4. What She Does for a Living

EXT. JALAN RAYA - NIGHT

Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. 

TIA

(melihat jam tangan)

Pasti begal-begal udah keliaran. 

Tia masih berpikir. Tia menggulirkan GPS nya untuk melihat waktu estimasi yang dibutuhkan menuju rumah Tante Ami.

TIA

Kayaknya dilanjutin besok masih bisa.

Sambil menurunkan kecepatannya, Tia mencari motel di area tersebut. Beberapa saat kemudian, ia melihat sebuah motel kecil di pinggir jalan. 

Tia memutuskan untuk bermalam di motel tersebut.

I/E. MOTEL JAWARA - NIGHT

Tia memarkirkan motornya dalam basement motel. Tidak lupa, ia memasang kunci ganda sebagai perlindungan ekstra.

Tia masuk ke lobby motel. Seperti yang ia duga, motel tersebut lusuh. Ia memerhatikan bahwa lampu-lampu di motel itu sering berkedap-kedip. Seperti ada yang bermasalah dengan sirkuit listriknya.

Tia menghampiri meja resepsionis. Di belakang meja, sudah ada seorang wantia sedang mengikir kukunya. Tidak peduli dengan pelanggan yang datang.

TIA

Mbak, satu kamar single bed berapa?

RESEPSIONIS

(acuh tak acuh)

Masker satu kotak.

Tia membuka isi tasnya untuk melihat persediaan masker yang sudah ia siapkan. Tia hanya membawa satu kotak. Dari dalam tas, Tia mengambil 10 buah masker dari kotak tersebut. Kemudian barulah ia mengeluarkan sisanya.

Tia meletakkan kotak masker di atas meja resepsionis.

Resepsionis itu mengambil kotak masker dan membuka isinya. 

RESEPSIONIS

(menghitung masker)

Kok cuma segini?

TIA

Nggak ada lagi, Mbak.

RESEPSIONIS

(menghela napas)

Ya nggak bisa. Kurang.

Tia mempunyai secercah ide.

TIA

(menunjuk lampu)

Ini emang sering begini mbak?

RESEPSIONIS

Lampu?

TIA

Iya.

RESEPSIONIS

Iya, nggak tau dah apa yang rusak.

TIA

Mau gua benerin nggak?

Resepsionis tersebut tertarik dengan tawaran Tia.

RESEPSIONIS

Benerin?

TIA

Iya.

RESEPSIONIS

Emang bisa?

TIA

Gampang. Tapi gua gratis nginep semalem ya.

Resepsionis tersebut diam sejenak.

RESEPSIONIS

.. yaudah deh.

Tia merebut masker yang sudah ia letakkan di atas meja resepsionis dan memasukkannya kembali ke dalam tas.

TIA

Mana sirkuitnya?

INT. BASEMENT - NIGHT

Resepsionis tersebut membukakan ruang basement untuk Tia. Remang-remang, dingin, dan lembab.

RESEPSIONIS

(menunjuk sirkuit)

Tuh, disitu. Peralatannya di bawahnya.

Tia melangkahkan kakinya masuk menuju basement.

RESEPSIONIS

Kalo udah, tutup pintunya, ya.

Resepsionis itu meninggalkan Tia sendirian.

Tia membuka kotak sirkuit dan mulai mengutak-atik aliran listrik dengan alat yang sudah diberikan.

TIA

(menaikkan saklar)

Bismillah.

Dirasa sudah selesai melaksanakan pekerjaannya, Tia naik kembali ke lobby motel untuk mengecek hasil.

TIA

Gimana? Udah nggak kedip-kedip?

RESEPSIONIS

Udah. Makasih ya!

Resepsionis itu memberikan sebuah kunci kamar kepada Tia.

RESEPSIONIS

(memberikan kunci)

Kamar 203, lantai 2 sebelah kiri.

TIA

(mengambil kunci)

Makasih ya.

Ketika Tia hendak pergi dari area resepsionis, ia melirik seorang pria yang berlari-lari dengan menggendong seorang anak laki-laki yang terbatuk-batuk di balik maskernya.

PRIA

(menuju resepsionis)

Mbak, saya butuh kamar buat satu keluarga.

RESEPSIONIS

Masker 3 kotak, atau beras 10Kg, Pak.

PRIA

Aduh mbak, saya nggak punya beras sebanyak itu. Untuk makan sekarang aja susah Mbak.

RESEPSIONIS

Ya emang segitu Pak tarifnya, kalo nggak bisa bayar ya nggak usah di sini, Pak.

Tia menatap pria itu sesaat. Pria itu menatap Tia sesaat. Mata mereka bertemu sejenak. Tatapan pria itu seakan penuh dengan permintaan bantuan. Tia tidak memedulikannya. Tia meneruskan langkahnya menuju kamar motelnya.

Tia menaiki tangga motel dan mencari kamar 203. 

TIA

Kamar 203.

Ia masuk ke kamar itu.

INT. KAMAR 203 - NIGHT

Tia meletakkan tas dan membuka jaketnya. Kemudian, ia melepas masker dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan badannya.

Setelah selesai berbenah, Tia memakan bekal yang diberikan oleh Wanto tadi siang.

Tia menyantap makan malamnya terduduk sambil mengecek pesan-pesan di ponselnya. Ia mencari kontak Tante Ami dan menelpon Tante Ami.

TANTE AMI (V.O.)

(batuk berat)

Halo, assala..mualaikum..

Raut wajah Tia seketika menjadi khawatir mendengar suara Tante Ami yang sangat berat. Tia meletakkan tempat bekalnya.

TIA

Waalaikumsalam, Tante--Tante.... Makin parah?

TANTE AMI (V.O.)

(terengah-engah)

Tante nggakpapa kok, Tia.

TIA

Tante harus ngelawan terus, Te. Tia udah mau sampe. Tante tahan terus ya.

TANTE AMI (V.O.)

Iya, kamu hati-hati ya.

TIA

Iya, Tante.

TANTE AMI (V.O.)

(batuk berat)

Yaudah, Tia... Tante pergi dulu, assalamualaikum.

TIA

Waalaikumsalam.

Tia sangat cemas mendengar suara Tante Ami yang semakin memburuk. 

TIA

(mengetuk ponsel)

Ini nggak bakal sempet kalo gua berangkat besok. Gua harus ngelanjutin sekarang.

Dengan berbagai pertimbangan, Tia memutuskan untuk melanjutkan perjalanan malam ini agar Tia bisa lebih cepat sampai ke rumah Tante Ami.

Tia menyelesaikan makan malamnya. Kemudian, ia memasukkan semua barang-barangnya kembali ke tasnya. Ia segera memakai jaket dan maskernya lalu keluar dari kamar motel.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar