50. INT. KAMAR KOS VEGA - NEXT MORNING
WA MESSAGE:
Mohon perhatian untuk seluruh
mahasiswa penelitian. Dikarenakan
terdapat beberapa staf di dekanat
FMIPA USB yang positif COVID-19,
maka dari itu, pimpinan Kimia USB
memutuskan untuk menutup semua
kegiatan, termasuk laboratorium
penelitian dan kantor dosen,
terhitung pukul 16.00 sore ini.
Jadi kami mohon kepada semua
mahasiswa penelitian untuk segera
membawa pulang sampel dan juga
alat-alat penelitian yang
dibutuhkan karena selama lockdown
mahasiswa dilarang memasuki area
gedung kimia. Lockdown dilakukan
selama dua minggu dan pengumuman
selanjutnya akan melihat situasi
dan kondisi lebih lanjut. Mohon
pengumuman ini diperhatikan. Terima
kasih.
Vega baru bangun dari tidurnya. Benda pertama yang ia ambil adalah handphone-nya dan ia bingung melihat notifikasi grup WA-nya begitu ramai. Vega sangat terkejut saat membaca pengumuman yang diberikan dari ibu kepala prodi.
VEGA:
Hah? Apa-apaan ini!? Gedung kimia
mau lockdown? Dua minggu? Gimana
penelitian gua mau kelar coba?
Vega mulai mengacak-ngacak rambutnya. Stres dengan keadaan yang terjadi. Di saat dirinya ingin mengejar kembali penelitiannya, namun keadaan tidak bisa diajak bekerja sama. Vega lalu segera membersihkan dirinya, hendak menyelamatkan sampel dan alat kimia yang bisa ia bawa pulang ke kosnya.
51. INT. LABORATORIUM BIOKIMIA - A MOMENT LATER
Sesampainya Vega di laboratorium biokimia, Vega langsung pergi ke mejanya. Ia mengecek kembali barang-barang di keranjang besar berisi alat kimia miliknya. Vega kemudian membawa satu keranjang itu untuk dibawa ke kosnya. Vega juga mengambil beberapa bahan kimia yang bisa dibawa pulang. Karena beberapa bahan kimia ada yang masih dalam konsentrasi pekat, Vega langsung bertindak untuk mengencerkan dahulu larutan tersebut dengan labu ukur agar bisa aman dibawa keluar dari lemari asam. Setelah memastikan semua barang-barang yang ia butuhkan sudah lengkap, Vega bergegas pergi dari laboratorium biokimia.
52. INT. LANTAI DASAR GEDUNG KIMIA - A MOMENT LATER
Vega berjalan sambil membawa barang-barang miliknya. Cukup banyak sehingga Vega sedikit kerepotan dalam membawanya.
VEGA:
(Mengomel)
Bener-bener ya ini penelitian.
Banyak banget hambatannya.
Tiba-tiba Vega bertemu dengan Joseph di lantai dasar kimia.
JOSEPH:
Vega? Ngapain lo bawa barang banyak
banget macam habis diusir dari lab?
VEGA:
Ya ini kan kita emang mau diusir
dari lab dua minggu.
JOSEPH:
Tapi bawaan lo banyak banget, Vega.
Perlu gua bantuin gak?
VEGA:
Gak usah deh, gapapa. Gua masih
bisa bawa sendiri kok.
JOSEPH:
Perlu gua kasih tau James gak? Dia
datang ke sini agak siangan, siapa
tau kalo gua suruh datang sekarang
dia bisa langsung datang.
VEGA:
Eh, gausah. Gua emang sengaja gak
bilang James biar dia gak perlu
stres-in gua. Cukup sampel dia aja
yang perlu James pusingin.
JOSEPH:
Oh yauda. Gua ke atas dulu ya, mau
beres-beres juga. Hati-hati ya lo.
Bawaan lo banyak banget soalnya.
Joseph lalu berpamitan dengan Vega. Vega kemudian menyadari bahwa barang bawaannya memang sedikit banyak. Namun karena ia tidak ingin berspekulasi macam-macam, Vega berpikir bahwa lebih baik ia mencegah kemungkinan terburuk dengan membawa semua alat-alat kimia yang bisa ia bawa ke kosnya.
53. INT. KAMAR KOS VEGA - NEXT NIGHT
Vega menatap alat-alat kimia yang dia bawa. Semua sudah ia susun di atas meja belajarnya. Namun Vega hanya melihatnya saja tanpa tau harus melakukan apa. Vega merasa sudah benar-benar kehilangan semangatnya untuk melanjutkan penelitiannya.
VEGA:
(Mengomel)
Harus gua apain lagi coba ini
barang-barang. Nyusahin. Ribet.
Bikin orang stres aja.
Tiba-tiba handphone Vega berbunyi. James menelponnya.
VEGA:
Halo, James. Ada apa nih?
JAMES:
Oh, gapapa kok. Mau nelpon aja. Oh
iya, kemaren Joseph bilang ke aku,
katanya kamu tadi bawa barang
banyak banget dari gedung kimia ya?
VEGA:
Iya. Aku pusing banget harus bawa
apaan aja dari sana. Dua minggu
soalnya kan lockdown-nya. Terus kita
juga gak boleh ke kimia kan selama
lockdown. Jadinya aku bawa aja
semua barang yang bisa aku bawa.
Emangnya kamu ngga?
JAMES:
Aku cuma bawa sampel sama beberapa
alat aja kok.
VEGA:
Oh iya, kamu kan udah mau beres ya
penelitiannya.
JAMES:
Ngga juga kok. Tapi kamu bawa itu
semua, emangnya kamu beneran mau
ngelanjutin kerjaan kamu di kosan?
VEGA:
Gatau, James. Aku bawa aja dulu
siapa tau bisa kepakai. Lagipula,
aku lagi pusing, James. Gimana aku
mau kejar penelitian coba kalo
kimia pake acara lockdown segala.
JAMES:
Tapi kamu kan sekarang bisa
istirahat dulu. Barang yang kamu
bawa yauda ditaro dulu di kos aja
dulu. Kebetulan ini lagi lockdown
semua, kamu gunain kesempatan untuk
istirahat aja aja. Kamu kan gak
perlu pusingin bab 4 dan 5 dulu,
gak kayak aku, hehehehe.
Vega terdiam. Ia mulai merasakan amarahnya naik.
VEGA:
James, maksud kamu apa nih? Aku gak
perlu pusingin bab 4 sama 5 dulu
kayak kamu? James, penelitian kamu
itu udah hampir selesai loh. Udah
mau beres. Tinggal dikit lagi. Tapi
aku ngulang! Ngulang dari awal!
JAMES:
Iya, aku tau. Tapi kamu juga perlu
istirahat, Vega. Kamu gak bisa
maksain buat selesaiin penelitian
kamu di saat kondisi kamu lagi gak
bagus.
VEGA:
Gak bagus bagaimana? Aku fine-fine
aja kok.
JAMES:
Psikis kamu, Vega. Kamu udah kebawa
stres banget. Aku rasa gapapa kok
kalo kamu istirahat dulu sejenak,
nanti pas gedung kimia selesai
lockdown, kamu lanjut lagi untuk
menyelesaikan itu.
VEGA:
Kamu bisa ngomong kayak gitu karena
kamu udah selesai! Coba kalo kamu
harus ulang penelitian. Kerjain
lagi semua dari awal. Aku yakin kok
kamu gak akan ngomong kayak gitu.
JAMES:
Vega, kamu tenang dulu.
VEGA:
Kamu mau aku tenang? Oke. Jangan
hubungi aku dulu untuk beberapa
hari. Aku masih pusing banget sama
urusan skripsi, ditambah ada
lockdown segala, aku jadi makin
down. Aku butuh waktu untuk
sendiri, jadi aku minta kamu jangan
hubungi aku dulu.
JAMES:
Vega, jangan kayak begitu. Aku gak
bermaksud buat kamu kesal. Tapi
kamu butuh orang untuk curhat. Dan
aku siap untuk menjadi orang itu.
VEGA:
Tapi aku sekarang butuh waktu buat
nenangin diri aku dulu. Maaf,
James, tapi nanti aku akan hubungi
kamu lagi setelah aku siap buat
keluar dari pikiran aku ini.
Vega langsung mematikan telponnya dengan James. Setelah itu, Vega menaruh handphone-nya kembali. Air matanya mulai mengalir karena Vega sudah menguras emosinya cukup kuat. Vega sekarang benar-benar merasa sendiri dalam menghadapi kerasnya dunia skripsi. Dan sekarang yang Vega butuhkan adalah kesendirian untuk meratapi nasibnya ini.
54. MOVE TO - INT. KAMAR JAMES - NIGHT
JAMES:
(Memegang handphone-nya)
Vega! Vega! Halo, Vega!
James kemudian mengecek handphone-nya. Ia menarik napas berat setelah sadar Vega sudah mematikan telponnya. James lalu mematikan handphone-nya, lalu terdiam sejenak.
JAMES:
(Menunduk lemas)
I'm sorry, Vega. Aku udah salah
bicara ke kamu, jadinya kamu marah
sama aku. Tapi kalo misalkan dengan
aku pergi sejenak dari hidup kamu
bisa membuat kamu lebih tenang, aku
akan turuti permintaan kamu.
James lalu mengirimkan pesan singkat kepada Vega.
JAMES:
(Dalam WA Message)
Halo, Vega. Aku mau minta maaf
karena sudah membuat kamu kesal.
Tapi aku gak minta apa-apa. Jika
kamu merasa butuh waktu sendiri,
aku akan turuti kamu untuk pergi
sejenak dari hidup kamu. Take your
time first and please let me know
when you ready to meet me back.
James lalu menaruh handphone-nya, kemudian mengambil bantal. James menutupi wajahnya dengan bantal kemudian berteriak kencang untuk meluapkan kekesalannya.
55. MOVE TO - INT. KAMAR KOS VEGA - NIGHT
Vega menerima pesan dari James. Namun Vega memilih untuk membacanya saja. Ia masih kesal dengan ucapan James. Karena emosinya terlalu kuat, Vega terlihat habis menangis. Tidak lama setelah itu, muncul pesan dari Timo.
TIMO:
(Dalam WA Message)
Kak Vega, lo lagi free? Timo mau
video call sama lo. Mama yang
minta.
VEGA:
(Bergumam heran)
Ada apaan nih mama tiba-tiba minta
call?
Vega lalu mengiyakan permintaan Timo untuk melakukan panggilan video. Vega berusaha untuk menghapus air matanya karena habis bertengkar dengan James. Tidak lama kemudian, di layar handphone Vega sudah nampak Miranda dan Timo.
VEGA:
(Terkejut)
Loh, mama? Kok matanya kayak habis
nangis gitu? Ada apa?
MIRANDA:
Kamu gak apa-apa kan di kos kamu,
nak?
VEGA:
(Sedikit panik)
Emangnya ada apa, Ma? Mama gak
kenapa-kenapa kan?
TIMO:
Papa kena COVID-19, kak. Tadi pagi
baru aja dijemput ke wisma atlet
buat isolasi. Mama sama Timo hasil
tes swabnya negatif, tapi papa
positif.
VEGA:
Hah? Kok bisa? Gimana ceritanya?
TIMO:
Jadi semingguan yang lalu, pasar
di-lockdown lagi. Ternyata pedagang
di kios sebelah toko papa kena
positif. Terus beberapa hari
kemudian, papa mulai ngerasa ada
gejala COVID-19 gitu. Ringan sih,
tapi kita bertiga akhirnya putusin
buat tes swab. Hasilnya tadi pagi
keluar dan papa positif. Tapi kita
berdua negatif. Jadinya papa dibawa
ke wisma atlet karena gejalanya
ringan. Gak perlu ke rumah sakit.
VEGA:
Tapi sekarang mama sama Timo
baik-baik aja kan?
MIRANDA:
(Sambil mengusap air
mata)
Mama sama Timo baik-baik aja kok.
Vega, aayang. Mama boleh minta satu
hal?
VEGA:
(Sedikit tergagap)
Bo...boleh kok, Ma. Apa itu?
MIRANDA:
Papa udah dibawa ke wisma atlet.
Mama gak mau kamu kenapa-kenapa
juga. Jadi mama mau minta kamu buat
pulang dulu ke rumah ya. Mau kan?
TIMO:
Iya, Kak. Mama takut Kak Vega
kenapa-kenapa di sana. Jadi Kak
Vega kalo berkenan bisa pulang dulu
ke rumah, jadinya mama gak tambah
stres karena Kak Vega ada di rumah.
VEGA:
Tapi, Ma. Vega lagi ngejar data
buat skripsi. Soalnya kan Vega lagi
mau usahain biar bisa lulus di
semester ini.
MIRANDA:
Urusan skripsi bisa ditunda dulu,
mama gak apa-apa kalo seandainya
nanti Vega harus lulus telat. Yang
penting mama bisa lihat kamu
sehat-sehat di rumah.
VEGA:
Tapi, Ma....
MIRANDA:
Mau ya, Vega? Biar kita bisa saling
menjaga juga satu sama lain. Papa
lagi sakit dan mama khawatir kalo
Vega sendirian di kos sana.
Vega terdiam sejenak. Kepalanya mulai sakit karena makin banyak masalah yang menghampiri dirinya. Meskipun demikian, Vega mencoba untuk tetap terlihat kuat di hadapan ibu dan adiknya.
VEGA:
Oke deh. Vega pikirin dulu ya.
Lagipula sekarang kan udah malam
juga, Vega gak mungkin pulang
sekarang kan.
MIRANDA:
Iya, gapapa kok. Tapi kalo bisa
secepatnya ya. Jaga kesehatan kamu
juga di sana. Mama tunggu kamu di
rumah ya. Mama sayang Vega selalu.
VEGA:
Aku juga sayang kalian selalu.
TIMO:
Oke deh, Timo matiin dulu ya. Cepat
pulang ya, Kak. Ditunggu
kehadirannya di rumah.
Vega hanya mengangguk saat Timo berpamitan. Setelah memastikan panggilan telpon antara dirinya dengan Timo sudah dimatikan. Vega langsung menangis kembali. Merasakan beratnya perjuangan skripsi dirinya.
VEGA:
(Dalam tangisan)
Kenapa orang-orang skripsinya
lancar semua sih!? Kenapa kalo pas
gua harus banyak masalahnya, hah?
Kenapa masalah demi masalah malah
terus berdatangan gini?!
Vega masih melanjutkan tangisannya.
VEGA:
Gua cuma mau lulus. Itu aja. Kenapa
di saat gua lagi berusaha keras
buat ngedapetin gelar S-1, banyak
masalah malah datang menghampiri!?
Kenapa hidup ini gak adil, hah?
James skripsinya lancar. Erlin dan
Clarissa juga. Gua malah
ketinggalan sendiri. Gua kecewa
sama diri gua sendiri!
(Terdiam sejenak)
Bahkan keluarga gua sendiri aja
lagi sakit tapi gua baru taunya
belakangan! Anak macam apa coba
gua? Skripsi gak beres, jaga
keluarga sendiri juga gabisa! Argh!
Vega menangis kembali. Vega duduk sambil memeluk lututnya kemudian membenamkan wajahnya. Vega merasa dirinya menjadi anak yang tidak berguna.
56. MOVE TO - INT. RUANG KELUARGA RUMAH VEGA - NIGHT
Timo baru saja mematikan telpon antara dirinya dengan Vega. Miranda menangis kembali seusai menelpon Vega. Timo membantu untuk menenangkan Miranda.
TIMO:
(Memeluk Miranda)
Mama masih ada Timo di sini kok.
Mama kuat ya, Kak Vega pasti
sehat-sehat di kos sana.
MIRANDA:
(Mengusap air mata)
Mama gak apa-apa kok. Makasih,
Timo.
Miranda dan Timo lalu mencoba saling menguatkan kembali meskipun Miranda masih berusaha menahan tangisannya karena Hendra harus pergi untuk isolasi mandiri di Wisma Atlet Kemayoran.