EXT./INT. MOBIL - DAY
Ayah menginjak pedal rem tepat di gerbang rumah, membunyikan klakson sekali. Ibu yang sudah siap menunggu di teras segera berlari ke arah pagar dengan satu tas besar di tangannya.
Ibu memasang gembok dan mengunci pagar. Lalu, ia masuk ke dalam mobil dengan tas besar di pangkuannya.
AYAH
Bu, itu kuncinya masih nempel di gembok.
Ibu segera turun, ia meletakkan tas besar di samping kakinya dan menarik kunci dari gembok. Lalu ia masuk kedalam mobil.
Ayah menunjuk tas didepan pagar.
AYAH
Bu, itu tasnya mau ditinggal?
IBU
Ya ampuunnnn!
Ibu kembali turun dan mengambil tas besar itu. Lalu, ia kembali masuk ke dalam mobil.
IBU
Ayo cepat, Ayah!
AYAH
Ayo kemana ini?
IBU
Kan Ibu udah bilang tadi ditelpon,
Misha pingsan. Ayo!
Ayah mulai menginjak pedal gas dan mobil pun beranjak perlahan.
AYAH
Iya, tapi kita kemana sekarang?
Misha dimana?
IBU
Di Permana Agung, kantornya.
AYAH
Masa masih di kantornya, Permana
Hospital mungkin kan punya rumkit juga.
IBU
Nah itu maksud Ibu, ayo cepat Ayah!
CUT TO :
INT. IGD - DAY
Seorang dokter spesialis jantung (kardiolog) keluar dari ruang resusitasi untuk menemui Janu yang sudah didampingi Direktur RS Permana Hospital. Sementara Pak Arifin dan Fano, berdiri di dekat keduanya.
KARDIOLOG
Keluarga pasien?
JANU
Saya, calon suaminya.
Pernyataan Janu sontak membuat Fano, Pak Arifin dan juga Direktur RS menatap Janu.
JANU (CONT'D)
Orang tua sedang menuju kemari.
KARDIOLOG
Baik. Tanda-tanda vital pasien
sudah stabil. Tapi belum ada respon.
Jadi kami perlu melakukan
beberapa tindakan lanjutan.
JANU
Baik, Dok. Tolong lakukan yang terbaik.
DIREKTUR RS
(menyela)
Beliau CEO Permana Agung.
KARDIOLOG
(menunduk hormat)
Kami akan lakukan yang terbaik untuk
calon istri. Semoga tidak ada yang harus
dikhawatirkan. Ada riwayat penyakit
atau alergi obat tertentu?
Janu tampak kebingungan.
FANO
Riwayat penyakit nggak ada, Dok.
Tapi ada alergi obat antibiotik.
Dimas keluar dari ruangan resusitasi dan bergabung bersama mereka.
KARDIOLOG
Golongan penisilin, sulfa atau?
DIMAS
Sefalosporin, Dok. Adik saya
alergi antibiotik sefalosporin.
KARDIOLOG
(menepuk bahu Dimas)
Pantes tadi kamu tegang sekali,
tidak seperti biasanya.
Dimas mengangguk.
DIMAS
Maaf, Dok.
KARDIOLOG
Saya baru tahu, kamu calon kakak
ipar pemilik Rumah sakit.
Dimas mengernyitkan kening, bergantian menatap Janu dan juga Pak Arifin. Dua wajah baru yang tampak asing.
CUT TO :
INT. ICU VIP 01 - DAY
Misha terbaring dengan beberapa selang yang terhubung dengan peralatan medis. Monitor di samping tempat tidur menampilkan grafik kinerja organ vital. Ibu duduk di samping tempat tidur menggenggam tangan Misha, sementara tangan lainnya mengusap lembut kening Misha.
Ayah, Janu dan Dimas duduk di sofa, sementara Pak Arifin dan Fano berada diluar kamar.
Ayah masih menggenggam tangan Janu.
AYAH
Begitulah kondisi istimewa Misha dan
saat ini, hanya kamu yang bisa menolongnya.
Wajah Janu tampak shock dengan penjelasan Ayah Misha, ia masih mencerna semua hal yang tampaknya tidak masuk akal. Janu menarik pelan tangannya dari genggaman Ayah, meragu. Ia menunduk dalam.
Dimas yang disamping Ayah terlihat kecewa.
AYAH (CONT'D)
Roller coaster di Fantasy Island... England.
Serta merta Janu mengangkat kepalanya dan menatap mata Ayah.
AYAH (CONT'D)
Kamu ada di atas sana, ketika
roller coaster itu rusak. Trauma
penyebab akrofobia-mu.
Mulut Janu terbuka lebar sesaat, lalu tangannya terkepal menutup mulut. Ia tertawa kecil, terdengar miris.
JANU
Itu benar... jadi semua ini
juga bukan omong kosong?
Ayah menggeleng, sementara Dimas menarik nafas lega.
AYAH
Saya tahu kamu pasti butuh waktu untuk
berpikir, tapi kondisi Misha tidak
bisa menunggu lama dan hanya
kamu yang bisa menolong Misha.
JANU
Apapun resikonya untuk mengembalikan
kesadaran Misha, saya siap.
Sontak Ayah memeluk Janu. Dimas mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan.
CUT TO:
INT. RUANG CEO - DAY
Janu duduk di mejanya, mempelajari berkas ditangannya. Pak Arifin duduk di sofa, sedangkan kedua finance duduk di depan meja Janu.
Tangan Janu membuka laci. Ia mengambil obat antidepresan. Namun, Janu mengurungkan niat untuk minum obat. Lalu meletakkan lagi didalam laci.
JANU
Pilar utama kita di segmen infrastruktur
dan bangunan yang menyumbangkan 64,78%
terhadap pendapatan grup. Tapi
justru disini kita menghadapi
masalah cash flow yang berat.
FINANCE #1
Beberapa job owner menggunakan pola
matching deposit guarantee scheme.
JANU
(menggeleng kesal)
Diberikan DP tapi ditempatkan sebagai
jaminan, sama aja kita nggak di DP!
FINANCE #2
Selain itu kita juga mengalami
kerugian exchange rate losses.
JANU
Oke, kita lakukan solusi pembiayaan inovatif
pada supply chain financing. Jadi kita
cukup mengakui invoice dari mereka
dan pembayaran di bank yang kita tunjuk.
Finance #1 dan finance #2 mengangguk menyetujui.
JANU (CONT'D)
Untuk exchange rate losses, kita mulai
mencari pendanaan dari bank asing,
Jepang atau Eropa.
FINANCE #1
Baik, Pak.
JANU
Jika tidak ada permasalahan
lainnya, rapat saya tutup.
Kedua finance mengangguk dan segera undur diri.
JANU (CONT'D)
Perjalanan bisnis Komisaris Utama sampai kapan?
PAK ARIFIN
Minggu depan, Pak.
Janu membuka laci mejanya dan mengeluarkan amplop coklat.
JANU
Pak Arifin, tolong kosongkan jadwal
saya untuk 3 hari kedepan.
Saya ada kepentingan mendesak di Rumah Sakit.
PAK ARIFIN
Baik, Pak.
JANU
Perihal ini tidak perlu diketahui siapa pun,
termasuk kedua orang tua saya.
PAK ARIFIN
Baik, Pak.
Janu menyodorkan map coklat tersegel.
JANU
Surat pernyataan diri saya.
Pak Arifin terdiam dan tidak paham.
JANU (CONT'D)
Jika terjadi sesuatu pada saya,
pihak-pihak yang tersebut dalam
surat pernyataan tidak dapat
digugat atas dasar apapun.
Sontak wajah Pak Arifin tegang dan ketakutan.
JANU (CONT'D)
Termasuk Pak Arifin.
CUT TO :
INT. ICU VIP 01 - DAY
Sebuah tempat tidur elektrik sudah disiapkan disamping misha terbaring. Janu sudah mengenakan baju pasien, ia berdiri di samping Misha.
Tangan Janu mengusap pelan rambut Misha, lalu berbisik lembut tepat di kupingnya.
JANU
Tunggu ya, gue jemput lo.
Pak Arifin dan Ayah terlihat tegang. Ayah menepuk-nepuk lengan Janu.
AYAH
Terima kasih, Janu.
Janu mengangguk dengan sungguh-sungguh, lalu beranjak dan membaringkan diri di atas tempat tidur.
Dokter anestesi dan Dimas memasang infus di lengan Janu.
DOKTER ANESTESI
Terakhir minum obat antidepresan?
JANU
Sekitar seminggu yang lalu.
DOKTER ANESTESI
Hasil pemeriksaan medis, semuanya bagus.
Janu mengangguk, terlihat santai.
Dokter anestesi memasukkan obat bius ke pembuluh darah vena lewat jalur infus di lengan Janu. Kemudian, Dimas menyerahkan obat pelemas otot pada dokter anestesi.
JANU
Agak pusing yah, Dok?
DOKTER ANESTESI
Tadi pagi, sarapan apa?
JANU
Mmmm...apa yah...
Janu mulai lemas, kelopak matanya perlahan menutup.
Dokter memasukkan selang pernapasan ke dalam mulut Janu, lalu menghubungkan selang itu pada alat ventilator. Ia pun segera mengecek tanda-tanda vital Janu pada layar monitor.
DOKTER ANESTESI
Semua tanda vital dalam kondisi stabil.
Pak Arifin dan Ayah terlihat lega.
CUT TO :
INT. LORONG ICU - DAY
Ibu duduk menunggu di luar ruang ICU ditemani Fano. Raut wajah keduanya terlihat cemas.
Fano memejamkan mata namun dengan rahang mengeras. Ibu memperhatikan raut wajah Fano.
IBU
Ibu paham, Fano menyayangi Misha
lebih dari sekedar sahabat.
Sontak Fano membuka mata.
IBU (CONT'D)
Naluri seorang Ibu...
FANO
Belum pernah saya merasa selemah ini,
tidak bisa melakukan apapun untuk Misha.
Ibu menyimak dengan wajah iba.
FANO (CONT'D)
Tapi ironisnya, merelakan Misha untuk Janu
justru hal terbaik yang bisa saya lakukan.
Apalagi, setelah semua pengorbanan Janu untuk Misha.
IBU
Ibu sudah menganggap Fano seperti
anak sendiri dan Misha akan selalu
membutuhkan Fano tapi dalam cara yang berbeda.
Fano mengangguk, lalu menarik nafas panjang dan tersenyum.
CUT TO :