Di Kafe
10. After...

AFTER CREDIT SCENE

FADE IN

SHOOT: Langit biru cerah dengan dedaunan dari pohon-pohon. Matahari yang bersinar cukup terik.

Lalu kamera perlahan berubah, bergerak turun ke sebuah tempat, di mana ada meja-meja, bangku, tulisan D'amigo terlihat.

Lalu seorang pria sedang duduk menatap ke luar jalan sambil menyesap kopi. Kopi hitam yang masih ada asapnya.

Dia tampak berpikir, menghayati sesuatu.

Kita akan mendengar suara hati Lee, suara normal, yang tidak terbata-bata.

53. INT. KAFE-DAY

LEE (V.o)

Semua kejadian serasa cepat. Pertama kali bertemu Kania jelas meninggalkan kesan buatku.

Lee menyunggingkan senyuman.


Scene disesuaikan dengan dialog.

LEE (V.o) (Cont'd)

Waktu pertama, malam itu hari di mana aku kabur dari rumah, jenuh. Dari jendela. Ya hari-hari yang menjenuhkan. Selalu di rumah.


54. INT. KAMAR/RUMAH LEE. NIGHT

Scene Lee yang tampak marah, kamarnya tampak acak-acakan, seprai kasur berantakan, barang-barang berserakan, seperti habis dibanting. Kita bisa mendengar suara napas Lee yang memburu.

Dia beralih ke jendela kamar, membukanya, diam berpikir dan melompat keluar.

CUT TO


55. EXT. JALANAN-NIGHT

Lee dengan pakaian kaos biasa, jalan cepat menembus malam yang juga ternyata gerimis dan jalanan banyak air tergenang, tanda sehabis hujan. Sepatunya beberapa kali menginjak genangan air.

Suasana pun sepi dan... cukup dingin terlebih lagi Lee hanya memakai sehelai kaos dan ada bekas-bekas air yang mengena di baju. Lee jadi menyilangkan tangan ke bahu, kedinginan.

Lee berhenti sejenak, melihat sekeliling, tak ada apa-apa, tak ada siapa-siapa. Dia jadi berpikir mungkin sudah hampir tengah malam. Dia juga tak tau mau kemana. Dia lanjut berjalan.

Sampai ke area toko-toko. Ada toko/warung yang masih buka, seperti warteg, Lee berpikir ah dia tidak lagi lapar. Lalu warung kelontong, dan ada tempat dengan banyak orang berkumpul di luarnya dan ada suara musik, mata Lee tertuju pada beberapa botol, pikir Lee diskotik, dia sempat dilihati dengan tatapan aneh orang-orang di situ, dia langsung jalan cepat.

Tak lama gerimis berubah menjadi hujan, cukup lebat. Lee berlari, mencari tempat berteduh, dia ke sebuah tempat/toko yang sudah tutup, dia berdiri di depan jendela, berlindung di bawah atapnya.

Tak jauh dari sana ada lampu yang masih menyala juga, sebuah kafe, ada beberapa orang, hanya dua, tanmpak berbincang-bincang. D'Amigo, Lee membaca papan nama, Lee tahu itu bahasa Spanyol yang berarti teman. Apa maksudnya?

Lee melihat lagi suasana kafe, ada seorang pelayan wanita yang melayani, tampak ramah dan juga tertawa bercanda.

Hujan semakin lebat, Lee pun terkena kucuran air. Lee berpikir apa dia ke kafe itu saja.

Iya dia putuskan, lalu dia berlari. Kaosnya semakin basah.


56. EXT/INT. KAFE-NIGHT

KANIA

Aduuhh Bapak-bapak, ibu, kapan pulangnya inii, udah jam berapa? Udah jam 10 lebih.

PRLANGGAN 1

Wah iya ya? Ga terasa! Tapi bener deh sini kan enak ngobrol-ngobrol sambil minum kopi nikmatt ha ha.

PELANGGAN 2

Ha ha iya lagian masih hujan

KANIA

Iya untung hujan yaa


Lee di luar kafe, tapi malah jadi ragu masuk mengingat kondisinya yang tak bisa mendengar dan bicara, dia harus bagaimana. Dia terdiam.

Back to scene (present) Lee yang sedang duduk-duduk.


57. INT. KAFE-DAY

LEE (V.o)

Kesunyian, itulah yang selalu kurasakan, hampa. Ingin bersuara sangat sulit. Tak yakin apakah orang-orang bisa menerima dan mengkhawatirkan mereka akan menghina. Tapi entah kenapa saat melihat wajah hangat Kania, aku tak merasa dia begitu. Saat aku terdiam menatap ke dalam, dia menyadariku di luar.


Scene kembali di kafe (past)


58. EXT/INT. KAFE-NIGHT

KANIA

Lho itu ada orang ya di luar?
Eh iya! Waduh!


Segera ke arah pintu dan membukakan pintu, ada suara kerincingan bel terdengar.

Di mata Lee (POV), Slow Motion Kania yang mendekat. Penampilan Kania dengan rambutnya yang dikuncir, pakaian seragam waiter, apron hitam. Saat membuka pintu sudah tak Slow-mo lagi.

KANIA

Wah masnya kehujanan ya?
Udah berapa lama mas di situ? Ayo cepat mas masuk!


Lee masih terdiam, dia mencoba mendengar, alat bantu dengar di kuping disesuaikan, dia memegang kupingnya.

KANIA

Mas? Kok bengong? Mas?


Bagi penderita tuna rungu, alat bantu dengar memang bisa membantu tapi hanya sedikit suara yang dihasilkan tergantung pada seberapa keras sumber suara.

Lee fokus ke gerakan bibir, lee bisa membaca bibir orang, dia sudah terbiasa.

Kania bingung jadi agak teriak karena juga beradu dengan suara hujan.

KANIA

Mas? Ayo masuk.


Lee paham, tapi mengurungkan membalas, karena dia terbata-bata nantinya, dia mengangguk saja.

Kania segera mengarahkan Lee duduk di meja dan menanyakan pesanan.

KANIA

Wah saya kira kenapa masnya, diem bengong gitu.


Lee duduk, tampak menggigil. Rambut, baju basah. Rambutnya menutupi sebagian muka.

KANIA (Cont'd)

Wah masnya basah kuyup. Masnya ga pa-pa? Saya ambilkan emm apa ya... (Kania berpikir) apa ya buat lap... Oh ada kain taplak bersih aja apa ya... Saya ambilkan kain ya?


Lee menggoyangkan tangannya, tanda tak usah.

KANIA

Oh ga usah? Tapi menggigil gitu!

Raut cemas Kania.

Kania berpikir.

KANIA

Oh aku tawarin cokelat hangat ya, iya! Sebentar mas! (tersenyum)


Tak lama Kania kembali dengan secangkir cokelat hangat.

KANIA

Silakan cokelat spesial penghangat badan he he. Saya tambahin sedikit jahe, sedikit aja. Jadi panas tubuh terjaga.


Lee melihati cokelat lalu Kania yang tersenyum hangat. Dia lalu meminum. Dan memberi jempol.

KANIA

Wah makasih! Ini gratis deh, soalnya ini spesial dari saya, cokelat pake jahe kan ga ada di menu he he.

Lee mengangguk.

KANIA

Oke saya tinggal dulu ya, kalo ada apa-apa manggil aja.

Dialog jadi samar terdengar.


DISSOLVE TO


59. INT. KAFE-DAY

Back to present. Lee yang membuka laptop, web buatannya, web shop tepatnya yang menjual barang-barang. Lee dengan telaten mengoperasikannya. Lalu minum kopi yang hampir habis.


SHOOT: Kania yang mondar mandir, melayani pelanggan. Lee memperhatikan.

Kania seperti sadar diperhatikan dia berhenti di meja Lee, seakan tahu Lee membutuhkan sesuatu.

KANIA

Oke mau pesen apa ya? Ada lagi?


Lee tersenyum dan hanya mengacungkan jari telunjuk. Kania langsung mengerti.

Kania membalas dengan bahasa isyarat yang baru-baru ini dipelajarinya, demi Lee.

KANIA

Oke. Tunggu ya.


Kania berlalu ke counter, yang dimaksudkan Lee satu lagi Black Coffee.

LEE (V.o)

Seneng banget bisa ketemu kamu. Sejak malam hujan itu aku jadi kepikiran senyum hangat kamu, Ka. Dan jadi penasaran, malah pernah ga sengaja ngikutin kamu. Hmph. Iya kamu baik banget ke pengemis sekalipun. Tahu jadinya kalo kamu sebaik itu.


60. EXT. JEMBATAN-DAY

Scene (past) Kania ngobrol dengan pengemis sampai jongkok-jongkok.

Lee yang melihati dari jauh. Tersentuh.


61. INT. KAFE-DAY

Scene Back to present

Kania kembali ke meja Lee dengan pesanan Lee.

KANIA

(menunjuk ke kopi, bahasa isyarat)

Silakan.


LEE (V.o)

Yup, you are the one.


Kania pun duduk dan menggunakan bahasa isyarat untuk lanjut berkomunikasi dengan Lee.


FADE OUT

END










Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar