48. INT. KAMPUS - PERPUSTAKAAN - SORE
Ali telah selesai dengan kelas perkuliahannya. Kini dia berada di perpustakaan membaca beberapa buku sastra Karena tugas.
Saat membuka lembaran buku baru, ponsel ali berdering seketika. Terlihat olehnya nama anisa di sana, ali langsung mengangkat teleponnya.
ALI
Iya anisa, Ada apa ya tiba tiba nelpon.
ANISA (O.S.)
Ali bisa ke sini ga di kafe deket kampus. Aku share lokasinya ya.
ALI
Ya aku kesana, tunggu bentar.
49. INT. KAFE - CONTINUOUS
Ali melirik kesana kemari mencari keberadaan anisa. Tatapannya terpaku pada satu perempuan yang tengah duduk di satu meja di ujung sana.
ALI
Jadi nisa, yang mau dibicarakan itu apa ya, apa tidak bisa lewat telpon saja.
ANISA
Ya Ali maaf ya membuatmu datang kemari, aku pengen ngobrol langsung saja.
Saat itu seketika hening Sampai anisa mengucapkan salam pada ali.
ANISA
Assalamualaikum ali.
Ali hanya tersenyum kecil.
ALI
Waalaikumsalam, kelewat ya jadi silahkan anisa teruskan saja.
ANISA
Li kayaknya aku suka sama zidan deh.
ALI
Gitu ya ...
ANISA
Sikapnya baik, tulus. Juga aku kepikiran kenapa aku terus berpikir semua laki laki itu membuatku terluka. Tapi nyatanya tidak ya, aku salah akan hal itu, Zidan berbeda.
ALI
Gitu ya ...
Ali hanya tertawa, namun dibalik tawa itu ali perlahan menangis.
ANISA
Lalu entah kenapa hatiku selalu berdegup kencang saat dekat dengannya. Bahkan saat melihatnya. Aku kenapa ya ali, apa kamu bisa memberikan jawabannya.
ALI
Tidak papa, kurasa kamu benar. Tak semuanya bisa dilihat tapi perlu di rasakan juga. Pertanyaan nya adalah apakah perasaan itu sampai atau tidak pada orang yang kau suka. Nampaknya kamu sangat menyukainya ya.
Ali meneteskan air mata saat mengatakannya dan hal itu dilihat oleh anisa.
ANISA
Ali kamu nangis kenapa?
Ali langsung menyentuh kelopak matanya saat setelah mendengar hal itu dari anisa.
ANISA
Oh iya ali kacamatamu kemana.
ALI
Oh itu, aku lupa bawa dari rumah mungkin karna itu mataku kayak nangis, kelilipan.
ANISA
Saat matakuliah gimana tuh.
ALI
(Mengusap matanya)
Ya gitu, nggak kelihatan, buram.
Ali kemudian meminum kopi yang sudah ada di meja itu.
ALI
Aku minum ya kopinya, terimakasih.
ANISA
Iya sama sama, kalau ada apa apa aku minta saran mu ya.
ALI
Tentu, boleh saja
Anisa kemudian melihat jam tangannya lalu pamit pergi duluan, ali hanya mengangguk menjawabnya.
ANISA
Aku duluan ya.
50. INT. RUMAH ALI - KAMAR - MALAM
Ali hanya menatap langit langit kamarnya memikirkan perkataannya pada anisa. Di saat yang sama ali mulai memejamkan matanya.
ALI
Apa aku masih bisa menyukainya, sebenarnya siapa yang kusukai ...
51. EXT. KAMPUS - KANTIN - SORE
Ali berjalan menuju kantin dan tak lama dari itu ali melihat anisa melambaikan tangannya. Ali hanya tersenyum lalu menghampirinya dan duduk berhadapan dengan Anisa.
ALI
Jadi gimana anisa.
ANISA
Ya begitulah aku belum berani menyatakan perasaanku padanya.
Ali Hanya tersenyum kecil lalu menatap wajah anisa di depannya.
ALI
Perasaan itu rumit, lebih rumit dari rumus kimia, fisika, atau matematika. Namun tidak mustahil untuk menguraikannya.
Ali menghela nafas.
ALI
Terkadang bahasa cukup sulit untuk menggambarkan perasaan secara jelas.
ANISA
Maksudnya li.
ALI
Tak ada yang mustahil sebelum kau berusaha memahaminya. Kurang lebih begitu.
ANISA
Begitu ya, kalau kamu jadi zidan lalu aku mengungkapkan perasaanku, perasaanmu seperti apa ...
Ali hanya tersenyum kecil. Menatap mata Anisa dengan penuh makna.
Di saat yang sama amira tidak sengaja melihat ali dan anisa sedang mengobrol, Amira yang cukup penasaran kemudian berjalan mendekati mereka.
ALI
Pertama aku akan senang, karna tidak banyak wanita yang berani mengatakan perasaannya pada pria yang dia sukai.
ANISA
Kedua?
ALI
Kedua, sebuah kebanggaan bisa mengenal sikap pemberani dari perempuan itu.
ANISA
Ada yang ketiga?
Ali menunduk dan tertawa.
ANISA
Kok ketawa.
ALI
Terakhir, tidak perlu kata kata untuk menjawab pengakuan darimu karena jawabanku sudah jelas dari dua hal tadi, aku menerimanya.
Anisa tersenyum merasa senang.
ANISA
Terimakasih atas jawabannya aku sekarang percaya diri.
ALI
Hmm iya.
ANISA
Syukurlah aku bercerita denganmu Ali.
Anisa pergi meninggalkan ali, seketika ali langsung termenung melihat anisa.
Terlihat amira berjalan menghampiri ali.
AMIRA
(Menyeret ali)
Ikut aku jangan banyak tanya.
ALI
Hah, kok gitu mau kemana ini.
52. EXT. KAMPUS - TAMAN KAMPUS - SORE
Ali duduk di sebuah bangku taman bersama amira setelah mengobrol dengan anisa saat di kantin. Amira dengan santai mengajak ali berbicara tentang perasaannya saat ini.
AMIRA
Aku lihat kamu sama anisa.
ALI
Terus Amira, apa harus aku di bawa ke taman olehmu seperti tadi.
Amira tertawa kecil.
AMIRA
(Tertawa )
Aku mau curhat, tolong dengerin.
ALI
Aku mau pulang males dengerin curhatan.
Ali langsung berdiri namun Amira menarik tangannya kembali
AMIRA
Heh tunggu, Apa gara gara aku memaksamu kesini.
ALI
(Menggelengkan kepalanya)
Bukan.
Amira tersenyum lalu menepuk pundak ali.
AMIRA
Kata katamu itu indah menurutku. Tapi kurasa itu tidak akan sampai padanya.
ALI
Hmm aku pikir juga begitu.
AMIRA
Saran dariku, kamu lupakan saja dirinya dan fokus pada kuliahmu li.
Ali hanya diam.
AMIRA
Jangan biarkan mimpi kecil itu membuatmu lupa pada kenyataan saat ini.
ALI
Iya aku paham terimakasih Mira.
Amira tertawa senang lalu berdiri di hadapan ali.
AMIRA
Baru kali ini aku mendengar orang menyebutku begitu.
ALI
Benarkah.
AMIRA
Iya, ayok pulang. udah sore ini.
ALI
Iya silahkan aku mau disini dulu.
Amira langsung menarik tangan ali kembali seperti terakhir kali.
AMIRA
Kamu pikir aku pulang sendiri ya, kamu salah loh. Anterin aku pulang kayak Minggu kemarin.
ALI
Jadi ini niatmu yang sebenarnya.
AMIRA
Nggak kok, bukankah laki laki harus menjaga cewek. Kau mau menolak ya.
Ali mengehela nafas lalu melepaskan tangan yang digenggam oleh amira lalu berjalan meninggalkan amira
ALI
Terserah kamu aja, ayok kalau nggak mau aku tinggalin.
AMIRA
Dasar, tunggu dong.
53. EXT. JALAN RAYA - MALAM
Ali mengantarkan amira kerumahnya. Namun terjebak macet karena dimalam hari pedagang kaki lima mulai ramai berjualan. Suara adzan mulai terdengar oelh semuanya.
ALI
Perasaan minggu kemarin nggak serame ini.
AMIRA
Biasa ali, malam minggu kan.
ALI
Nadanya seperti nyindir nih.
AMIRA
(Tertawa)
Begitu ya.
Amira kemudian mendekatkan kepalanya dengan kepala ali.
AMIRA
Kamu mau malam mingguan denganku.
ALI
Nggak.
AMIRA
Idih kok gitu ya.
ALI
Boleh minta waktumu lebih lama nggak.
Amira tersenyum kecil dan tertawa.
AMIRA
Berubah pikiran ya.
ALI
Bukan, mau ke masjid dulu. Kalau nggak salah di depan sana ada masjid kan.
AMIRA
Iya boleh, malah maaf ya harus nganterin.
ALI
Nggak papa itung itung mengingat jalan.
AMIRA
Makanya sering main, pas pertama kali kamu nyasar untung juga masih bisa sampai ke rumah.
ALI
Yaa maaf, aku kurang tahu daerah ini.
54. EXT. MASJID - MALAM
Ali memarkirkan motornya lalu bergegas menuju masjid. Amira hanya tersenyum melihatnya.
AMIRA (V.O.)
Dia tidak berubah ya sikapnya sama saat pertama kali dia mengajakku bicara
Amira kemudian berjalan pergi ke kawasan pedagang kaki lima.
55. EXT. KIOS MARTABAK - CONTINUOUS
Amira tampak asik berbincang dengan penjual martabak langganannya sambil menunggu pesanannya siap.
MBAK MARTABAK
Seperti biasa ya amira?
AMIRA
Iya kak, seperti biasa martabak keju sama yang martabak telornya satu satu.
MBAK MARTABAK
(Teriak)
Yang, martabak keju sama telor satu satu.
Amira tersenyum lalu duduk di salah satu bangku yang ada. Setelah pesanannya tengah dibuat.
AMIRA
Dengan suami mbak?
MBAK MARTABAK
Iya Amira, kenapa ya?
AMIRA
Nggak papa cuman, biasanya sama ayah mbak kan.
MBAK MARTABAK
Iya katanya pengen membantu mumpung libur.
Amira kemudian membuka ponsel miliknya. Sebuah foto album kakak perempuannya dia lihat. Sebuah foto hamparan daun ginko yang sudah berguguran di sepanjang jalan taman.
AMIRA (V.O.)
Sudah berapa lama ya sejak saat itu, kabarnya seperti apa disana.
56. EXT. RUMAH AMIRA - HALAMAN RUMAH - MALAM
Ali dan amira baru sampai di depan rumahnya. Saat amira membuka pintu pagar ayah dan ibu amira melihat kearahnya.
AMIRA
Mah, pah, aku pulang. Nih, ada oleh oleh buat mamah sama papah.
AYAH AMIRA
Oleh oleh nggak akan membuat hati mamah sama papa kamu tenang.
IBU AMIRA
Iya nak, kenapa tidak memberi kabar.
Amira hanya tersenyum. Melihat senyuman amira kedua orangtuanya hanya menghela nafas.
AYAH AMIRA
Laki laki yang mengantarkan mu pulang kenapa nggak ikut masuk sama kamu.
AMIRA
Aku menyuruhnya menunggu dulu di depan.
AYAH AMIRA
Bawa kedalam rumah ini sudah malam.
AMIRA
(Terkejut )
Iya ayah, eh apa!
IBU AMIRA
Kata ayahmu bawa pacarmu itu masuk ke rumah kesian dia.
AMIRA
(Berteriak)
Dia bukan pacarku, cuman temen!
57. INT. RUMAH AMIRA - RUANG KELUARGA - MALAM
Ali kini tengah berada di rumah Amira duduk di sebuah sofa panjang berhadapan dengan ayahnya amira mengobrol berbagai macam hal salah satunya perasaan ali pada Amira.
AYAH AMIRA
Apa kamu suka putri ku, nak siapa tadi namanya, paman lupa.
ALI
Ali pak nama saya ali.
AYAH AMIRA
Ali, jadi gimana.
ALI
Ya, gimana apa ya dari tadi kalau boleh jujur saya cukup bingung pak
Ayah amira hanya tersenyum kemudian tertawa kecil
AYAH AMIRA
Jadi amira berkata jujur. Kalau begitu kamu lolos.
ALI
Hah, lolos, maksud bapak?
AYAH AMIRA
Bukan apa apa hiraukan saja. Ternyata kamu ramah ya, oh iya sudah menelpon orangtuamu belum?
ALI
Belum pak, tadinya saya mau langsung pulang.
AYAH AMIRA
Nanti besok aja pulangnya, udah malam.
ALI
Tapi saya bilang seperti apa ke orang tua saya.
Ayah amira hanya tersenyum lalu, menepuk pundak ali.
AYAH AMIRA
Udah tidur saja, saya punya no telpon orangtua kamu lewat staf kampus, biar saya yang menelepon.
ALI
Tunggu, kok bisa pak.
AYAH AMIRA
Saudara saya berkerja di sana, udah aja kamu menginap di sini. Kalau kamu kenapa napa nanti saya yang kena masalahnya.
Ali hanya mengangguk. Tak lama dari itu ali di suruh untuk menggunakan kamar CARLA (22).
AYAH AMIRA
Kamu pakai kamar Carla saja.
ALI (V.O.)
Tunggu, kok gini.
AYAH AMIRA
Anggap aja ya rumah sendir
58. INT. RUMAH AMIRA - KAMAR CARLA — CONTINUOUS
Ali duduk di kasurnya carla lalu melihat ke berbagai sudut ruangan. Tak lama dari itu ali langsung membaringkan tubuhnya ke kasur dan memejamkan matanya.
ALI
(Mengehela nafas)
Kenapa jadi gini, semoga saja besok menjadi lebih baik.
59. INT. RUMAH AMIRA - RUANG MAKAN - PAGI
Ibu amira menyiapkan makanan untuk dimasak. Ali yang sedari tadi di ruang keluarga duduk sambil membaca alquran tanpa bersuara mulai berjalan ke arah ibu Amira setelah melihatnya.
ALI
(Berjalan )
Lagi nyiapin masakan bu.
IBU AMIRA
(Berbalik badan melirik ali)
Iya, kamu ikut makan nanti ya. Tenang kok ibu jamin halal.
Ibu ali memotong beberapa sayuran. Ali kemudian mencoba membantu.
ALI
Ibu tahu ya soal itu.
IBU AMIRA
Iya tadi ibu melihat mu sedang membaca kitab sucimu Al-Qur'an.
ALI
Kapan bu kok saya tidak melihat ibu.
IBU AMIRA
Tadi saat hendak kesini ibu liat kamu dudu di sofa.
ALI
Begitu ya, ibu pernah membuat masakan halal?
IBU AMIRA
Dulu pernah belajar saat magang di restoran.
ALI
Begitu ya, boleh saya bantu bu masaknya.
IBU AMIRA
(Tertawa)
Bukankah dari tadi juga kamu sedang membantu ibu terimakasih ya.
ALI
Iya bu nggak papa.
60. INT. RUMAH AMIRA - RUANG MAKAN - CONTINUOUS
Ali dan keluarga amira makan pagi di ruang makan mengobrol perihal Carla kakak Amira yang melanjutkan studinya ke korea selatan.
AMIRA
Apa kak carla tidak akan pulang mah.
IBU AMIRA
Katanya nanti saat kamu lulus.
AMIRA
Begitu ya, kira kira oleh oleh yang dibawa apa ya.
Ali Hanya tersenyum kecil mendengar hal itu.
AMIRA
Kenapa ketawa ali ada apa.
ALI
Bukan kenapa napa, cuman terkejut aja ternyata kau punya sikap seperti itu juga ya.
AMIRA
Memangnya salah ya.
IBU AMIRA
Sudah sudah nggak baik bertengkar saat makan.
AMIRA
Iya bu maaf.
61. EXT. RUMAH AMIRA - HALAMAN RUMAH - PAGI
Ali meminta izin pamit kepada kedua orang tua amira. Saat hendak pulang amira tidak ada di sana melihat kepergian ali.
ALI
Bu, pak terimakasih, maaf ya mungkin kehadiran saya cukup merepotkan ibu dan bapak.
AYAH AMIRA
Kapan kapan nginap lagi ya kita ngobrol yang lainnya.
Ali hanya tersenyum.
IBU AMIRA
Hati hati di jalan ya.
ALI
Iya bu, Titip salam pada amira ya Bu saya pulang dulu.
IBU AMIRA
Iya hati hati.