Di Kafe
7. Halangan...

28. INT. RUMAH KELUARGA LEE- NIGHT


ESTABLISHED SHOOT: RUMAH LEE                

Dalam part ini babak 7 saat orang tua Lee yang habis bersitegang drngan Kania di Rumah sakit, mereka pulang ke rumah dan kita dilihati rumah Lee pertama kalinya. Saya tekankan saya tak mau membahas atau terlalu menyorot soal etnis di sini, walau sudah jelas dari nama karakter utama pria dan ciri-ciri fisiknya. Orang tua Lee tentu saya harapkan dengan logat yang kental saat mereka bicara, maka pemain yang dipilih haruslah punya logat yang kental nantinya.

Etnis yang saya maksud etnis Tionghoa, jadi rumah mereka ada aksen-aksen kecil etnis tersebut seperti altar doa dengan dupa-dupa. Saat orang tua Lee kesal membicarakan Kania, backgroundnya terdapat altar ini.

Mama Lee, Papa Lee, dan Fiona terlihat turun dari mobil, masuk rumah dengan langkah memburu.

Pintu dibuka dengan cepat hampir terbanting.

 MAMA LEE

Haahh! Bener-bener deh!
Kok jadi gini! Kita pulang ada masalah kayak gini, sih pa!


Mama Lee benar-benar tak habis pikir, mukanya pun terlihat merah karena marah.

Dia juga mengipas-ngipasi dirinya dengan gerakan tangan.          

PAPA LEE

Tahu nih! Lee kenapa jadi berontak gitu?

                           

MAMA LEE

Ini bibi Asti mana sih?! Bi!


Seorang wanita paruh baya, berpakaian daster, setengah berlari menghampiri.    

 BIBI ASTI

Iya nyonya! Ada apa?

                           

MAMA LEE

Kamu ini ya, ini gara-gara kamu! Kamu ga bisa jaga Lee dengan bener! Kamu biarin dia keluyuran kemana-mana!

                           

BIBI ASTI

Tapi den Lee kan ga jauh-jauh kalau keluar dan selalu kasih tahu kok nya.

                          

 MAMA LEE

Ya kalo bisa kamu wanti-wanti dia, atau ikutin atau suruh orang ikutin atau ga bolehin pergi dia sekalian!

                      

 BIBI ASTI

Masa saya ga bolehin dia nya? Saya ga berhak ngelarang. Den Lee pengen keluar karena dia jenuh kan nya.

                        

 MAMA LEE

Heh kamu malah nyari alasan! Pokoknya semua gara-gara bibi!

                        

FIONA

Om, tante, tenang aja, Lee anaknya penurut kan, dia hormat sama om, tante. Yah masalah tadi karena akumulasi aja dia jenuh di rumah. Sepele kok tante, om. Kalau mau dibicarain baik-baik, pasti selesai.

                      

MAMA LEE

Masalahnya dia kenapa bisa kenal ama perempuan itu dan lebih milih dia daripada keluarganya?!

                       

FIONA

Ya kayak aku bilang tadi bicarain dengan baik-baik, ga usah marah-marah lagi tante sama Lee. Lee pasti dengerin kok.
Tadi cewe itu juga bilang kita boleh ikut dampingin juga kan. Ya udah kita tetep dateng besok ke rumah sakit. 

                           

MAMA LEE

Ck!


CUT TO

29. INT. RUMAH SAKIT/RUANGAN LEE- DAY

MONTAGE (BISA DIIRINGI MUSIK)

Mulai proses terapi. Lee berlatih berdiri dengan kaki dulu. Kania duduk mengamati dan kadang memberi semangat. Sehabis bisa berdiri, berjalan pelan dengan bantuan dua palang di kedua sisi Lee, dokter juga membantu memapah dan memberi aba-aba, kadang bergantian dengan Kania yang ikut memegangi.

Kania minta izin break dari kerjaannya di kafe jam 12 sampai jam 2 untuk menemani Lee terapi dan memberi dukungan. Bisa ditunjukkan dengan jam di kafe yang mebunjukkan pukul 12 dan Kania minta izin ke Mega lalu berlari. Lalu saat di RS melihat jam di hp jam 2 Kania kembali ke kafe.

Terapi di hari Selasa, Rabu, Jumat. Kurang lebih 3 minggu. Bisa ditunjukkan dengan Kania yang menandai di kalender di kost-annya.

Di hari pertama mama, papa Lee datang dan melihat Kania dengan sewot. Fiona meminta mereka sabar.

END OF MONTAGE

30. INT. RUMAH SAKIT/LORONG- DAY 

Kania membeli minuman di mesin jual minuman. Fiona menghampiri.

Penampilan Fiona modis Ditambah dirinya yang tinggi, rambutnya terurai panjang lurus sampai punggung sepertinya memang gaya andalannya karena semenjak hari pertama bertemu selalu begitu. Hampir atau semi full make up juga, tapi cocok-cocok saja malah elegan. Wajah Fiona tipikal wajah-wajah Asia layaknya Lee. Sedangkan Kania wajah Indonesia mendominan.

                    

FIONA

Bisa bicara sebentar?

                           

KANIA

Eh, Fiona kan?


Kania berusaha menebak apa yang ingin Fiona katakan. Dari wajahnya, Fiona tampak serius malah menyiratkan marah.

FIONA

Saya terus terang kagum dan salut sama kamu. 
Kamu baru kenal Lee tapi mau berkorban apa pun, waktu kamu, pekerjaan kamu,
bahkan kamu rela dimarah-marahin demi mendampingi Lee. 


KANIA

Ah ga, lebih tepatnya saya tersentuh aja.
Saya belum pernah kenal orang kayak Lee.


FIONA

Maksud kamu difabel kayak Lee?


KANIA

Ya... itu...


Kania merasa hal itu benar, ini pertama kalinya mengenal pribadi seperti Lee. Kania memalingkan mata sejenak sebaliknya Fiona terus memandangi Kania.

FIONA

Saya harep sih kamu ga ada maksud lain aja.


KANIA

Ha?


FIONA

Ga ada maksud lain kan kamu ngedeketin Lee? 
Misalnya aja kamu tahu Lee dari keluarga berada terus kamu...


KANIA

Ga-lah! Ga saya bersumpah! 


FIONA

Oke. Bagus kalo gitu. Saya akan terus awasin gerak-gerik kamu soalnya. Dan ini peringatan 
jangan sampai kamu nyakitin hati Lee. Saya tahu Lee orangnya tulus, dia nganggep kamu temannya, kalau dia sudah suka sama orang, dia akan suka terus dan percaya sama orang itu. 
Tapi kalau kamu bagaimana? Kamu orang asing bagi keluarga ini.
Total 4, 5 hari kan kamu jadi deket sama Lee. Saya... hmm... belasan tahun. Kamu paham, kan?


Kania terdiam.


FIONA (Cont'd)

Kalau saya minta kamu mundur, kamu mau mundur 
dan ga deketin Lee lagi?


KANIA

Kalau Lee yang minta, saya dengan senang hati (beat)
mundur. 


FIONA

Jadi maksud kamu, kamu terus akan ngedeketin 
Lee gitu? Kamu jatuh cinta sama Lee?


KANIA

Iya. Saya jatuh cinta sama Lee pada
pandangan pertama. Dan setelah tahu kisahnya dan kekurangan dia, saya malah semakin tertarik.


Mata Kania serius menatap Fiona.

FIONA

Hoo. Kenapa, karena dia ganteng? Tipe kamu (beat)
atau?


KANIA

Ya, itu awalnya. Tapi ga sekadar itu aja.


FIONA

Atau kamu kasihan?


Berbicara dengan penuh penekanan.


KANIA

Itu...


Fiona mengibaskan rambutnya. Menyilangkan tangannya di depan dada.

FIONA

Udahlah saya ga mau dengar alasan kamu lagi. 
Yang jelas kamu ga bakal dan ga akan bisa bersama Lee. 


KANIA

Saya ga harap sampai segitunya, kalau memang 
itu takdir, kami bersama, yaa Apapun itu saya 
ingin yang terbaik buat Lee, dia udah beri pelajaran berharga buat hidup saya. Saya ga berharap dia membalas perasaan saya, cukup saya bisa mengenal dan berteman dengannya, itu cukup.


Fiona mengeluarkan senyum sinis.

FIONA

Naif banget kamu ya. Ha ha ha. Lee dari kecil sudah ditentukan hidupnya akan bersama siapa dia nanti. 


Fiona menunjuk ke dirinya.


FIONA

Dan dia sudah menyetujuinya. Sampai kapanpun dia akan hormat sama orang tuanya.
Dia dijaga bener-bener sama orang tuanya. Home schooling, peraturan dia ga boleh kemana-mana, apalah itu. Semua demi menjaga dia. Pasangan hidup dari kerabat keluarga puluhan tahun. Itu juga tradisi.
Bisa kamu menembus itu semua?

 

KANIA

Saya udah bilang saya senang dengan berteman dengan Lee.


FIONA

Okay kita lihat aja bagaimana nanti hubungan kamu ama Lee. Kamu sih bisa bilang gitu. 
Gimana kalo Lee nyatain cinta ke kamu, ha?


Jantung Kania berdegup, mendengar kata Fiona.


KANIA

Apa?


FIONA

Bisa aja kan, dia juga suka ama kamu. Aku lihat dari cara dia menatap kamu. 


KANIA

Ga mungkin...


Kania senyum canggung sambil menggelengkan kepala.

FIONA

Kalau itu terjadi, gimana ya sama kamu? Hmm. 
Entah kenapa kok kayaknya bakal seru ya. Kamu akan melawan banyak hal, iya ga sih? Aku tinggal nikmatin aja semua ini, di kursi penonton. Toh aku udah tahu hasilnya.


KANIA

Kamu sendiri, kamu cinta sama Lee?


Fiona makin melotot.

FIONA

Kamu ga usah tanya-tanya begitu. Ya jelaslah.
Aku udah deket ama Lee dari kecil. Sering main ke rumah dia. Aku suka kasih spirit ke dia. 
Banyak cowo yang ngedeketin aku di kampus aku di Aussie, tapi aku tolak semua. Karena aku yakin Lee jodoh aku. Itu juga pengorbanan kan.


Hal-hal yang dikatakan Fiona barusan membuat Kania down, ragu untuk bertindak selanjutnya mengenai hubungan Lee dan dirinya kelak. Perasaan yang kini. dirasakannya terhadap Lee dia juga tak begitu yakin. Jelas sangat wajar bila Fiona dan Lee bersatu dibanding dirinya. Telah saling mengenal sejak kecil bisa dibilang dijodohkan, lalu hubungan keluarga keduanya, Kania jelas kalah.

Mata Kania mengarah ke bawah, minuman kaleng yang diambilnya dari vending machine (mesin penjual minuman) sudah tak begitu dingin. Dia memegang pelipisnya dan ingin bilang dia sadar akan posisinya.

KANIA

Iya aku ga ada apa-apanya sama kamu. Aku yakin kamu cinta banget ama Lee bisa ngelakuin itu semua.
Kamu tenang aja, Fiona. Aku ga bakal ngerebut Lee dari kamu.
Walau ada kemungkinan seperti yang kamu bilang, Lee juga suka aku. Aku bisa melihat keadaan aku akan mundur di saat yang tepat.


FIONA

Aku pegang omongan kamu.


Fiona pergi.


Fiona berjalan meninggalkan Kania yang termangu.

FIONA

Dia pikir dirinya siapa. Selama ini gue diem aja, mencoba sabar eh lama-lama...


Fiona ke ruangan Lee yang sedang makan malam dengan menu rumah sakit.

FIONA

Makan yang banyak, Lee, biar cepat sembuh (tersenyum)


LEE

I..iya


Kania yang ingin masuk ke ruangan Lee, melihat ke dalam Fiona dan Lee dari kaca pintu, jadi mengurungkan niat untuk masuk. Dia duduk menunggu di luar dan minum minuman kalengnya.


31. EXT. JALANAN/KAFE- NIGHT


Jam 11 malam. Kania lewat kafe. Melihat lampu kafe menyala. Tapi tanda CLOSED terpasang di pintu depan.

Kania masuk.

Bos Mega masih ada. Dia lagi membuat kopi. Suasana kafe temaram.


KANIA

Masih ada di sini, bos? Belum pulang?


MEGA

Eh kamu Kania. Iya lagi nyoba-nyoba resep baru kopi.


KANIA

 Oh? Resep apa? (Kania menaruh tas selempangnya)


MEGA

Macchiatto. 


Menggunakan mesin pembuat kopi. Membuat kopi dengan cekatan.


MEGA

Oke udah. Yang ini coba deh. Kalau rasanya manisnya pas atau kekentelan...


Mega menyodorkan cangkir berisi kopi racikannya. Panas ada asap terlihat.

KANIA

Harum. Mmm. Enak. 


MEGA

Kemanisan? Kepahitan?


KANIA

Ga kok, pas.  


Kania terdiam memandangi kopi.


MEGA

Kenapa Ka?


KANIA

Ah ga. Seger banget minum kopi pas cuacanya agak dingin gini dan...


MEGA

Nenangin pas ada masalah. Iya kan? Masalah sama cowo si Lee itu?


KANIA

Ama keluarganya. Ama diriku juga.


MEGA

Ha kok ama kamu sendiri?


KANIA

Banyak yang menentang kehadiranku di sana dan sebenarnya aku tuh mau apa dan ngarepin apa aku juga bingung. Hhh.


MEGA

Okay. Start talking. Aku tahu aku bos kamu tapi kamu juga bisa curhat ke aku juga, Kania.


Kania curhat ke Mega. Soal konfrontasi Fiona tadi. SKIP


MEGA

Intinya kamu bingung posisi kamu sekarang bagaimana.
Harus apa dan bagaimana?


KANIA

Dengan ketemunya aku sama Lee beberapa hari ini, keterlibatan aku selama ini di kehidupan dia dan keluarganya...
Ini semua tuh cepet banget...! Awalnya kan aku hanya ingin ngebantu, kasihan dan...


MEGA

Gimana dengan cinta? Di awal-awalnya?


KANIA

Cinta? Suka kali, itu lebih tepatnya. Ya
karena melihat penampilan luarnya. Membuat penasaran aja. Hhh.


MEGA

Kamu tadi bilang kamu bakal mundur kalau diminta keluarganya? 


KANIA

Ha, iya. Itu pasti. Lagian harus sampai segimana. Begini aja, kenal Lee udah cukup kan?


MEGA

Kok kamu tanya saya? Menurut kamu sendiri gimana? Dengan kenal beberapa hari udah cukup belum?


KANIA

Kurasa udah, ini pengalaman berharga kok buat aku.


MEGA

Jadi cintanya ga layak diperjuangkan nih? 
Fight till the end?


KANIA

Kayaknya cinta ini ga sehebat itu. Aku tahu diri lah.
Kalau menyangkut keluarga.


MEGA

Yah kita lihat aja. Yang aku bisa bilang jalanin aja dulu, lihat prosesnya, 
perkembangannya gimana. Kita ga akan tahu. 
Tapi kita tetap berusaha yang terbaik juga. 
Sini kopinya, coba. (minum) Enaakk.
Yak kayak kopi ini, hasil aku racik-racik berkali-kali. Aku udah berusaha bikin dan ternyata hasilnya oke kan.
Sama halnya dengan masalah kamu, kamu tetep jadi diri kamu sendiri, lakukan yang terbaik, dan jangan kecewain orang. Seperti Kania yang saya kenal. Okay?


Kania tersenyum merasa mengerti apa yang dibilang bosnya barusan.

KANIA

Solusinya ya time will tell, iya kan? 


MEGA

Yoi. Aku mau buat lagi tadi udah dingin. 


KANIA

Aku juga mau lagi, bos.


MEGA

Duitnya mana? Ha ha.


Keduanya ketawa di kafe di tengah malam itu.          

 

FADE OUT


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar