INT. BIS - DAY
Pagi yang cerah, Bis terlihat penuh sesak karyawan dan pelajar. MISHA duduk di kursi dekat jendela, sesekali melongok ke arah luar lalu kembali asik dengan buku "Kumpulan Quote Maya Angelou" di tangannya.
Tangis bayi dalam gendongan seorang Ibu yang berdiri tak jauh dari kursinya, membuat perhatian Misha teralihkan. Sementara penumpang lainnya tampak acuh tak acuh. Misha memasukkan bukunya ke dalam tas ransel, lantas berdiri. Tangannya menggapai pundak si Ibu, lalu memberi isyarat agar duduk di kursinya. Ibu itu tersenyum lega.
CUT TO :
EXT. TROTOAR - DAY
Seorang anak perempuan di dalam gerobak meringis, memeluk perutnya yang kelaparan. Sesekali ia menoleh pada ibunya yang menarik gerobak, lalu kembali menahan perih.
Tangan Misha menyodorkan roti.
Anak perempuan itu tampak ragu-ragu. Namun Misha yang berjalan di samping gerobak tersenyum untuk menyakinkannya. Begitu anak perempuan itu menerima roti, tangan Misha mengelus kepalanya. Lalu misha mempercepat langkah kakinya.
CUT TO :
INT. KANTOR - DAY
Misha menghidupkan layar laptop di meja kerjanya. Sementara beberapa karyawan lainnya tampak memulai kesibukan.
MISHA (V.O.)
Sejujurnya sebulan kerja di kantor baru ini, gue
melakukan kejahatan mencuri. Tapi nggak ke semua
orang, kok. Hanya beberapa.
SAVITRI
(meletakkan tumpukan dokumen di atas
meja Misha dengan senyum mengembang)
Pagi Misha! Lo tau nggak apa yang bikin monday
morning gue sebahagia ini?
MISHA
(memegang tangan Savitri)
Wait, gue baca dulu pikiran lo.
SAVITRI
(menarik kursi yang ada di samping Meja Misha)
Oke, waktu dan tempat gue persilahkan. Lo pasti
nggak bakal bisa nebak.
MISHA
(pura-pura memejamkan mata sesaat lalu membukanya)
Udah ada calon CEO baru? Putranya komisaris utama?
SAVITRI
(menarik cepat tangannya dengan mata terbelalak)
Kok lo tau?! Sumpah gue merinding nih! Misha, kok lo bisa tau?
ini tuh masih rahasia.
MISHA
Kan, gue udah bilang.. gue bisa baca pikiran lo kayak
Edward Cullen gitulah.
SAVITRI
(berdiri dan meninggalkan Misha dengan cemberut)
Mulai ngaco nih anak. Boong ah! Pasti mbak Gadis
nih yang ngegibah.
MISHA (V.O.)
(sambil mulai mengerjakan dokumen yang
ditinggalkan Savitri)
Dia nggak salah sih. Gue emang boong. Gue nggak bisa baca
pikiran dia. Gue cuma bisa mencuri apa yang ada dalam
ingatannya. Kalo orang-orang punya kelebihan menguasai
bahasa asing, kelebihan leadership, kelebihan menganalisis
data. Nah, kelebihan gue adalah mencuri ingatan dan ini
tuh nggak mungkin disombongin di CV.
It's kinda weird and creep, tapi sekarang gue udah
terbiasa dan bisa mengendalikan. Kata bokap, kelebihan
gue ini turun temurun dari leluhur.
Mungkin nenek moyang gue bukan Pelaut, tapi Mbah Dukun.
CUT TO:
EXT./INT. CAFE - DAY
Misha dan Fano duduk bersebelahan di sofa. Beberapa piring kosong terhampar berserakan di atas meja. Sementara Misha masih asik menghabiskan salmon steak, piring terakhirnya. Fano yang sudah selesai makan, hanya terus memandang takjub kemampuan makan Misha.
MISHA
(mengunyah)
Makanannya enak, konsep cafenya instagramable. Gimana
nggak makin kaya kantor gue tuh, cafe gini aja rame banget.
FANO
Emang ini juga punya Grup Permana Agung?
Misha mengangguk sembari sibuk mengunyah.
FANO (CONT'D)
Multisektor nggak gini jugalah. Gila, maruknya nggak
kira-kira. Konstruksi, migas, pertambangan, otomotif,
real estate dan properti.Apa coba yang belum dijamah.
Misha mengangguk lagi, masih sibuk mengunyah.
FANO (CONT'D)
(mengelus kepala Misha)
Pinter yah makannya.
MISHA
(menghentikan sesaat suapannya)
Kan lo tau, kenapa gue makan sebanyak ini. Lagian
gue bisa makan se-barbar ini cuma di depan lo.
Cuma lo sahabat terbaik yang bisa menerima gue
apa adanya.
FANO
Lagian ngapain sih, sibuk nyuri ingatan rekan
kerja lo.
MISHA
(kembali memotong salmon steak)
ya, biar gue cepet kenal. Jadi gue tau si A tuh orangnya
gini, si B tuh orangnya gitu.
FANO
Nggak worth it, Misha. Efeknya pasti kayak gini. Lo
kelaparan dan gampang
Tiba-tiba Misha tertidur dan menjatuhkan garpu yang berisi potongan salmon ke lantai. Fano dengan cekatan merengkuh Misha dalam dekapan.
FANO (CONT'D)
Tertidur... Untung gue sayang banget...
Loe-nya aja yang nggak pernah paham.
CUT TO :