36. INT. RUMAH SAKIT.BANGSAL – MALAM
Vino berlari menyusuri bangsal rumah sakit. Di susul oleh Mawar. Sesekali dia bertanya kepada perawat yang lewat untuk menanyakan kamar Pak Hasan yang tengah di rawat.
Setelah berputar mengelilingi rumah sakit, tibalah Vino di sebuah pusat informasi. Setelah itu si perawat langsung mengantarnya ke salah satu ruangan, di mana sudah ada Bian, Beby, Shalsa dan Riko di depan pintu kamarnya.
Vino tampak gelisah. Dia spontan memegang kerah baju Bian.
VINO
Dimana Bapak? Bi, jawab! Di mana Bapak?
Menunjuk ke dalam ruangan.
BIAN
Bapak sedang di operasi, Bang. Tapi …?
VINO
Tapia pa?
BIAN
Kata dokter, operasi juga akan menimbulkan kemungkinan resiko yang buruk.
Tatapan Vino menjadi kosong. Beberapa kali dia memukul-mukul dinding kamar rumah sakit.
SHALSA
Vin. Tenangkan dirimu. Untuk saat ini lebih baik kita berdoa untuk kesembuhan beliau.
Vino tak menjawab. Tubuhnya ambruk dan terduduk di lantai rumah sakit. Wajah Bian juga sedang pucat. Terlebih Riko yang beberapa yang sedang menangis di pelukan Beby.
Cukup lama mereka menahan kecemasan tersebut, sebelum akhirnya seorang dokter keluar dari ruangan operasi.
Mereka semua terperanjat. Vino langsung mencecar dokter tersebut dengan beberapa pertanyaan.
VINO
Dok, gimana keadaan, Bapak?
DOKTER
Mas siapanya pasien?
VINO
Saya anak pertamanya Pak Hasan, Dok? Gimana keadaan Bapak, Dok? Tolong jawab, DOk?
DOKTER
Begini. Kondisi Pak Hasan pasca operasi masih belum sadar. Kita sama-sama berdoa yah, agar Pak Hasan segera siuman.
Lalu sang Dokter langsung pergi meninggalkan mereka. Setelah menunggu beberapa saat. Vino dan dua adiknya disuruh masuk oleh seorang perawat untuk melihat keadaan Pak Hasan.
Vino langsung bersujud di kaki Bu Emi. Dia menangis haru sejadi-jadinya, lalu langsung menatap Pak Hasan yang belum sadarkan diri.
Sekali lagi Vino begitu emosional melihat keadaan Pak Hasan yang tengah kritis.
Selama menunggu Pak Hasan siuman, mereka terlihat aktif menunaikan sholat berjamaah di ruang rumah sakit. Bahkan Vino berulanga kali berbicara minta maaf di samping tubuh Pak Hasan.
Tak lama detak jantung Pak Hasan berubah menjadi cepat. Perlahan Pak Hasan bisa menggerakan beberapa anggota tubuhnya. Bian sigap memanggil perawat.
BIAN
Suster, ayah saya, tolong!
Sang suster segera berlari menuju tempat tidur Pak Hasan. Setelah diperiksa sebentar, si suster langsung berlari mencari dokter. Dokter pun tiba dan langsung memeriksa Pak Hasan.
DOKTER
Alhamdulillah berkat doa kita semua. Kondisi kesehatan Pak Hasan mulai membaik. Sekarang beliau tengah berusaha untuk berkomunikasi dengan kita semua.
VINO
Pak!
Vino mendekati Pak Hasan ketika mulut Pak Hasan terbata bersuara.
VINO
Ini, Vino, Pak! Vino datang, Pak. Bapak sehat yah, Pak!
Tampak Pak Hasan mengumbar senyum. Sesekali matanya juga melihat mereka yang sedang mengelilingnya.
DOKTER
Baiklah. Sepertinya Pak Hasan sudah mulai membaik. (beat). Pak Hasan semoga lekas sembuh, yah. Saya ke ruang sebelah dulu.
Sang Dokter meninggalkan ruangan. Vino dan adik-adiknya sangat bahagia Pak Hasan sudah mulai berbicara. Keakraban tampak diantara mereka.
VINO
Maafkan Vino yah, Pak. Vino sadar kalau selama ini Vino salah dan gelap mata oleh harta dan pekerjaan.(beat) padahal Vino sadar jika harta yang paling bernilai adalah keluarga, pekerjaan yang paling mulia adalah berbakti kepada orang tua.
Melihat Vino tersedu-sedu menangis dihadapan Pak Hasan, Bian dan Riko juga tak kalah menyesal telah mengabaikan Pak Hasan dan Bu Emi selama ini.
Mereka sekeluarga saling berpelukan dan merayakan keharuan tersebut.
Tak lama suara televisi memecah keakraban mereka.
Salah satu artis acara reality show favorit Bu Emi sedang menjadi pemberitaan panas akhir-akhir setelah digunjang berita perceraian. Keluarga artis yang terkenal harmonis dan sering merekam kehidupan sehari-hari keluarga mereka, ternyata tengah retak dan diambang kehancuran.
PAK HASAN
Di langit yang sama, cinta tuhan kepada hambanya sama. Yang membuat beda, cuma takwa kita.
THE END