Brimob. Ketika rombongan sat brimob berjalan meninggalkan lokasi, Fano segera mengampiri Misha dan Janu. Sementara pak Arifin menerima telepon.
JANU
Makasi, bro.
Fano
Gue ngelakuin bukan buat lo...
tapi buat orang yang gue sayang.
Sontak Misha menatap Fano, saling bertatapan. Sementara rahang Janu mengeras menatap keduanya. Dimas yang sudah selesai mengobati, rikuh berdiri diantara cinta segitiga mereka.
FANO (CONT'D)
Tapi ada cinta dan pengorbanan yang jauh
lebih besar... gue nggak punya
pilihan selain merelakan.
Mata Fano menatap tajam mata Janu.
MISHA
Makasi Fano, jangan capek yah
selalu gue repotin.
Tangan Fano mengucek lembut rambut Misha.
Jemari Janu menyusup masuk ke dalam jemari Misha, menggenggam erat.
CUT TO :
INT. EXECUTIVE LOUNGE - DAY
Misha duduk di salah satu sofa. Ia asik membaca buku ditangannya, "Kumpulan Quote Maya Angelou". Sesekali matanya terlepas dari buku dan memandang ke arah tarmac.
Sementara Janu memutari buffet dengan piring di tangannya. Lalu menghampiri Misha, menyodorkan segelas jus. Misha menerimanya sembari tersenyum.
Janu mengusap rambut Misha dan mencium kepalanya, sebelum duduk di sofa.
JANU
Ada bakso, pasta, fishball noodle di
live cooking station. Kamu mau aku ambilin apa?
MISHA
Nanti aku aja yang kesana, kamu mau apa?
JANU
(mata Janu menunjuk piring di meja)
Aku ini aja udah kenyang.
Tangan Janu mengenggam tangan Misha.
JANU
Maaf yah, kita jadi harus nyusul
Daddy Mommy ke UK, sekalian ada
acara yang harus aku hadiri.
Pak Arifin keluar dari working pods dengan tas laptop dan secangkir kopi, menghampiri Janu.
PAK ARIFIN
Mr. Neil mengadakan gala dinner setelah business forum.
JANU
Untung sekarang udah punya calon istri
buat dibawa-bawa ke gala dinner.
Jadi nggak ada pertanyaan mana calonnya.
MISHA
Pertanyaan berikutnya, kapan nikah?
JANU
(senyum menggoda)
Secepatnya.
Tiba-tiba mata Janu tertuju pada buku ditangan Misha.
JANU (CONT'D)
Sayang, kamu bukannya mulai cari-cari vendor.
Baca buku apa sih itu?
MISHA
(tertawa)
Ini buku quote Maya Angelou bagus banget!
Bentar yah, dikit lagi beres kok.
Janu mulai makan.
JANU
Oo really.. coba bacain..
MISHA
Prasangka adalah
sebuah beban yang mengganggu di masa lalu,
mengancam di masa depan, dan
tidak dapat dijangkau di masa sekarang.
Janu mengangguk menyetujui Misha sembari mengunyah makanan, sementara Misha membacakan quote lainnya untuk Janu. Jemari Misha menyapu rempah makanan yang tersisa di ujung bibir Janu.
Pak Arifin meneguk kopi hitamnya, memandang romantisme keduanya dengan senyum mengambang.
THE END