INT. IGD - NIGHT
Selang kanul telah terpasang untuk membantu Audrey mendapatkan oksigen, di samping ranjang pun terdapat layar yang memonitor organ vital.
WILDAN
Bagaimana kondisinya, Dok?
DIMAS
Indikasi pasien mengalami kekurangan
oksigen sehingga menyebabkan koma.
Wildan terlihat cemas.
DIMAS (CON'T)
Sekarang kondisinya belum stabil,
akan kami pantau 24 jam.
WILDAN
Baik, Dok. Terima kasih.
Dimas meninggalkan Wildan di ruang resusitasi.
Wildan duduk lunglai di samping ranjang Audrey. Kemudian tangannya meraih ponsel dari dalam jaket merah yang dikenakan. Ia melakukan sebuah panggilan telepon.
WILDAN
Halo, saya butuh informasi tentang
orang bernama Janu Satya Permana.
CUT TO :
INT. KANTOR - DAY
Misha sedang sibuk merekap data saat Savitri datang ke mejanya dan membanting berkas dengan kasar hingga Misha terperangah.
SAVITRI
Gue nggak nyangka, lo tuh selicik itu.
MISHA
Maksud lo?
SAVITRI
(mendengus kasar)
Ternyata, lo bahkan udah lebih dulu tau
daripada mbak Gadis yang notabene
seorang kepala divisi.
Beberapa karyawan dan karyawati mulai mendekat, mecuri dengar.
MISHA
Tau tentang apa sih? Lo ngomongin apa?
SAVITRI
And somehow, lo bisa kenal akrab sama
pak Janu. Bahkan sebelum beliau mulai
ngantor. Hebat banget nggak sih,
seorang kepaladivisi aja belum
pernah liat wujudnya Pak Janu.
Misha hanya menggeleng dan menarik nafas mendengar semua kekonyolan.
Tanpa ada yang menyadari, pintu lift terbuka. Janu melangkah keluar. Ia terheran-heran dengan keributan yang terjadi, kaki Janu berjalan mendekat.
MISHA
Ya terus kenapa emang kalo gue kenal?
Jadi beban hidup lo?
SAVITRI
Semalam, semua orang terkesima dengan
Pak Janu. Masih muda, ganteng, CEO.
Dan, semua orang juga penasaran siapa
perempuan disamping Pak Janu.
Pasti sekarang lo berbangga hati
banget yah,kecantikan lo nggak
sia-sia untuk menggaet seorang CEO.
MISHA
Savitri, lo udah kelewatan.
SAVITRI
Tubuh lo juga yah?
Sontak Misha berdiri dan menampar Savitri. Tepat ketika Savitri hendak menampar balik, Janu sudah berdiri disana dan mencengkeram tangan Savitri.
JANU
Banyak yang harus diperbaiki di kantor
ini, salah satunya attitude.
Janu melepaskan tangan Savitri.
JANU (CONT'D)
(berseru lantang)
Kalian semua dibayar untuk ini?!!
Sontak seluruh karyawan dan karyawati yang berkerumun, kembali ke kubikelnya masing-masing.
JANU (CONT'D)
(menarik tangan Misha)
Lo ikut gue.
Janu menarik tangan Misha keluar ruangan dan memasuki lift.
CUT TO:
INT. RUANG CEO - DAY
Janu mendudukkan Misha di sofa.
Misha hanya diam, tidak membantah sepatah kata. Janu mengangkat gagang telepon intercom, lalu menekan tombol.
JANU
Ibu Gadis, bisa ke ruangan saya sekarang?
Oke, saya tunggu.
MISHA
(mulai lemas)
Gue laper...ada makanan nggak?
JANU
Lagi kondisi kayak gini, lo laper?
MISHA
(semakin lemas)
Laper... gue harus makan.
Janu kembali mengangkat gagang telepon intercom, lalu menekan tombol.
JANU
Pak Arifin, tolong ke ruangan saya sekarang.
Tolong sekalian bawa makanan apa
ajalah yang ada di kantin.
Begitu menutup telepon, Janu mengkernyitkan dahi melihat Misha yang justru tertidur pulas hingga mendengkur halus.
JANU (CONT'D)
Bisa-bisanya dia ketiduran.
SUARA ponsel Misha dari dalam kantong blazernya. Janu dengan cepat mengambil ponsel Misha dan menerimanya.
JANU
Halo? Siapa ini?
INT. MINIMARKET - SAME TIME
Fano mengantri di kasir, dengan botol minuman ditangannya. Ia menatap kembali layar ponsel, mengecek nama pada layar.
FANO
Halo? Ini siapa?
INTERCUT - PERCAKAPAN TELEPON
JANU
Kenapa lo tanya balik.
FANO
Gue Fano, lo siapa? Misha mana?
JANU
Nggak penting lo tau siapa gue.
Misha lagi tidur.
Janu memutus telepon dan menonaktifkan ponsel Misha.
CUT TO :
INT. LIFT KANTOR - DAY
Pak Arifin baru saja mematikan ponselnya, ketika pintu lift terbuka dan Bu Gadis masuk.
Bu Gadis hendak menyentuh tombol, tapi ternyata tombol tersebut sudah menyala. Ibu Gadis menoleh ke arah Pak Arifin.
PAK ARIFIN
Mau ke Bos juga?
BU GADIS
(berdecak)
Tadi ada keributan antar staff.
Baru juga sebulan kerja udah
bikin masalah aja.
PAK ARIFIN
Saya juga sudah dengar.
Bu Gadis terlihat ragu-ragu untuk bertanya.
BU GADIS
Maaf kalo saya lancang, tapi pastinya
Pak Arifin tau soal kedekatan Pak Janu
dengan salah satu staff saya.
PAK ARIFIN
Orang tuanya kolega komisaris utama.
Bu Gadis tercengang, sementara Pak Arifin mengusap hidung bagian bawah dan berpura-pura batuk.
PAK ARIFIN (CONT'D)
Bapaknya freelance consultant.
Bu Gadis semakin dalam menganggukkan kepalanya dan cemas.
BU GADIS
(bergumam)
Bisa-bisa Savitri dimutasi ini, atau
jangan-jangan aku yang dimutasi.
Pak Arifin pura-pura tidak mendengar, memalingkan wajahnya dan tersenyum sinis.
CUT TO :