Dramaturgi
4. Mama
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

"Kamu bagaimana dengan Sheila? Umurmu sudah 32 Adrian. Kamu mau tunggu sampai kapan. Mama sudah 50. Kamu tega mama tidak bisa melihat cucu?" Lestari, mama Adrian membuka obrolan.

"Adrian tidak cinta pada Sheila ma."

"Cinta itu cuma dogma. Dulu, pada zaman mama, semua orang tidak pakai ponsel. Tapi mereka hidup normal. Sekarang coba sehari saja tanpa ponsel Pasti sudah hidupmu. Begitu juga cinta. Jaman kakek nenekmu dulu, mereka tidak kenal cinta. Cinta itu tidak eksis. Sehingga alasan "tidak cinta" bukanlah sebuah alasan. Tapi mereka bisa hidup, harmonis, beranak pinak. Rasa sayang itu muncul sendiri. Ia muncul karena kita membuatnya, karena kebersamaan," jelas mama.

"Lalu ada yang akhirnya menderita karena salah memilih pasangan, pilih pendamping hidup kok seperti memilih kucing dalam karung."

"Terus yang udah pacaran 3-5 tahun, menurutmu nggak ada yang nggak bercerai?"

Adrian menyeruput kopinya. Ia tidak bisa menyahut lagi karena pernyataan ibunya tidak salah.

"You can discover more about a person in 3 days with stay with them more than 3 years only conversation, (kamu lebih dapat mengenal seseorang dengan 3 hari tinggal bersamanya daripada 3 tahun namun hanya bercakap-cakap saja)," ucapan terakhir Mama menohok Adrian. "Memang apapun ceritanya, selama kita hidup di Indonesia, dengan budaya timur yang tidak mengakomodir hidup bersama sebelum menikah, soal "kucing dalam karung" itu adalah keniscayaan, Adrian."

Adrian merenung dengan mengaduk-aduk kopinya yang seharusnya tak perlu karena gula sudah larut keseluruhan ke dalam cairan pekat itu.

"Ma, bagaimana jika Adrian tidak menikah dengan pilihan mama?"

"Tidak dengan Sheila maksudmu?"

"Iya ma."

"Ya tidak masalah. Asal calonnya juga baik."

Adrian mengaduk lagi kopinya.

"Ma, bagaimana jika, calon istri Adrian dari kalangan yang biasa saja."

"Kalangan biasa saja bagaimana? Ya asal keluarganya jelas, asal juga dia bisa ditarik ke tengah ya tidak ada masalah."

Bisa ditarik ketengah. Kalimat ini sering didengar Adrian pada waktu ia kecil saat dibawa ke lingkungan pergaulan mama bersama teman-temannya. Maksudnya, walau dia orang biasa, tapi pendidikan, pergaulannya baik sehingga ia bisa berbaur dengan kalangan jet set, mengerti apa yang kaum jet set itu bicarakan dan tidak bikin malu orang yang telah menariknya untuk berbaur ke kalangan itu.

"Kalau misalkan dia dari keluarga broken home Ma?"

Mimik wajah mama sedikit berubah. Ia menggelengkan kepala perlahan sambil memandang anak laki satu-satunya itu. Adrian sedang mengarahkan kriterianya ke Ziva. Sebagaimana kesepakatannya, meluruskan kembali hidup Ziva adalah tuntutan yang harus dia lakukan.

"Dan misalkan dia juga bukan dari cewek baik-baik, misalnya cewek pekerja seks komersial, tapi dia sudah bertobat ma?"

"Whaat?!! Kamu sungguh frontal Adrian. Jangan bilang kamu sedang suka dengan perempuan seperti itu."

"Tidak ma, cuma andai-andai."

"Boleh saja kalau kamu ingin mamamu cepat mati. Kamu masih ingat kan 6 bulan lalu mama didiagnosa ada penyakit jantung," suara mamanya meninggi. "Intinya begini saja Adrian. Nama besar ayahmu. Darmawan Rafinaldy. Siapa di negeri yang tak kenal nama itu. Tolong jaga nama baiknya."

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar