Dekapan Kelam
6. ACT 2 SEQUENCE 3

EXT. RUMAH PAK DANA - SIANG

Suasana sore hari. Pak Dana berjalan sambil membawa martabak manis dan telor di kantong kresek, menuju gerbang rumah sederhananya.

LENI (P\44) yaitu Istri Pak Dana, sedang menjahit baju di beranda rumah, menyadari kedatangan Pak Dana yang membuka gerbang.

Pak Dana menghampiri LENI dan LENI pun salim.

LENI

(ramah dan berbahasa isyarat)

Anak-anak pasti bakal senang.

PAK DANA

(berbahasa isyarat)

Mereka sudah pulang?

Tiba-tiba anak Pak Dana (L/17) mengejutkan Pak Dana dari belakang Pak Dana. Pak Dana terkejut tapi senang. Anak Pak Dana #1 masih berseragam SMA dengna tasnya.

Leni tertawa hening.

PAK DANA

(senang)

Kamu itu ya. Lihat, Bapak bawa apa.(merangkul anaknya)

Mereka bertiga sumringah dan masuk ke dalam rumah.

INT. RUMAH PAK DANA — MEJA MAKAN - SIANG

Pak Dana dan anaknya sudah berganti pakaian.

Anak Pak Dana mengambil lebih dulu martabak di kotak dan mulai memakannya. Sedangkan Pak Dana baru duduk, menghela napas lelah, meregangkan tubuhnya.

Leni ikut duduk dan memberikan teh untuk Pak Dana di meja.

PAK DANA

(berbicara dan berbahasa isyarat)

Aduhh. Hari ini bapak capek banget (mengeluh).

Laras memujati pundak Pak Dana.

Pak Dana mengambil sepotong martabak dan memakannya.

ANAK PAK DANA #2

(berbicara dan berbahasa isyarat)

Bapa, anak yang namanya Balus, masih kerja di tempat bapak?

PAK DANA (CONT'D)

Masih. Tapi hari ini dia libur lagi. Bapak jadi kewalahan karena engga ada yang bantu. Kayanya Balus masih sakit.

beat

PAK DANA (CONT'D)

(Curiga)

Tapi, Bapak semakin curiga sama dia. Kemarin bapak lihat banyak bekas luka dan memar-memar dibadan dia (berpikir).

Istri dan Anak Pak Dana terkejut bertanya-tanya khawatir.

LENI

(bahasa isyarat)

Apa dia sakit gara-gara luka-luka itu?

PAK DANA

(khawatir)

Bapak engga tahu. Apa jangan-jangan selama ini ada orang jahat yang memanfaatkan dia buat mengemis ya?

LENI (CONT'D)

Dia tidak pernah cerita?

PAK DANA

Engga pernah. Bahkan sampai sekarang bapak enggak tahu dia tinggal dimana. Besok Bapak bakal coba bawa dia ke dokter buat memastikan, semoga dia terpancing jadi lebih terbuka.

Leni dan Anak Pak Dana mengangguk-ngangguk.

SFX: Dering ponsel Anak Pak Dana Berbunyi

Video Call dari Anak Pak Dana #2 (P/23)

ANAK PAK DANA #1

Ini, Kakak video Call.

Memberikan ponsel yang sudah menampakkan wajah perempuan ke Pak Dana.

PAK DANA

(senang dan menggoda)

Kakak, kamu masih dimana? Kenapa belum pulang?

ANAK PAK DANA #1

Masih di kantor. Sebentar lagi aku pulang.

PAK DANA

Kakak, lihat apa ini (menunjukkan potongan martabak ke kamera sambil memakannya)

ANAK PAK DANA #1

Iiihh Bapaa. Tunggu, jangan dihabisin dulu. Sisain buat aku loh ya.

PAK DANA (CONT'D)

Enggak mauu. (melahap lagi martabaknya)

Pak Dana dan Anaknya tertawa, Leni tersenyum.

CUT TO:

INT. TOILET LANTAI 1 - SIANG

Adek telanjang dada, duduk berendam di bak mandi yang penuh air, bermain-main dengan kucuran air.

Balus sedang menginjak-injak sekepal kecombrang di lantai hingga hancur mengeluarkan cairan. Balus membuka bajunya, terlihat memar dan bekas luka di punggung, pinggang, perut hingga lengannya.

Balus masuk ke dalam bak, membawa kecombrang yang hancur. Membasuh dan menggosok punggung Adek dengan kecombrang hingga keluar busa.

BALUS

(berbisik)

Gosok tangan-tangan kamu. (memberikan sebagian kecil kecombrang pada Adek)

Adek mulai menggosok-gosok tangan hingga dadanya.

beat

Adek meresapi bau dari kecombrang.

ADEK

(berbisik)

Aahhh. Adek selalu suka bau ini. Dari mana Kakak tahu kalau kecombrang bisa dijadikan sabun?

BALUS CONT'D

Kakak tahu dari buku (terus menggosok).

ADEK (CONT'D)

Di buku yang mana? Adek belum pernah membaca bagian itu di buku-buku yang Kakak bawa. Buku mana yang Kakak baca?

BALUS

Buku di perpustakaan.

ADEK

Perpustakaan? Ohh, tempat membaca yang ada banyak buku-buku ya?

Balus mengangguk dan menggosok tangan-tangannya.

ADEK

(ragu)

Kak. Apakah disana ada taman bermain?

BALUS

Tidak ada.

Adek berhenti menggosok dan sedikit menunduk ragu.

beat

ADEK

Kak, apa ibu akan mengijinkan adek keluar? Pergi ke taman bermain?

Balus tertegun, menggosok dadanya perlahan dan agak kesakitan.

beat

Adek berbalik menghadap Balus.

ADEK

(memohon)

Adek ingiin sekali pergi ke sana. Main di sana. Sekali saja (berbisik dan berbahasa isyarat.

Balus hanya terdiam menatap kasihan Adek dan bimbang.

ADEK

(berbisik kesal menekan)

Kenapa ibu tidak membiarkan adek pergi mencari uang bersama kakak? Kenapa Kakak selalu menghalangi Adek keluar? Adek juga tidak akan tersesat (berbahasa isyarat)

BALUS

(menasehati)

Bagaimana kalau ibu marah besar. Lagi pula di hutan banyak binatang buas yang bisa menerkam kamu kapan saja. Hutan ini sangat luas. Kakak bahkan butuh waktu lama untuk menghapal jalan.
Memangnya kamu tahu dimana taman bermain itu?

Adek tertunduk diam sedih.

BALUS (CONT'D)

Enggak tahu kan?! Kamu harus bersabar. Mungkin suatu hari nanti kita bisa pergi ke sana.

ADEK

(marah, bersuara)

Kapan? (jeda) Setiap Kakak bicara seperti itu, itu tidak pernah terjadi. Aku tidak percaya lagi. Kakak selalu membohongi Adek! Kakak berbohong! Kakak pembohong! Kakak pembohong!

BALUS

(sedikit marah, resah)

Sssttt. Nanti ibu dengar (berbahasa isyarat)

Adek keluar bak, membuka pintu dan berlari menuju lantai 2 dengan celana basah mengucuri lantai.

Balus segera keluar dari bak mandi. Mengeringkan badannya dengan handuk sobek dan mengambil bajunya yang kering di gantungan.

INT. RUMAH BALUS - LANTAI 1 - SIANG

Balus mengelapi lantai lorong yang basah menggunakan bajunya dengan tergesa-gesa, panik dan takut.

Sesaat Balus akan menaiki tangga, ia melihat ke arah ruang keluarga.

INSERT:

Ruang keluarga = Ibu duduk di sofa menghadap perapian yang menyala dengan tangannya menggantung di ujung sofa, mengapit seputung rokok yang menyala dengan dua jarinya.

Balus segera menaiki tangga sambil mengelapinya, buru-buru namun hati-hati.

INT. KAMAR BALUS - SIANG

Balus masuk kamar dengan kesal menatap Adek yang sudah memakai baju, berdiri dengan helmnya samping meja belajar, menatap ke luar jendela.

Balus menghampiri dan membalikkan pundak Adek dengan geram.

BALUS

(marah, berbahasa isyarat)

Kamu mau Kakak disiksa?! Mau buat Kakak kesakitan lagi, hah?!

Adek menatap kesal Balus.

BALUS (CONT'D)

(marah hingga sedih muak)

Bukan kakak tidak mau menuruti permintaan kamu. Tapi... Kakak takut. Kamu lihat bekas luka di badan Kakak ini. Ini yang Kakak dapat kalau ibu marah. Menurut kamu gimana rasanya! Tamparan ibu saja terasa lebih menyakitkan daripada ketika kakak tertabrak mobil. Lebih sakut. Kakak cape mengeluh. Tapi jauh lebih cape lagi menghadapi semuanya terus-terusan.
Kesalahan kamu, kakak, atau bahkan tidak ada kesalahan apapun, tetap Kakak yang jadi sasaran. Kakak capek selalu disalahkan. Kamu ingin Kakak mati, hah?! (berkaca-kaca)

Adek hanya diam menatap kesal Balus. Berbalik dan duduk di kursi meja belajarnya, mewarnai gambar taman bermainnya, menghiraukan Balus.

Balus masih berdiri geram menatap Adek, tidak habis pikir. Kemudian dia duduk di kasur, menyandar dinding, melihat memar-memar di lengannya. Ekspresinya sangat jengkel dan putus.

INSERT:

Di meja belajar, Adek mewarnai gambar taman bermainnya dengan kesal. Menekan pensil gambarnya sehingga keluar baris dan menghancurkan bagian ujung pensil gambarnya.

CUT TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)