1. Beginning of the End

FADE IN:

EXT. JALAN RAYA - DAY. 2030

Terlihat sebuah sepeda motor sport klasik melaju kencang di tengah jalan raya yang sepi. Mobil-mobil rusak diam terbengkalai di sampingnya. Tia dengan motornya terus melaju. Sesekali ia melihat pemandangan di pinggir jalan yang penuh dengan infrastruktur bangunan publik hancur. Toko-toko berpintu besi yang berdebu dan penuh coretan. Sesekali ia melihat gelandangan tidur di pinggir jalan. Tia dengan lincah menghindari lubang-lubang yang terpatri di jalan raya karena tidak terurus.

EXT. GANG KECIL - DAY

Tia memperhatikan sebuah gapura kecil di kiri jalan raya. Ia mengarahkan motornya ke gang tersebut dan masuk ke dalam gang. Sudah hafal dengan kawasan ini, Tia terus melajukan motornya menuju rumah tujuan. Tia berhenti di depan sebuah rumah besar dengan pagar tinggi berlapis besi. Sudah tidak asing bagi Tia melihat rumah dengan pagar-pagar seperti ini. Semenjak krisis moneter tahun 2028, semua orang yang masih bertahan memang berlomba-lomba melindungi kediamannya dengan pagar besi. Walaupun, tidak selalu efektif.

EXT. RUMAH JOHAN - DAY

Tia turun dari sepeda motornya.

Terlihat tulisan ‘BEL’ di sisi kiri tembok pagar. Tia menekan tombol bel. Tidak terdengar suara apapun. Namun, kamera CCTV di pojok atas pagar bergerak mengarah kepada Tia. Setelah beberapa saat menunggu, pagar besi terbuka kecil. 

Seorang pria muncul dari balik pagar tersebut. Ia membuka pagar cukup lebar agar motor Tia bisa masuk.

Tia menuntun motornya masuk ke dalam rumah.

Setelah motor Tia masuk, pria itu segera menutup pagar besi.

Tia melepas helm, kacamata pelindung, dan masker gas. Kini wajahnya hanya berbalut masker medis yang selalu ia pakai kemanapun.

JOHAN

(mengajak)

Yok.

INT. RUMAH JOHAN - DAY

Tia mengikuti Johan masuk ke dalam rumah. 

Di dalam, Tia melihat beberapa pria lain sedang asyik bermain judi kartu di sebuah meja bundar. Ada juga seorang laki-laki sedang mengasah belati besar. Tia tidak menghiraukan mereka dan terus berjalan mengikuti Johan.

Tia terus mengikuti Johan sampai Johan berhenti di sebuah meja tulis yang terletak di ujung tengah ‘ruang kerja’.

JOHAN

(duduk)

Nah, ini dia kesayangan gua! Gimana perjalanan lu?

TIA

Ya, kaya biasanya.

JOHAN

(mengangkat kaki)

Nggak ada masalah kan?

TIA

Nggak.

JOHAN

Aman lah ya. Kan lu udah sering juga nganterin beginian.

Tia tertawa kecil.

JOHAN

(menepuk tangan)

Oke oke. Mana barangnya?

Tia mengeluarkan dua buah kantong kertas dari tas ranselnya dan meletakkannya di atas meja. Tangan Johan menghampiri salah satu kantong dan meraihnya. Dengan sigap, Johan membuka kantong kertas dan mengeluarkan isinya.

Isinya adalah pistol Glock 19.

Johan membongkar magazin pistol tersebut untuk mengecek isi peluru. Pistol itu tidak ada pelurunya. Johan menatap Tia dengan heran.

JOHAN

(melihat isi kantong)

Lah, kok nggak ada pelurunya?

TIA

Kata Bang Anta, nggak termasuk.

JOHAN

Satunya juga nggak ada?

TIA

Kata Bang Anta, emang perjanjiannya nggak pake peluru. Lu nggak usah pake acara ngibulin gua ya.

JOHAN

(terkekeh)

Emang ye, Anta.

Johan meletakkan pistol di atas meja.

JOHAN

Ya udah. Seperti biasa, kan?

TIA

Kali ini nggak, Jo.

JOHAN

(suara meninggi)

Lah, kenapa?

TIA

Gua butuh suku cadang buat motor.

Johan berdiri dari duduknya.

JOHAN

Butuh apa?

TIA

Kampas rem. Sama oli juga.

JOHAN

Udah, itu doang?

TIA

Sama bensin.

JOHAN

Udah?

TIA

Sama beras.

JOHAN

Anjir, banyak banget permintaan lu! Lu bukannya udah dibayar juga sama si Anta?

TIA

Bawel banget sih. Bang Anta tuh udah ada bagiannya sendiri! Udah mana cepet!!

JOHAN

Ah nggak ah, nggak pake beras!

TIA

Dih! Nggak, nggak! Harus pake! Awas lu, kalo ada urusan-urusan lagi, nggak bakal gua ladenin!

JOHAN

(merendah)

Eh, eh, iya iya iya. Jangan ngambek dong.

TIA

Nah, gitu kek.

JOHAN

Bensinnya mau berapa? 10 Liter cukup?

TIA

(kaget)

Ya nggak cukup lah, bego.

JOHAN

Mau berapa njing!

TIA

15 liter, MINIMAL. Dikira nganterin barang dari tempat Bang Anta ke tempat lu deket, apa?!

JOHAN

Yaelah sini sana doang.

TIA

Ya udah lu anter sendiri sana!

JOHAN

.... Yaudeh yaudeh. Bim!

Johan memberikan isyarat tangan untuk memanggil salah satu preman yang sedang asyik bermain judi.

Seorang pria bertubuh kekar dengan kepala botak datang menghampiri Johan.

Ketika Bima datang, Bima melirik sosok Tia yang berada di sebelahnya dan menyeringai. Bima mengelus punggung Tia.

BIMA

(mengelus punggung Tia)

Wah, cewe seksi ngapain di tempat begini?

Tia dengan reflek menyikut ulu hati dan leher Bima. Tia menghadapkan badannya kepada Bima dan menendang selangkangan Bima dengan dengkulnya.

TIA

Terusin kalo berani.

Bima mengerang kesakitan.

Johan tertawa.

JOHAN

(terkikik)

Bego lu Bim. Udah sana, ambilin bensin 15 liter sama beras. Eh, berasnya mau berapa kilo?

TIA

20 kilo, lah.

JOHAN

Sama beras sekarung, Bim! Ambil di gudang belakang.

Johan masih terkekeh.

JOHAN

Makanya, kalo mau godain cewe liat-liat, goblok.

Masih menahan sakit, Bima melangkah pergi untuk mengambil bensin.

JOHAN

Sori, ya. Anak baru.

TIA

(tersenyum)

Nggak papa, sekali-sekali ngerjain cowo bego.

Johan tersenyum.

JOHAN

Lu abis ini ada orderan lagi, nggak?

TIA

Nggak ada. Kenapa?

JOHAN

Gua ada job nih. Anterin pil.

TIA

Kemana?

JOHAN

Nggak jauh-jauh banget. Kalo lu mau, gua bagi alamatnya.

TIA

Pil biasanya?

JOHAN

Iye, paling cuma tiga kilo doang. Depan sini..

Tia mempertimbangkan tawaran Johan.

TIA

(menggaruk kepala)

Berasnya tambahin lagi sekarung. Sama bensin juga tambahin. Tambahin... 15 liter.

Johan tersenyum.

JOHAN

(menggeleng-geleng)

Cuma sama lu doang gua rela diporotin.

TIA

(memainkan tangan)

Lagian, hari gini siapa sih yang masih bisa beli gituan?

JOHAN

Nggak beli, bos. Buat sajen ini.

TIA

(tersenyum)

Buat siapa?

JOHAN

Ya, lu liat ajalah sendiri. Surprise.

Tia tertawa kecil.

Johan membagikan alamat ke ponsel Tia.

JOHAN

(menatap ponsel)

Tuh, udah gua share alamatnya.

Tia mendengar dering notifikasi ponsel dari dalam saku jaketnya. Ia mengambil ponsel dalam sakunya dan melihat notifikasi dari Johan.

TIA

(menggulirkan ponsel)

Oke.

JOHAN

Nanti kalo ditanya dari siapa, bilang aja, ditraktir BangJo. Makasih ya!

Tia memasukkan ponselnya kembali ke sakunya. Tia tidak sabar menunggu upahnya.

TIA

Mana nih bayaran gua!

JOHAN

Sambil nunggu si Bima, kita ambil sparepart buat motor lu dulu, yuk.

Johan beranjak menuju garasi rumah yang berada di samping ‘ruang kerja’-nya. Tia berada di belakang Johan, masih mengikuti. 

INT. GARASI JOHAN - DAY

Johan berjalan menuju sebuah lemari besi yang terdapat di dalam garasi. Kemudian, ia mengambil segenggam kunci-kunci. Ia mencari kunci yang tepat untuk gembok lemari tersebut. 

JOHAN

(menggumam)

Kayaknya yang ini.

Johan memilih sebuah kunci kecil dan memasukkannya ke lubang gembok. Gembok terbuka. Johan melepas gembok dari kaitan lemari dan membuka pintu lemari.

Di dalam lemari, sudah ada susunan-susunan suku cadang baik untuk motor maupun mobil.

JOHAN

Mau gua pilihin apa lu ambil sendiri?

TIA

Ambil sendiri aja.

Johan mempersilahkan Tia untuk memilah-milah suku cadang yang ia butuhkan.

Tia mengambil sebuah kampas rem dan sebotol oli dari dalam lemari. Tia menjejalkan kedua barang tersebut ke dalam tas ransel.

TIA

Thanks.

Johan mengangguk.

JOHAN

(menutup lemari)

Ti, lu yakin nggak mau jadi “karyawan” tetap gua aja?

Tia terkekeh.

TIA

Lu tau kan satu aturan yang selalu gua tetapin dari dulu,

BERSAMA-SAMA

No strings attached.

JOHAN

Iya gua tau.. Barangkali kalo sama gua peraturannya berubah..

Johan dengan lembut menyentuh permukaan tangan Tia dengan jari tengahnya. Ia menatap mata Tia dalam-dalam. Pipi Tia merona. Seketika Tia memalingkan wajahnya dan menggerakkan tangannya supaya keluar dari jangkauan tangan Johan.

TIA

Gua nggak ada waktu buat ginian, Jo.

JOHAN

(tersenyum)

Well, lu emang selalu nggak ada waktu buat gua. Kecuali.. 2 minggu lalu. Sama 3 minggu lalunya lagi.. Sama..

TIA

(menyela)

Iya iya udah udah. Kan gua udah bilang, it means nothing.

JOHAN

(tersenyum)

Yaa, terserah lu deh.

Bima kembali dengan membawa sebuah jerigen berisi bensin 15 liter.

JOHAN

(mengambil sebatang rokok dari saku)

Eh, Bim, tambahin lagi bensinnya 15 liter.

Johan menyalakan rokok dengan korek api.

BIMA

Hah, balik lagi ni bos?

JOHAN

Ya iya, goblok!

Johan memerhatikan Bima, tidak ada beras.

JOHAN

(meniup asap rokok)

Berasnya mana?

BIMA

(menepuk dahi)

Aduh, iya ya. Siap bos.

JOHAN

Berasnya jadi 2 karung! Buruan!

Tia menatap Bima dengan tajam. Masih terkejut dengan kekuatan Tia, Bima segera berlari kecil menuju gudang.

I/E. RUMAH JOHAN - DAY

Dengan jerigen dan beras yang sudah terikat rapih di jok belakang motor, Tia mengeluarkan motornya dengan hati-hati. Johan mengantar Tia sampai ke depan gerbang.

TIA

(memakai kacamata pelindung)

Thanks, ya!

JOHAN

(memegang pagar besi)

Yok. Hati-hati!

Tia mengangguk. Tia segera menancap gas, pergi untuk mengantarkan barang selanjutnya.

EXT. JALAN RAYA - AFTERNOON

Tia melihat GPS yang sudah terpasang di stang motornya. Menurut GPS, ia sudah dekat dengan titik tujuan. 

Tia menurunkan kecepatan motornya dan melihat kanan-kiri untuk mencari alamat yang sesuai dengan alamat yang diberikan oleh Johan. 

Ternyata, GPS mengantarkan Tia ke depan sebuah Pos Polisi. 

Tia memarkirkan motornya.

I/E. POS POLISI - AFTERNOON

Tia melangkah masuk ke dalam pos polisi. Interior ruangan pos tersebut sudah sangat usang dan berdebu, seperti tidak berpenghuni. Padahal, di dalam ada dua orang polisi yang sedang bermain ponsel. Ketika Tia masuk, kedua polisi tersebut menatap Tia dengan malas. Lalu, mereka kembali sibuk dengan ponselnya.

POLISI 1

(melihat ponsel)

Selamat siang, mbak. Ada yang bisa saya bantu?

Tia melangkah mendekat ke arah polisi itu. Di depan meja informasi, Tia mengeluarkan sebuah kotak yang dibungkus plastik dari tas dan meletakkannya di depan kedua polisi itu.

Perhatian para polisi yang awalnya tertuju pada ponselnya masing-masing, kini tertuju pada paket tersebut. Salah satu polisi meletakkan ponselnya dan mengambil paket.

POLISI 1

(memegang paket)

Apa nih?

TIA

Ditraktir BangJo.

Polisi itu mengangguk seakan mengerti kode tersebut dan meletakkan paket tersebut ke bawah meja.

POLISI 1

(menerima paket)

Oke.

Tanpa basa basi lagi, Tia bergegas keluar dari pos polisi.

Tia memakai helmnya dan menyalakan mesin motor. Ia melajukan motornya menjauh dari tempat itu dan bergegas pulang menuju rumah.

I/E. RUMAH TIA - EVENING

Tia memberhentikan motornya di depan sebuah rumah sederhana yang tidak terlalu besar. Seperti rumah-rumah lain yang masih bertahan, rumah Tia juga dilapisi oleh besi rollingdoor. Tia membuka gembok rollingdoor besi rumah dan menarik rollingdoor ke atas. Di balik rollingdoor, masih terdapat sebuah pintu dan jendela. Tia membuka kunci pintu itu. 

Di dalam, Tia disambut oleh suasana rumah yang gelap gulita. Semua lampu masih mati.

Di kegelapan, Tia menuntun motornya masuk ke rumah. Setelah motor terparkir rapi di ruang tamu, Tia berjalan keluar untuk menutup rollingdoor. 

Sekilas, ia melihat keadaan sekitar rumahnya. Tepat di samping rumah Tia, terdapat sebuah rumah yang sudah separuh rubuh dengan rumput ilalang yang tinggi. Cat rumah sudah terkelupas dengan pagar yang berkarat.

Tia menarik pintu rollingdoor turun sampai menuju lantai. Ia mengunci pintu rollingdoor dengan gembok. Lalu, ia masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu.

Tia melepas helm motor bogonya. Kemudian, ia melepas kacamata pelindung. Terakhir, Tia melepas masker gas. Dibalik masker gas, masih terdapat masker medis.

Tia melepas tali pengaman yang mengikat jerigen bensin dan beras dengan rangka motor. Ia mengangkat jerigen menuju genset yang berada tepat di sebelah motornya dan membuka tutup tangki genset. Ia menuangkan bensin dari jerigen menuju tangki. Setelah penuh, ia menutup tangki dan menarik tuas genset beberapa kali hingga mesin genset menyala.

Tia menekan saklar lampu ruang tengah rumahnya. Kini, rumah sudah tidak terlalu gelap.

Tia membawa karung beras ke dapur dan menggeletakkannya di bawah.

Tia melepas masker medis yang sedang dipakai dan membuangnya ke tempat sampah. Tempat sampah tersebut sudah menggungung. Penuh dengan bungkus makanan dan masker-masker yang sudah tidak terpakai. 

Kemudian, ia bergerak menuju kamar mandi.

INT. KAMAR MANDI - EVENING

Tia memutar keran wastafel yang sudah berkarat. Air keruh berwarna agak kuning mengucur keluar. Tia membasuh tangannya dengan gerakan cuci tangan yang lengkap. Kemudian, ia menekan botol sabun dan menggosok kedua tangannya secara menyeluruh. Setelah ia membilas tangannya, ia menengadahkan tangannya untuk menampung air, lalu membasuh wajahnya.

INT. RUMAH TIA - NIGHT. 2024

Tia melihat berita di televisi yang menyiarkan berita mengenai mutasi virus COVID terbaru.

PENYIAR BERITA (V.O.)

Virus COVID terus bermutasi. Setelah kemunculannya pertama kali pada tahun 2019 silam, kini para peneliti mengumumkan bahwa COVID-19 telah bermutasi menjadi COVID-24. Diyakini, COVID-24 menyebar lebih cepat dengan gejala yang lebih parah. Sejauh ini, sudah lebih dari 3 juta orang meninggal dan 30 juta orang postif terpapar virus ini. 

Suara penyiar berita televisi memekakkan telinga Tia. Tia yang panik segera menyambar remot televisi dan mematikannya. 

Terlihat sebuah foto keluarga terpajang di samping televisi. Tia dengan baju kebaya, Ayahnya memakai seragam dinas tentara, dan Ibunya memakai seragam perawat. 

Tia cemas dengan keadaan Ibunya yang sedari tadi masih belum pulang. Akhirnya, ia memutuskan untuk menelepon Ibunya.

TIA

(mencoba menelepon Ibunya)

Ck elah, kemana si mama?

Tia menunggu beberapa saat namun telepon masih belum diangkat. 

MESIN OTOMATIS TELEPON (V.O.)

Maaf, nomor yang Anda tuju sedang sibuk..

Tia mematikan panggilan dan mencoba menelepon ponsel Ibunya kembali.

Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya Ibunya mengangkat telepon.

MAMAH TIA

(teriak)

Halo, Tia! 

TIA

(menghela napas)

Halo, Mah? Mama dimana kok belum pulang?

MAMAH TIA

(menutup sebelah telinga)

Iya nak, maaf ya, ini pasien di UGD dari kemaren banyak banget nak. COVID semua.

Jantung Tia berdegup kencang.

TIA

(gugup)

Mama jangan capek-capek.. nanti malah imunnya turun.

MAMAH TIA

Iya iya. Kamu kalo mau makan, makannya ada di meja. Tadi pagi mama masak sayur sop. Panasin kalo mau makan ya!

TIA

Mama udah mak..

MAMAH TIA

(menyela)

Udah ya Tia, mama masih banyak pasien. Assalamualaikum.

Ibu Tia mematikan telepon.

TIA

(melihat ponsel)

....Waalaikumsalam.

Tia masih tidak puas dengan percakapannya dengan Ibu.

Setelah itu, Tia mencari-cari sebuah nama dalam daftar kontak ponselnya. Ia menekan nama ‘Tante Ami’ dan menelpon nomor tersebut. 

TANTE AMI (V.O.)

Halo, Tia! Kenapa nak?

TIA

Halo, Tante! Te, tante satu shift sama Mama nggak?

INT. RUMAH SAKIT - SAME TIME

TANTE AMI

Ini Tante baru selesai sih. Kenapa?

Tante Ami sedang melepas baju APD dan topi pelindung.

INTERCUT - PHONE COVERSATION

TIA

Kok Tante udah selesai tapi Mama belom selesai?

TANTE AMI

Ah, nyokap lu emang gitu, nggak mau selesai kalo pasiennya belum abis.

Tia kesal dengan Ibunya.

TIA

Marahin napa, Te! Ntar mama kecapekan!

TANTE AMI

Udah Tante ajakin daritadi, katanya mau ngehandle satu pasien lagi. Kamu udah makan belum? Tante mampir ke rumahmu ya. Entar Tante cantolin makanan di pager. Tante nggak bisa masuk, nggak steril.

TIA

Mama udah masak, Te.

TANTE AMI

Yakin nggak mau Tante bawain martabak manis?

TIA

Wah kalo martabak manis sih mau banget.

TANTE AMI

Ya udah, tunggu ya.

TIA

(tersenyum)

Wah, makasih Tee!!

TANTE AMI

Iya. Udah, kamu nggak usah khawatir sama mama kamu.. Orang baik pasti dilindungi Tuhan. Ya?

TIA

(mengangguk)

... Iya, Te. Makasih ya Te.. Assalamualaikum!

TANTE AMI

Waalaikumsalam.

Tia mematikan ponselnya. Kekhawatirannya berkurang setelah mendengar suara Tante Ami.

INT. RUMAH TIA - NIGHT. 2030

Setelah Tia mandi, Tia membuka ponsel dan mengecek kotak masuk SMS untuk melihat pesan dari klien-kliennya. Terlihat ada beberapa pesan bertuliskan permintaan pengiriman berbagai jenis barang, mulai dari heroin hingga suku cadang kendaraan. Melihat berbagai permintaan pengantaran yang semakin aneh, Tia meletakkan ponselnya.

Tia mengambil sebungkus mi instan dari lemari makanan. Ia mengambil panci kecil yang tertumpuk di bawah peralatan dapur yang berserakan. Kemudian, ia melangkah menuju meja makan untuk mengambil sebotol air minum dan membawanya kembali menuju dapur. Dituangkannya air ke dalam panci. Lalu, ia menyalakan api kompor dan menaruh panci di atas api.

Mi instan sudah siap. Dengan semangat, Tia membawa semangkuk mi instan itu menuju meja makan. Ia menarik sebuah kursi dan duduk di depan meja makan.

Sesuap mi instan dengan kuah sudah berada tepat di depan mulutnya ketika ponsel Tia berdering. 

TIA

(menaruh garpu)

Bisa-bisanya orang nelpon waktu gua udah mangap.

Tia mengambil ponselnya dan melihat identitas penelpon. Ternyata yang menelpon adalah Tante Ami. Tia segera mengangkat teleponnya.

TIA

Halo, Tante?

TANTE AMI (V.O.)

(serak)

Halo, Tia?

Tidak biasanya suara Tante Ami lemah lesu.

TIA

(cemas)

Lho Tante, kenapa?

Tante Ami terdiam sesaat

TIA

Halo?

TANTE AMI (V.O.)

Iya, Tia. Kamu apa kabar? Sehat?

TIA

(mengaduk mi)

Alhamdulilah sehat, Te. Mau makan nih! Tante gimana? Baik?

TANTE AMI (V.O.)

Emm--Tante....

Tangis Tante Ami pecah.

TIA

(kaget)

Lho Tante... Kenapa?

TANTE AMI (V.O.)

(terisak)

T--ante... kena, nak.

Tia terdiam.

Tia menggebrak meja makan kencang-kencang. Tia berusaha meredam amarahnya.

TIA

Udah berapa hari, Te, gejalanya?

TANTE AMI (V.O.)

Baru sehari.

TIA

(mondar-mandir)

Tante yakin itu COVID?

TANTE AMI (V.O.)

(batuk)

Yakin. Tante langsung tes COVID-30 semalem...

Tia menjauhkan diri dari ponsel.

TIA

(berbisik)

An***g..

Kemudian, Tia kembali mendekatkan telinganya di ponsel.

TIA

Tante jangan ngedown dulu Te..

TANTE AMI (V.O.)

(menahan tangis)

Iya, Tia.

TIA

Tan -- Tante, Tante butuh apa? Kalo Tia ada, Tia pasti kasih Te.

TANTE AMI (V.O.)

Tia, Tante bisa minta tolong nggak?

TIA

Iya Tante, gimana gimana?

TANTE AMI (V.O.)

Tante punya temen, namanya Wanto. Dia punya obat yang katanya bisa menekan gejala COVID-30. Tempat dia nggak jauh dari kamu. Kamu bisa nganterin obatnya ke rumah Tante nggak?

Tanpa ragu, Tia mengiyakan permintaan Tante Ami.

TIA

Oke, Tante. Tante langsung kirim alamatnya aja, nanti Tia anter.

TANTE AMI (V.O.)

Tapi kamunya nggakpapa? Rumah Tante kan sekarang di Surabaya. Kamu di Jakarta.

TIA

Nggakpapa, Tante. Udah, Tante jangan capek-capek. Di rumah aja. Jangan kemana-mana dulu. 

TANTE AMI (V.O.)

Makasih banyak, ya nak. 

TIA

Tante, please dilawan penyakitnya, Ya?

TANTE AMI (V.O.)

Iya nak. Makasih ya nak.

TIA

Tante makannya gimana? Ada? 

TANTE AMI

(batuk)

Tante masih ada persediaan, nak. Tenang aja.

TIA

Oh, oke Te. Sekarang alamatnya langsung kirim, ya Te. Assalamualaikum.

TANTE AMI (V.O.)

Waalaikumsalam.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar