INT. ICU VIP 01 - DAY
Kali ini, matahari tampak lebih cerah bagi Janu. Tubuhnya bahkan dimiringkan ke arah ranjang Misha, agar ia leluasa melihat wajah misha yang tersorot semburat matahari pagi.
Misha terlihat jengah dengan tatapan Janu yang meneror. Akhirnya ia membalas tatapan Janu dengan tajam. Tapi tatapan Janu pada Misha terlalu mengintimidasi.
MISHA
Otot leher lo nggak kram?
Dari Semalem nggak berubah posisi.
Gue aja capek.
JANU
Makanya noleh sini dong.
Misha membuang pandangan ke arah kiri lagi, berlawanan dengan tatapan Janu.
JANU (CONT'D)
Akhirnya kita melewatkan malam, seranjang berdua.
MISHA
Se itu artinya satu, ini dua.
Lo nggak lihat ini dua ranjang?
JANU
Ini dihitungnya seranjang,
cuma kepisah jarak dikit.
Gitu aja protes.
Fano mengetuk pintu dan masuk ke dalam ruangan dengan bucket mawar merah di tangannya.
Janu dan Misha menoleh menyambut Fano.
MISHA
Mawar merah...makasiii Fanooo..
Fano tersenyum dan menyerahkan bucket bunga itu pada Misha.
JANU
(mencibir)
Cuma se-bucket doang. Ntar gue kasih
lo mawar merah seranjang penuh,
selantai-lantainya gue taburin mawar.
Misha menahan tawa lalu menggeleng pada Fano, meminta untuk mengabaikan ucapan Janu.
FANO
Pada kemana?
MISHA
Ibu dan Ayah lagi kebawah cari sarapan.
Pak Arifin tadi pagi pamit pulang.
Kak Dimas lanjut jadwal jaga.
Seorang perawat laki-laki masuk kedalam kamar mendorong kursi roda. Ia menatap sekilas pada Janu.
PERAWAT (WILDAN)
Selamat pagi.
Perawat segera menghampiri ranjang Misha, memeriksa tekanan darah Misha.
PERAWAT (WILDAN)
Kondisi sudah membaik yah, tinggal
selang infus yang belum dilepas.
Sekarang sudah bisa dipindahkan
ke ruang rawat inap.
Perawat membantu Misha duduk lebih tegap, menurunkan kakinya dari ranjang.
Fano dengan sigap membantu Misha duduk di kursi roda.
JANU
Nurse, harus sekarang?
PERAWAT (WILDAN)
Ruang ICU penuh antrian. Pasien dengan
kondisi membaik sudah harus dipindah.
JANU
(turun dari tempat tidur)
Tapi belum ada visit dokter.
PERAWAT (WILDAN)
Saya bekerja atas perintah dokter.
MISHA
Mungkin memang begitu prosedurnya, kita ikut aja.
Banyak yang membutuhkan ruangan ini sedangkan
kita sudah sangat membaik. Ke ruang apa, Nurse?
PERAWAT (WILDAN)
Diamond 432.
FANO
Biar saya bantu.
Fano mengambil alih pegangan kursi roda sehingga perawat bisa fokus pada tiang infus Misha. Mereka beranjak dari ruangan.
Janu terlihat kesal. Ia berjalan pelan ke lemari, menyeret tiang infus. Janu mengeluarkan tas dan mencari ponsel yang masih di non-aktifkan.
Ayah Ibu datang bersamaan dengan dokter anestesi, terkejut melihat ranjang Misha kosong. Sementara Janu duduk di lantai dekat lemari.
Ayah segera memapah Janu duduk di sofa.
DOKTER ANESTESI
Misha di kamar mandi?
JANU
Bukannya dokter yang memberi izin
Misha dipindah ke ruang rawat inap?
DOKTER ANESTESI
saya belum mengajukan SPO transfer pasien.
Fano tergopoh-gopoh lari masuk ke dalam ruangan, nafasnya tersengal-sengal.
FANO
Misha nggak ada di ruangan Diamond 432!
Sontak Janu berdiri dari sofa. Ayah dan Ibu mulai khawatir.
FANO (CONT'D)
Tadi dia minta gue ke bagian admin,
nyerahin kertas. Dan pas gue susul ke
kamar yang dia sebut, Misha nggak ada.
DOKTER ANESTESI
Ada yang tidak beres, perawat tidak mungkin
transfer pasien tanpa ada SPO.
Saya berani jamin, dia bukan
bagian dari Rumah Sakit ini.
Tangan Janu mengepal, memukul angin dengan amarah.
CUT TO:
INT. ICU VIP 04 - DAY
Kursi roda itu tepat di samping ranjang Audrey. Misha duduk diatasnya tanpa sepatah kata. Ia terkejut mendapati gadis yang berhasil diselamatkannya di JPO, ternyata terbaring koma. Misha juga ketakutan, sebuah pisau kecil menempel di lehernya.
WILDAN
Lo tau siapa dia?
MISHA
Nggak tau.
WILDAN
Dia adik perempuan gue yang
mengorbankan hidupnya demi cinta.
Tubuh Misha mulai bergetar, ia baru saja menyadari. Misha menelan ludah yang tercekat.
MISHA (V.O.)
Selama ini gue hanya melihat ingatan
dari sisi gadis ini,dan semalam
gue melihat ingatan dalam bentuk utuh,
dari sisi Janu. Pria yang dicintainya
seumur hidup adalah Janu.
WILDAN
Lo tau cowok berengsek yang
menyia-nyiakan cintanya?
MISHA
Nggak tau.
WILDAN
(tertawa)
Itu sebabnya gue butuh lo.
Janu Satya Permana harus tau
gimana sakitnya memperjuangkan cinta!
Wildan mencabut infus Misha.
Misha mengaduh.
Wildan menyambar jaket merah di sofa dan melemparkannya pada Misha.
WILDAN (CONT'D)
(menyeringai)
Cepat pakai! gue mau ajak lo jalan-jalan.
CUT TO:
INT. RUANG KONTROL KEAMANAN RS - DAY
Monitor besar menampilkan puluhan kamera CCTV. Fano segera mengambil alih tugas operator.
Ibu mencengkeram lengan Ayah. Sementara Janu dan Dimas berdiri di samping kanan kiri Fano, fokus menatap layar.
Pak Arifin di pojok ruangan sibuk menghubungi beberapa pihak yang bisa membantu.
FANO
Ini pas gue ke bagian admin. Terus kemana nih!
Mereka menelusur satu per satu layar.
DIMAS
(menunjuk salah satu layar)
Stop! Zoom!
INSERT : MONITOR CCTV
Kursi roda Misha didorong orang berpakaian perawat masuk ke ruang ICU 04. Selang beberapa menit, dua orang keluar dengan pakaian yang berbeda. Salah satunya berjaket merah, tanpa infus dan kursi roda namun jalannya tertatih. Seorang yang disampingnya, merangkul.
BACK TO SCENE
Janu menggebrak meja meluapkan emosinya.
Dimas melakukan panggilan telepon, mengaktifkan speker-nya.
DIMAS
Dok, maaf mengganggu.
DOKTER ANESTESI (v.O)
Gimana CCTV? Misha ketemu?
DIMAS
Misha sempat dibawa ke ruang ICU 04,
lalu keluar lagi.
DOKTER ANESTESI (V.O)
Pasien perempuan, koma. Info dari keluarganya,
dua kali percobaan bunuh diri. Indikasi
stress berat tapi juga ada faktor genetik.
DIMAS
Keluarga yang menunggu laki-laki, Dok?
DOKTER ANESTESI (V.O)
Betul, kakak laki-lakinya yang menunggu.
DIMAS
Baik, terima kasih Dok.
Dimas menutup telepon.
JANU
(geram)
Apa hubungannya sama Misha?
Kenapa dia menculik Misha.
AYAH
Kita melewatkan satu fakta, Janu.
Misha terjebak dalam ingatan gadis yang ditolongnya
dan ternyata gadis itu mencintai kamu.
DIMAS
Dan, mungkin pasien koma ini adalah gadis itu?
AYAH
Bisa jadi, waktu itu kamu cerita ada
pasien yang kamu tangani di IGD karena
percobaan bunuh diri. Misha juga
bercerita hal yang sama.
Janu menyeka rambutnya dengan kedua tangan, ia berusaha mencerna.
FANO
(tiba-tiba berteriak)
Binggo!
Serta-merta semuanya kembali fokus pada layar.
FANO (CONT'D)
Misha sudah keluar gedung,
SUV hitam plat B 1113 TS!
CUT TO :
EXT./INT. MOBIL - DAY
Kedua tangan Misha terikat tali tambang, ia duduk ketakutan setengah mati. Sebuah boneka elmo didudukan di pangkuan Misha.
Wildan menyetir di sampingnya dengan sesekali menempelkan pisau pada perut Misha.
Mobil memasuki parkir basement sebuah hotel, tangan Wildan keluar jendela mengambil tiket parkir.
WILDAN
Kita sudah sampai Audrey kecil.
Wildan bicara pada boneka elmo di pangkuan Misha.
WILDAN (CONT'D)
Lo tau kenapa hotel Satya Graha?
MISHA
Nggak tau.
Wildan memarkir mobilnya.
WILDAN
Biar kematian Janu semakin ironis.
Pemilik sekaligus putra tunggal Grup
Permana Agung ditemukan bunuh diri
terjun dari hotel miliknya sendiri.
MISHA
Apa yang buat lo yakin dia bakal dateng?
WILDAN
Oke, kita buktikan.
Wildan mengambil ponselnya dan melakukan panggilan telepon.
WILDAN
Halo, Janu Satya Permana.
EXT./INT. MOBIL - SAME TIME
Janu duduk di dalam mobil, menanti telepon.
Sementara Pak Arifin di belakang kemudi telah menghidupkan mesin sejak tadi.
JANU
Halo, siapa ini?
Fano disamping Janu, mulai mengutak-atik laptopnya dengan gesit.
INTERCUT - PERCAKAPAN TELEPON
WILDAN
Perlu gitu, kita berbasa-basi kenalan dulu?
Wildan menarik rambut Misha, ia berteriak kesakitan.
JANU
Bangsat!!! Lepasin Misha!!!
WILDAN
Sorry... gue sebenernya nggak suka
menyakiti perempuan. Tapi Misha nggak
percaya lo bakal dateng. Jadi gue
terpaksa melakukan sedikit pembuktian
JANU
Lo dimana!!!
Fano mengacungkan jempol, ia sudah berhasil meretas ponsel Wildan dan melacak lokasi GPS.
WILDAN
Sabar... gue masih pengen berduaan
sama cewek lo. Bye!
Wildan menutup telepon.
CUT TO: