8. Such A Bad Decision

TIA

(berbisik)

Itu kan bapak-bapak yang kemaren di motel..

Tia masih mengawasi percakapan pria itu.

ARI

(menodong senjata)

CEPET MASUKIN MAKANANNYA KE PLASTIK! SEMUA!

Ibu warung dengan penuh rasa takut mengambil kantong plastik dan mengisinya dengan makanan-makanan.

Riki yang terjebak di tengah perampokan hanya bisa terdiam dan mengangkat kedua tangannya dengan penuh rasa takut.

Tia mengendap-endap keluar dari toilet sambil merunduk supaya tidak ketahuan oleh pria tersebut. Tia membuka sarung pistol dan mengambil pistolnya. Ia mengokang pistol, bersiap apabila harus menembakkan senjata. 

Tia masih mengendap dan bersembunyi di samping bawah etalase. Namun, Tia tidak sengaja menyenggol meja warung dan menjatuhkan tempat tusuk gigi.

TIA

(berbisik)

Goblok...

Pria tersebut spontan menoleh ke arah Tia.

ARI

(menoleh)

SIAPA ITU?

Tia terpaksa keluar dari persembunyian dan menodong pistolnya ke arah pria tersebut. Tidak bodoh, pria tersebut langsung merebut Riki dari bangku dan mendekap Riki sambil menodong pistolnya ke arah kepala Riki.

ARI

(menodong pistol)

Jatuhin pistol lu!

Tia tidak mau menurunkan senjatanya. Ia masih kekeuh mengarahkan pistol ke arah kepala pria itu. Pria itu semakin menekankan pistolnya ke pelipis Riki.

ARI

(menodong pistol)

Cepet!

Dengan penuh rasa kesal, Tia akhirnya menurunkan pistolnya ke lantai dan mengangkat tangannya perlahan. 

ARI

Tendang kesini!

Tia menendang pistol ke arah pria itu. Kemudian pria itu menendang pistol ke arah luar warung.

Tia melirik ke arah mobil yang terparkir di depan warung. Di dalam mobil, terdapat seorang wanita paruh baya dan dua anak kecil, laki dan perempuan. Semua terkulai lemas.

TIA

(mendangak ke arah mobil)

Itu mobil lu?

Pria itu tidak menjawab.

ARI

Bu, MANA MAKANANNYA? CEPET!

Ibu warung masih mengisi seluruh makanan ke dalam kantong plastik.

TIA

Gimana keadaan anak lu?

ARI

(mengarahkan pistol ke Tia)

Lu nggak usah sok tau ya! Diem!

TIA

(mengangkat tangan)

Lu nggak inget sama gua?

Ari menatap Tia kebingungan.

ARI

Hah?

TIA

Kita pernah ketemu. Di motel.

Ari mulai ingat.

ARI

Terus kenapa?

TIA

Gua liat lu ngegendong anak lu yang lagi sakit.

Ari diam.

TIA

(mengangkat tangan)

Masih sakit?

ARI

Lu diem! Nggak usah banyak bacot! Gua tembak ni anak baru tau rasa lu!

TIA

(menunjuk arah mobil)

Bentar, bentar. Yang sakit bukan cuma anak lu? Mereka semua sakit? 

Pria tersebut terdiam. Lalu mengangguk.

TIA

Oke--COVID?

ARI

Nggak, mereka nggak kenapa-kenapa. Mereka cuma kelaperan.

TIA

Yakin mereka bukan kena COVID?

Pria itu kembali terdiam.

ARI

Lu bisa diem nggak sih!

TIA

Iya, iya. Gua cuma mau bilang, gua punya obat.

Pria itu langsung menaruh perhatiannya kepada Tia.

ARI

Obat? Obat apa?

TIA

Obat COVID.

Pria tersebut masih tidak yakin akan ucapan Tia.

ARI

Lu boong. Obat COVID itu nggak ada. Vaksin aja nggak mempan!

TIA

Iya, emang. Tapi, obat ini bisa nekan gejala-gejala COVID. Gua nggak boong.

ARI

Lu jangan coba-coba main-main, ya!

TIA

Gua serius. Obat ini nggak beredar di mana-mana soalnya bener-bener baru dikembangkan.

ARI

.... Mana obatnya?

TIA

Gua ambilin obatnya kalo lu mau.

Ari berpikir. Dengan penuh keraguan.

TIA

Lu bisa tanya anak itu kalo gua nggak boong. Ya, kan Rik?

Riki mengangguk pelan.

ARI

Ya udah, mana obatnya? Biar gua yang ambil!

TIA

Nggak. Lu kasih Riki ke gua, baru gua ambilin obatnya.

ARI

(menekan pistol ke pelipis Riki)

Ni anak bisa gua pecahin kepalanya sekarang juga!

TIA

Lu tembak pistol itu, keluarga lu nggak akan bisa selamat.

Ari melihat keluarganya di dalam mobil. Terkapar lesu lemah.

ARI

Lu ambil dulu obatnya. Baru gua kasih ni anak.

Tia mengangguk setuju.

TIA

Oke. Gua bakalan jalan buat ambil obatnya. Oke?

Ari mengangguk. Ari memindahkan todongan pistol dari arah Riki ke Tia secara bergantian.

Karena tas ransel Tia terletak tepat di atas meja warung, samping pria itu, Tia harus mendekati pria itu. 

Tia terus berjalan mendekat dan mendekat. 

Tia sudah berhadapan dengan pria itu secara langsung. Dengan penuh kehati-hatian, Tia mengambil tas ranselnya. Ia membuka resletingnya, dan meraih kotak obat. 

Tia mengangkat tangannya yang sudah menggenggam kotak obat.

ARI

Itu obatnya?

Tia mengangguk.

ARI

Ya udah, mana sini!

TIA

Riki dulu.

Ari mendorong Riki maju menuju Tia. Riki memeluk kaki Tia.

TIA

Rik, sana ke belakang. Pake masker lu.

Riki berjalan melewati Tia sambil memakai masker.

Tia mengulurkan tangannya perlahan-lahan. Ketika ia hendak memberikan kotak obat kepada pria tersebut, Tia langsung menjatuhkan kotak obat.

Tia merunduk dan menjegal kaki pria itu. Pria tersebut jatuh menyamping. Tia menendang pistol pria itu menjauh dari jangkauannya. Tia hendak mengambil pistol miliknya. Tetapi, pria itu menarik pergelangan kaki Tia sehingga Tia jatuh tersungkur. 

Tia masih berusaha merayap dan menjangkau pistol miliknya, namun cengkraman pria tersebut terlalu kuat. Pria itu menarik kaki Tia sekuat tenaga dan mengunci kakinya. Tia berusaha keluar dari kuncian dengan memutar badannya. Tia menggunakan kaki yang lain untuk menendang perut pria itu. Kuncian melemah. Tia berhasil keluar dari kuncian. Tia berbalik dan berlari menghampiri pistolnya. Namun, ketika ia berhasil mengambil pistol, pria itu lebih cepat. Pria tersebut berhasil mengambil pistolnya yang lebih dekat.

Pria itu memukul kepala Tia dengan gagang pistol hingga Tia pingsan.

FADE TO BLACK.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar