Dekapan Kelam
2. ACT 1 SEQUENCE 1 LANJUTAN

INT. KAMAR BALUS - MALAM - CONTINOUS

Kamar diterangi cahaya dari lampu teplok di tengah ruangan. Suara hewan malam bersahutan dan dedaunan dihembus angin.

Di kasur palembang, Adek duduk sesegukkan dalam helmnya-memeluk kedua lututnya disamping Balus yang lemas lesu menyandar dinding-memandang keluar jendela. Kedua tangannya diperut, berekspresi datar namun terasa kepedihannya. Celananya sedikit terangkat, kita melihat lebam di betis dan lututnya.

Adek menepuk kecil puncak Balus. Balus menoleh perlahan.

ADEK

(berbahasa isyarat)

Adek bersumpah, Adek tidak melakukan kesalahan apapun. Adek tidak tahu kenapa Ibu tiba-tiba marah pada Kakak (bingung).

Balus menatap wajah Adek melalui kaca helm yang transparan. Balus hanya memandang dengan kedipan mata yang lemah.

beat

ADEK (CONT'D)

Oh iya Kak, Adek sudah hapal lagu yang Kakak buat. (masih sedikit sesegukkan)

Adek bergeser duduk agak menghadap Balus. Menggunakan bahasa isyarat dan nyanyian adek terdengar samar oleh Balus.

ADEK

(bernyanyi)

Adek dan Kakak selalu bersama. Tak ada yang bisa memisahkan kita. Kakak slalu sayang Adek, Adek slalu nurut Kakak. Adek yang baik, tidak akan nakal. Adek yang baik, tidak akan menangis. Karena Kakak, selalu disini.

beat

Adek melepas helm dan menaruhnya. Mengusap sisa tangis dengan bajunya.

ADEK

(berbisik dan berbahasa isyarat)

Adek sayang Kakak sekali. (mengusap air mata Balus) Adek tidak mau kehilangan Kakak. Biar Adek saja yang pergi mencari uang atau makanan keluar. Kakak, istirahat saja di kamar.

Balus tidak menjawab, hanya berkedip lelah seperti mengantuk.

ADEK (CONT'D)

Kakak lapar?

INT. RUMAH BALUS - MALAM

BEGIN MONTAGE - VARIOUS LOCATION

  1. Selasar lantai 2. Rumah begitu gelap, penerangan hanya berasal dari lampu yang dibawa dan cahaya bulan di setiap jendela. Adek sangat hati-hati membuka pintu kamar. Mengeluarkan lampu teplok dan menaruhnya di lantai depan pintu. Tubuhnya menyelip keluar dan berjalan waspada mengendap-endap di selasar menuju tangga sambil menenteng lampu.
  2. Tangga. Adek turun perlahan. Di pertengahan tangga, Adek melihat tempat sepatu samping pintu keluar, dan satu sepatu Laras tidak ada. Adek mengintip ruang keluarga, dan melihat lampu teplok tidak menyala di meja.
  3. Selasar lantai 1. Adek dengan langkah hati-hati melihat pintu kamar ibu tertutup rapat. Adek kemudian tegak bernapas lega dan lebih santai.

ADEK

Ibu pergi.
  1. Dapur - Adek melihat ada lima buah bakwan di piring atas meja, berwarna agak gelap. Adek menelan ludah dan tersenyum. Mengeruk nasi dalam kendil besi di meja ke piringnya.

END MONTAGE

INT. KAMAR BALUS - MALAM

Balus meringkuk di kasur memegangi perutnya lemas.

Adek masuk membawa 2 piring berisi setumpuk nasi dingin agak keras dan bakwan.

ADEK

(tersenyum senang)

Kak, Ibu memasak menu kesukaan Kakak. Ini masih agak hangat dan masih wangi. Kali ini warnanya lebih cerah. (duduk di samping Balus)

Balus bangun perlahan seperti orang sakit, terus memegangi perutnya.

BALUS

(berbahasa isyarat)

Sstt. Jangan bicara keras-keras. Nanti ibu dengar.

ADEK

Ibu sedang keluar kok, sepatunya tidak ada dan lampunya mati di ruang keluarga. Ayo, Kakak makan (menggeser piring ke Balus yang bala-balanya ada 3).

Balus dan Adek mulai makan pakai tangan.

beat

Adek makan dengan lahap.

BALUS

Kenapa kamu hanya mengambil sedikit? (menatap piring Adek)

ADEK

(tersenyum, polos)

Adek makan banyak tadi siang, sayur kol seperti biasa. Dan Ibu menyisakan roti manis untuk Adek. Enaaak sekalii, walau langsung habis dengan 2 lahapan (menggigit bala-bala yang agak keras). Sayang Kakak tidak sempat memakannya.

Sambil makan, Balus memandang Adek prihatin merasa bersalah.

ADEK (CONT'D)

Kak (menelan). Kenapa setiap cerita di buku yang Adek baca, karakter ibu selalu baik dan penyayang? Mereka bahkan memeluk, mencium, bermain, bahkan sampai bernyanyi untuk anaknya. Kenapa ibu tidak? Apa semua ibu di luar sana, sama seperti ibu kita?

beat

BALUS

(dalam hatinya sedih)

Tidak (sambil mengunyah pelan). Hanya ibu yang berubah. Sebelum kamu lahir, Ibu memang suka marah-mencubit kakak, merusak barang, berteriak, tapi tidak sekejam setelah kamu lahir. Dia menyuapi Kakak, main bersama Kakak, dan menuntun Kakak. Itu sudah lama sekali. Semenjak kita menempati rumah ini 7 tahun yang lalu, hari demi hari-Ibu semakin tidak Kakak kenali.

Sejenak Adek berpikir. Mereka sambil makan.

beat

ADEK

Apa kalau Adek tidak pernah ada, ibu tidak akan pernah memukul Kakak? (melahap lahapan terakhir)

Balus berhenti mengunyah, menatap piring makanannya. Suasana hening sejenak.

Balus tiba-tiba mengambil permen coklat dari lubang belakang sabuk celananya dan menunjukkannya pada Adek.

BALUS

Lihat, Kakak menemukan apa. Ini, coba makan (memberikannya pada Adek).

ADEK

(senang)

Asiikk, permen.

Berusaha membuka bungkus permen dengan menggigitnya.

BALUS

Jangan lupa minum dulu.

Adek pergi ke mejanya. Mengambil botol minum plastik berisi 1/4 air, Adek melihat gambar taman bermain yang tersandar di jendela dan mengambilnya. Adek menghampiri Balus.

ADEK

(bersemangat)

Kakak, lihat!

Adek menggenggam gambar itu, menghimpit botol minum diantara lengan dan dadanya. Adek kembali duduk, menaruh gambar itu di hadapan Balus.

ADEK (CONT'D)

Kakak pernah ke taman bermain anak-anak? Bagaimana rasanya main disana? Apakah kakak punya banyak teman disana? Pasti menyenangkan (terus mengunyah)

Balus terdiam sambil mengunyah merasa bersalah dan kasihan pada Adek.

ADEK (CONT'D)

Adek mau pergi ke sana.

Balus tidak menjawab.

ADEK (CONT'D)

Aku ingin naik ini, ini, ini, ini, dan ini (menunjuk setiap permainan). Aku ingin menaiki semuanya. Yang merah melingkar ini apa namanya?

BALUS

(tegar)

Itu, perosotan.

ADEK

Yang ini?

BALUS

Jungkat-jungkit.

Adek terus menanyai dan berbicara tentang taman bermain itu.

CUT TO:

13 INT. KELAB — MALAM

Musik disko berputar keras. Orang-orang berjoged ria, beberapa sambil memegangi minuman keras. Diantara mereka terlihat Laras mengenakan kemeja lusuh, celana jeans, topi, dan kacamata besar berwarna merah. Ia memegang minuman keras, setengah mabuk sambil menikmati lagu.

Di kursi meja bartender, dua orang perempuan duduk menghadapat bartender, memperhatikan Laras dengan sinis.

PEREMPUAN #1

Bener kata orang-orang. Dari sini aja dia udah keliatan gila.

PEREMPUAN #2

Kenapa gelandangan bisa masuk ke sini?!

Bartender sedang mengolah minuman di dekat mereka.

PEREMPUAN #2

Bang, udah berapa kali cewe itu dateng kesini?

BARTENDER

Dia pelanggan lama. Enggak kehitung udah berapa kali dia kesini. Biasanya seminggu, satu atau dua kali dia dateng, beli botolan.

PEREMPUAN #1

Kenapa orang-orang manggil dia penghuni hutan, bang?

BARTENDER

(menggosip)

Sttt. Jangan bilang-bilang ya! Saya pernah tanya dia beberapa kali waktu itu, mungkin 3 atau 4 tahun yang lalu "Dimana rumahnya?". Jawabannya selalu sama, selalu bilang di hutan, sambil ketawa gila. Saya enggak tahu itu benar atau karena dia lagi mabuk. Kalo ditanya juga enggak pernah nyambung, jadi orang-orang enggak ada yang mau ngobrol sama dia. Apalagi, stelan bajunya hampir selalu kaya gitu. Entah dia lagi menyamar atau biar engga dikenalin orang. Kami sih enggak peduli, selagi menghasilkan cuan.

Dua perempuan itu mengangguk-ngangguk memahami.

Bartender memberikan minuman yang dipesan dua perempuan itu, menyadari Laras datang.

BARTENDER

Dia datang.

Laras berjalan agak sempoyongan ke meja bartender. Berdiri diantara dua perempuan itu sambil merogoh sakunya.

Dua perempuan itu meminum minumannya, pura-pura tidak peduli sambil berusaha menutup hidungnya karena bau laras.

BARTENDER

Berapa botol?

LARAS

(kurang waras)

Biasa.

Menampar meja menaruh uangnya, dua ratus ribu di meja. Bartender memberikan keresek berisi tiga botol minuman keras dan kembaliannya pada Laras. Laras berbalik dan pergi keluar dipandangi anek oleh dua perempuan tadi.

EXT. JALANAN KOTA KECIL - MALAM

Suasana jalanan sepi, diterangi lampu jalan. Laras berjalan sedikit kliyengan menjinjing mirasnya tapi masih kuat.

Di depannya ada perempatan, Laras melihat sebuah mobil polisi yang sedang berpatroli berbelok ke arahnya. Laras terkejut tapi berusaha tenang. Menurunkan bagian depan topinya dan menunduk, berusaha berjalan normal sesaat mobil polisi akan melewatinya.

-1 Insert: Dalam mobil polisi terdapat dua orang polisi. Satu polisi yang menyetir dan lainnya sedang menelpon dengan anaknya.

POLISI #1

Mungkin 2 jam lagi saya kesana, pak. Sekitar 10an saya sudah ditempat. Sekarang saya sedang bertugas, patroli di pinggir kota. Ada laporan kalau buronan yang kita cari 7 tahun lalu terlihat di daerah ini.

Polisi #2 menghentikan mobil dan melihat kaca spion sebelah kanan dan kaca belakang bulak balik memastikan.

POLISI #1 CONT'D

Baik, nanti saya kabari lagi segera setelah saya selesai bertugas.

POLISI #2

Kemana perempuan tadi? (keluar mobil dan menghadap ke arah Laras yang sudah tidak ada di sana)

Laras bersembunyi dibalik dinding pagar. Menengok kanan-kiri dan kabur.

EXT. PEMBERHENTIAN BIS - MALAM

Laras berdiri menghadap dinding yang dipenuhi tempelan selebaran. Seorang nenek-nenek duduk tempat duduk. Mereka hanya berdua di sana.

Laras menabut selembar poster di dinding (frame menyorot dari belakang Laras). Laras memegangi selebaran itu sambil tertawa-tawa seperti orang stres berjalan ke sisi pemberhentian bis. Ia perhatikan kembali poster itu dan semakin tertawa-tawa, walaupun matanya terasa kosong.

Nenek-nenek itu bergeser ke tempat duduk terjauh dari Laras, ia resah dan gelisah dengan tingkah Laras.

INT. RUMAH TENGAH HUTAN - KAMAR BALUS - MALAM

Balus tengah terlelap tidur menyamping menghadap jendela sisi kanan, tangan kanan di perutnya.

Adek menggoyahkan lengan Balus. Seketika Balus tersentak sadar dengan lengan langsung berposisi menahan dan melindungi kepala, seakan ketakutan.

ADEK

(setengah sadar, mengantuk)

Kakak (berbisik)

BALUS

(sadar)

Adek? (Balus terduduk bangun)

ADEK

Adek haus. (mengangkat botol yang kosong)

Balus menghela napas.

BEGIN MONTAGE:

  1. Selasar lantai 1. Balus berjalan agak pincang diterangi lampu teploknya, membawa botol minum kosong menuju toilet di ujung selasar menuju pintu belakang rumah. Terdengar suara air mengucur.
  2. Toilet Lantai 1. Kucuran air dari selang yang terselip di ventilasi menuju bagian belakang rumah terus memenuhi bak mandi yang penuh sehingga menggenangi lantai toilet. Balus membasuh wajah dengan air dari bak mandi dan menghela napas. Membasuh lengan yang berbercak darah kering. Membasuh noda darah di lengan bajunya. Mengisi botol minum dari kucuran selang sampai penuh.

END MONTAGE

INT. LORONG TENGAH RUMAH - CONTINOUS

Balus menutup rapat pintu toilet, berjalan di lorong.

Brakk. Terdengar suara pintu besi rumah digebrak. Seketika Balus tersentak dan ketakutan.

beat.

Terdengar suara rantai dan kunci pintu dibuka.

Balus segera berusaha pergi secepat mungkin tanpa bersuara, menaiki tangga tergesa-gesa ketakutan sambil membawa lampu dan botol minumnya.

Insert: Laras membuka pintu dan masuk dengan sempoyongan, menjinjing keresek minuman kerasnya.

LARAS

(marah, setengah sadar, ngelantur)

Gara-gara lo gue sengsara. Bajingan sialan. (menjatuhkan kreseknya ke lantai)

INT. KAMAR BALUS - CONTINOUS

Balus buru-buru masuk, menaruh botol dan lampu di lantai sambil melihat Adek yang sudah ada di sudut kamar terjauh dari pintu, memegang helmnya. Balus menutup pintu perlahan rapat-rapat. Balus merapatkan telinganya di pintu, terdengar suara pijakan tangga dan Laras yang mendumel.

LARAS (O.S)

Bakal gua balas kau nanti! Ga bakalan gua ampuni kau selamanya! Bajingaaannn!! (samar)

Mendengar itu, mata balus membuka lebar. Ia berbalik, menahan pintu dengan mempunggunginya.

BALUS

(agak panik)

Pake helmnya, cepat! (berbahasa isyarat)

Adek cepat-cepat mengenakan helm dan jongkok menghadap sudut. Sedangkan Balus menahan pintu dengan punggung dan tubuhnya, ekspresinya berusaha tenang dan tegar.

Pintu kamar mulai digebrak-gebrak dan didorong-dorong Laras.

LARAS (O.S.)

SIALAAAN!! BERENGSEEEKKKK LO ANJIIING!!! BAJINGANNN!! GARA-GARA LO GUA JADI BEGINIII!!! AAA!!! (terus menggebrak pintu)

Balus berusaha keras menahan pintu dan gagangnya. Terus memejamkan mata berusaha tenang walau jelas kesedihan di matanya.

CUT TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)