3. A Pretty Fine Day in a Shitty World

Tia melihat alamat yang sudah dikirim oleh Tante Ami dan mengaturnya menjadi tujuan dalam GPS ponselnya.

Tia memakai masker gas, kacamata pelindung, dan helm.

EXT. JALAN RAYA - DAY

Tia memulai perjalanannya. Ia meliuk-liuk melewati sepinya jalan di Jakarta. Ia melihat sebuah papan reklame usang dan sobek yang bertuliskan “Vaksin COVID-19 Aman dan Halal”. Ia menambah kecepatan motornya.

Di samping kiri dan kanan, bertumpuk-tumpuk sampah menggunung tidak terurus. Tia sudah tidak asing apabila ia mencium bau tidak sedap ketika sedang berkendara. Tia sudah paham bahwa bau itu berasal dari tumpukan sampah.

Di kejauhan, Tia melihat dua orang sedang bertengger di pinggir jalan raya. Tia sudah hafal dengan trik ini. Mereka adalah para perompak yang pekerjaan sehari-harinya adalah menjebak kendaraaan yang sedang melintas dan mengambil seluruh harta korbannya. Tia segera membelokkan motornya melewati gang-gang kecil untuk menghindari perompak-perompak nakal.

Setelah melewati belokan-belokan, Tia masuk ke sebuah komplek perumahan. GPS Tia menunjukkan bahwa mereka sudah sampai tujuan. 

EXT. RUMAH WANTO - DAY

Tia berhenti di depan rumah dengan pagar besi menjulang. Tanpa membuka helmnya, Tia menekan tombol bel. Beberapa detik kemudian, ada sebuah suara keluar dari speaker kecil di samping bel.

WANTO (V.O.)

Siapa?

TIA

Kurir Tante Ami.

WANTO (V.O.)

Mana identitasnya?

Tia membuka tas ranselnya dan mengambil dompet. Ia menunjukkan KTP kepada kamera CCTV yang sudah terpasang di atas bel itu.

Sesaat setelah Tia menunjukkan KTP, pintu besi berderit terbuka otomatis.

Tia menuntun motornya masuk ke dalam garasi rumah Wanto.

INT. RUMAH WANTO - DAY

Wanto membuka pintu rumahnya dan menemui Tia di garasi. Wanto menutup mulutnya dengan masker yang dipegang dengan tangan. Tidak ia kaitkan di telinga.

Tia melepas helm dan kacamata pelindung lalu meletakkannya di atas motor.

WANTO

Tia, kan?

Tia mengangguk cepat.

WANTO

Ayo masuk.

Wanto memimpin jalan masuk ke dalam rumahnya. Tepat di depan pintu masuk menuju ruang tamu Wanto, terdapat sebuah bilik steril. Tia melihat Wanto masuk menuju bilik steril dan membiarkan bilik tersebut menyemprot tubuhnya dengan disinfektan. Setelah selesai, Wanto keluar dari bilik tersebut.

WANTO

Ayo, giliranmu.

Tia melangkahkan kakinya masuk menuju bilik tersebut. Setelah melewati bilik disinfektan, Tia baru diperbolehkan masuk menuju rumah Wanto.

Tia ternganga melihat rumah Wanto yang penuh dengan ruangan-ruangan bersekat kaca dan penuh dengan alat-alat laboratorium serta tikus-tikus putih yang berada di dalam kandang transparan. 

TIA

Om kenal Tante Ami darimana?

WANTO

(membuka kunci laboratorium)

Ami itu temenku waktu dia masih kerja di Jakarta. Sama mama kamu.

TIA

Oh..

WANTO

Bentar, aku ambil dulu obatnya. Jangan ikut masuk, kamu nggak steril.

Tia mengangguk. Tia menunggu Wanto masuk ke dalam ruang laboratorium untuk mengambil obat yang dibutuhkan.

INT. LABORATORIUM WANTO - DAY

Wanto mulai memasang baju APD dengan perlengkapannya. Wanto beranjak menuju salah satu laci di ruangan tersebut. Kemudian, Wanto membuka kunci laci dan mengambil obat yang dibutuhkan. Obat tersebut berjumlah 5 strip dengan 5 buah obat di setiap stripnya. Wanto mengambil sebuah kotak kecil dan memasukkan obat tersebut ke dalamnya.

Wanto kemudian keluar dari laboratorium.

INT. RUMAH WANTO - DAY

Wanto memberikan obat tersebut kepada Tia.

WANTO

(memberikan obat)

Tia, obat ini harus dikasih ke pasien dengan jangka waktu maksimal 3 hari semenjak pasien pertama kali mengalami gejala.

TIA

Tante Ami bilang udah gejala mulai kemaren malem, Om.

WANTO

Iya, jadi besok kamu udah harus sampe ke Ami.

TIA

Kalo lebih dari itu gimana Om?

WANTO

Bukan cuma tidak bereaksi, tapi obat ini malah akan memperparah dan bikin makin sakit. Karena ini obat jenisnya keras. Jadi emang harus hati-hati.

TIA

Oh gitu ya Om.

WANTO

Obat ini masih dalam tahap clincal trial, Tia. Karena udah urgent, kita harus siap ambil resiko. Cocok-cocokan.

Tia tidak tahu harus berkata apa. Ia tidak mengerti mengenai urusan seperti ini.

TIA

Emang, COVID-30 ini jauh lebih parah ya, dari yang 24?

WANTO

(menggeleng-geleng)

Om juga sebenernya nggak habis pikir sama virus satu ini. COVID-24 itu udah parah kali. Virus paling ganas yang pernah Om lihat. Eh tiba-tiba muncul lagi COVID-30.

TIA

Kok bisa, ya Om?

WANTO

Gimana ya ngejelasinnya. Imun orang Indonesia juga rendah kali, Tia. Kamu liat itu di luar nggak ada higienitas sama sekali. Udah gitu, orang-orang pada kelaperan. Sekarang ini pilihannya cuma dua, mau mati karena COVID atau mati kelaperan.

Pernyataan Om Wanto membuat Tia berpikir dua kali.

WANTO

Semoga saja, obat ini bisa membantu menyembuhkan orang-orang.

Tia mengangguk.

WANTO

Kau hati-hati ya, nganternya. Inget, maskernya kau pakai terus itu!

TIA

Iya, Om.

Wanto berjalan ke arah dapur dan memberikan sekotak bekal untuk Tia.

WANTO

(memberikan bekal)

Nih, buat kamu.

TIA

(menerima)

Makasih Om. 

WANTO

Kau mungkin baru kenal Om hari ini, tapi Om sama mama kamu dulu sering kerja bareng. Om turut berduka ya tentang mama kamu.

TIA

(menunduk)

Oh, udah lama Om.

WANTO

Iya, Om tau-- Mama kamu itu orangnya emang peduli kali sama pasien-pasiennya. Orang baik.

TIA

(terdiam)

... iya Om.

WANTO

Ya udah, cepat berangkat kau. 

Tia memasukkan bekal ke dalam tasnya lalu berjalan keluar dari rumah Wanto.

I/E. RUMAH WANTO - DAY

Tia mengeluarkan motor. Ia menoleh ke belakang dan menganggukkan kepala kepada Om Wanto. 

Om Wanto membalas anggukan Tia.

Tia menaiki motornya dan bergerak menuju tempat tujuan.

EXT. JALAN RAYA - AFTERNOON

Setelah beberapa saat berkendara, Tia akhirnya masuk ke area jalan antar kota. Tia harus semakin berhati-hati di area ini, karena semakin banyak perompak berkeliaran. 

Tia memerhatikan indikator bensin yang menunjuk tulisan ‘empty’. 

Tia menepuk dahinya kuat-kuat. 

TIA

Aih, kenapa jerigennya nggak gua bawa!

Akhirnya, Tia memutuskan untuk mencari pom bensin terdekat.

I/E. POM BENSIN - AFTERNOON

Begitu melihat sebuah pom bensin di kiri jalan, Tia langsung membelokkan motornya.

Tia melihat sekeliling pom bensin tersebut untuk mencari petugas pom bensin. Tetapi, Tia tidak menemukan siapapun. Tia memutuskan untuk mengecek apakah mesin pompa bensin terbengkalai itu masih berfungsi. 

Tia menekan tombol pompa. Ternyata tidak berfungsi.

Tia melihat ada sebuah toko kecil di dalam area pom bensin. Ia berjalan ke toko tersebut.

Ternyata, pintu toko terkunci. 

Tia mengintip melalui jendela kaca, tidak ada siapa-siapa. Mata Tia menjelajahi seisi toko, namun penglihatannya terhalang oleh debu-debu dari balik toko.

TIA

(mengintip)

Ah, nggak keliatan.

Tia memutar ke pintu belakang toko. Ternyata pintu belakang juga dikunci. 

TIA

Ah, yaudahlah. Bodo amat.

Tia mengambil batu berukuran sedang di permukaan tanah tepat di sebalah kakinya dan melemparkannya ke arah pintu kaca toko dengan sekuat tenaga. 

Tia membersihkan ujung sisi pintu dari kaca-kaca kecil dengan tangannya yang terbalut dengan sarung tangan kulit.

Ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam area toko.

INT. TOKO POM BENSIN - AFTERNOON

Tia berkelililng dan meneliti setiap sisi untuk mencari bensin. 

Ternyata, di pojok belakang toko, terdapat sebuah jerigen berisi beberapa liter bensin. Cukup untuk mengisi motornya. 

TIA

Yes.

Tia segera menghampiri jerigen tersebut dan mengambilnya. Ketika ia beranjak keluar dari toko, ia tidak sadar bahwa ada seorang laki-laki yang mengendap dari belakang toko. Lelaki itu membawa sebilah belati di tangannya. 

Tia baru sadar ada seseorang di belakangnya ketika ia melihat sekelebat bayangan di pojok matanya.

Tia meletakkan jerigen dan membalikkan badannya perlahan dengan kedua tangannya di atas.

Lelaki itu memukul salah satu rak dengan belatinya untuk menggertak Tia. Tia berusaha untuk tetap tenang.

Tia dan laki-laki itu berhadapan.

Tia menurunkan salah satu tangannya dengan perlahan dan mengibaskan jaketnya supaya pistol yang terpasang di sabuknya terlihat. 

TIA

(memegang sarung pistol)

Lu nggak akan menang pake golok doang. Gua nggak bermaksud ngapa-ngapain, cuma mau ambil bensin. Oke?

Lelaki itu masih menatap Tia tajam. 

TIA

Oke, oke.

Tia menurunkan sebelah bahunya untuk melepaskan tas ransel. Tia membuka tas dan mengambil sebungkus mi instan.

TIA

Nih.

Tia meletakkan mi instan di atas meja kasir.

TIA

Udah, ya.

Tia berjalan mundur keluar toko dan berlari kecil menuju motornya. Tia segera mengisi tangki motornya dengan bensin. Setelah isi jerigen habis, Tia menutup tangki dan meletakkan jerigen di sembarang tempat. Ia menaiki motornya. 

Sesaat sebelum Tia menancapkan gas, ia melihat pria itu berlari mengambil sebungkus mi instan dari meja kasir. Ternyata dari area belakang toko, muncul seorang anak perempuan berlari ke arah pria itu. Mereka berdua berpelukan di atas kebahagiaan sebungkus mi instan. 

Tia segera keluar dari area pom bensin itu.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar