35. EXT. JALAN RAYA.RUAS JALAN – SORE
Seperti biasa Vino sedang melakukan aksi sosialnya dengan menyamar sebagai salah seorang yang membutuhkan pertolongan. Setelah seharian berkeliling, dia belum menemukan sama sekali target orang baik yang akan mendapat uang darinya.
Dari kejauhan Mawar seperti tengah mencoba berkomunikasi dengan Vino melalui microfon yang terpasang diantara keduanya.
MAWAR
Hari sudah sore, apa kita gak cukupkan saja hari ini? Besok kita coba lagi!
VINO
Sekali lagi, yah. Target terakhir bapak pemulung di sana! Kalau tidak ketemu, seperti biasa. Uang yang ada kita bagikan aja seperti kemarin-kemarin kepada yang benar-benar membutuhkan.
MAWAR
Siap, Bosque!
Vino menunjuk salah satu pemulung sampah dengan membawa beberapa anggota keluarganya. Lalu dia memberi kode agar tim kreatifnya segera mengikuti langkahnya.
Perlahan Vino mulai mendekati mereka. Bau anyir dan sampah seperti sudah biasa bagi keluarga pemulung tersebut. Walau pernah miskin tapi hidung Vino masih bisa membedakan bau-bauan. Maka Vino juga sesekali mengusap hidungnya yang bereaksi.
Keluarga pemulung menanggapi santai kedatangan Vino. Vino datang dengan cara memelas layaknya seorang yang sedang kelaparan.
VINO
Pak … tolong bantu saya, Pak! Saya seharian belum makan. Saya butuh uang untuk beli makan.
Keluarga pemulung tersebut tak banyak bicara. Si Bapak langsung merogoh tas pinggangnya yang sudah sobek untuk meraih beberapa lembar uang.
Tak lama ia menemukan beberapa lembar uang pecahan ribuan untuk dibagikannya kepada Vino.
Vino dibuat tercengang dengan reaksi cepatnya membantu.Vino langsung meraih uang tersebut.
VINO
Bapak ikhlas, Pak?
Si Bapak pemulung hanya mengangguk.
VINO
Benaeran Bapak ikhlas, Pak?
Si Bapak pemulung lagi-lagi mengangguk.
VINO
Memang kalau boleh tahu kenapa Bapak rela uang hasil jeri payah bapak di bagi ke orang? Padahal anak bapak juga banyak ini?
Si Bapak pemulung berusaha menjawab dengan suara berat dan mata yang kurang tidur.
BAPAK PEMULUNG
Setiap harta yang kita miliki ada hak untuk orang lain. Itu harta bapak, mungkin sebagian ada hak adik!
VINO
Bener, tapi, Bapak kan juga membutuhkan uang ini!
BAPAK PEMULUNG
Bisa mencari rezeki dan berkumpul bersama keluarga Bapak seperti ini adalah harta Bapak paling berharga, dek. Soal makan kami pasti dapat nanti di jalan.
Mendengar ucapan si Bapak Pemulung. Air mata Vino merembes tak tertahan. Dia sesegukan sembari memanggil beberapa kru-nya. Dia meraih uang yang dikasih kru-nya dan mengasihnya ke Bapak pemulung tersebut.
BAPAK PEMULUNG
Loh, ini uang apa toh, Dek? Kamu yang minta uang kok bapak yang dikasih?
VINO
Ini adalah rezeki bapak yang sudah membagi rezekinya ke saya.
BAPAK PEMULUNG
Loh, ini uang apa toh, Dek? Kok banyak amat?
VINO
Iya, betul, Pak. Itu hak bapak. Ambil, Pak.
Air mata Vino terus keluar. Vino teringat kedua orang tuanya. Dia teringat keluarganya yang dulu melihat keluarga si Pemulung. Sekonyong-konyong dia memeluk Bapak tersebut.
Si bapak dan keluarganya terlihat bingung.
VINO
Pak, ini alamat saya. Kalau bapak ada perlu apa-apa datang ke sini, yah.(beat)
Bapak gak usah mulung lagi seperti ini. Nanti kerja sama saya sama semua keluarga bapak.
Tak disangka mendengar ajakan Vino, istri dan anak-anaknya menangis sambil berpelukan. Vino pamit pergi dari mereka.
Di dalam mobil Vino melihat beberapa panggilan tak terjawab dari sopir Pak Hasan. Terus beberapa pesan berulang yang mengabarkan kalau Pak Hasan sedang berada di rumah sakit.
VINO
Pak, tolong mengebut, Pak. Kita kerumah sakit segera.
Dalam kondisi kalut, Vino juga beberapa kali memeriksa ponselnya dan berusaha menelpon Bian yang tak dijawabnya.
CUT TO.