Cuk (A Story of Virginity)
5. Cerita di Suramadu
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

EXT. TEPI SUNGAI MENGHADAP JEMBATAN SURAMADU - MALAM

Jembatan Suramadu terlihat berkelap-kelip dari kejauhan dengan warna yang beragam. Beberapa waktu sekali, warnanya berubah-ubah. Lans dan Mariam duduk di tepi sungai sembari memandang keindahan lampu-lampu Suramadu tersebut.

LANS

Wooahhh, onok tempat kek gini di Surabaya.

Mariam bisa tersenyum lagi melihat Lans terpesona akan tempat ini. Air sungai memantulkan sinar bulan malam itu. Lampu-lampu kota terlihat dari jauh seperti berkerlap-kerlip.

MARIAM

Ini tempat rahasiaku kalo aku mumet.

Lans mengangguk-angguk, lalu duduk di atas rerumputan menghadap kerlap-kerlip Suramadu dan sungai.

LANS

Tenang banget.

MARIAM

He eh.

Wajah Maryam murung. Ia menatap jauh ke arah pepohonan yang bergerak-gerak dan lampu-lampu kota yang melintas.

LANS

Jadi?

MARIAM

Hm?

LANS

Onok cerita apa sama si pak polisi tadi?

MARIAM

Ah... Mas Eri?

LANS

Iya, itu. Setelah ketemu dia, awakmu jadi bad mood.

Mariam beranjak ke arah Vespa dan ingat bahwa mereka masih punya kantong keresek berisi camilan dan minuman dari minimarket. Mariam membuka botol bir.

MARIAM

Ugghh, bir anget. Nih?

Lans tertawa, tapi menolak bir itu. Ia membuka bungkus potato chips dan mengunyahnya.

LANS

Aku ra ngebir. Jadi?

MARIAM

Dia pelanggan. Ujug-ujug dua minggu lalu ngelamar, bawa cincin segala...

LANS

Well, selamat?

MARIAM

Si bajingan iki wes nikah. Punya bojo, punya anak. Sebangsat-bangsatnya aku, buat urusan koyok ngene, aku yo wegah.

LANS

Kok iso punya istri tapi kelakuan kek gitu.

MARIAM

Buanyak. Tiap hari, kon pikir orang-orang yang mampir ke tempatku itu yaopo? Rata-rata punya istri, punya anak, ya tetep ae jajan.

LANS

Hmmm...

MARIAM

Ndak semua orang selurus kamu jalan pikirannya.

Lans memandang jauh ke lampu-lampu di jembatan yang jauh. 

LANS

Tapi aku yo miskin pengalaman.

Mariam menenggak kembali bir angetnya itu.

MARIAM

Jadi cowok uenak yo. Keperjakaan cuma koyok masalah sederhana yang mau dijaga sampe nikah atau ndak, ya ndak ngaruh. Ndak keliatan. Ndak dihakimi. Kalopun misale orang-orang tau, cowok ini udah ndak perjaka, oh ya udah. Malah kadang dianggap hebat, BER-PE-NGA-LAM-AN persis kayak yang kamu bilang. Kalo cewek, hoalah, keperawanan macam harga mati. Kalo ketauan ndak perawan, dianggap barang cacat.

LANS

Ndak semua lelaki kayak begitu, Mar.

MARIAM

Sebagian besar tapi iya.

Mariam merebahkan diri di atas rerumputan. Ia memandangi bintang-bintang di langit. Lans mengamati gerak-gerik Mariam.

MARIAM (CONT’D)

Hhhhh, jadi begitulah. Mending ndak pengalaman daripada awakmu kena penyakit kelamin. Kamu rela keperjakaanmu kamu kasih ke lonte?

Lans menggeleng. 

MARIAM (CONT’D)

Kalo kataku, mending kamu pulang. Jangan main-main sama dolly.

Lans ikut merebahkan diri di sisi Mariam. Ia memandang langit yang sama dengan Mariam.

LANS

Jadi, MAS ERI...

Mariam terkejut lalu terbahak. 

MARIAM

Opo seh, ke situ lagi?

LANS

Penasaran aku. Dia masih terus ke tempat kamu biar sudah ditolak?

Mariam mengangguk pelan, lalu terbahak lagi.

LANS (CONT’D)

Masih mau terus ketemu dia?

MARIAM

La piye? Aku butuh duitnya.

Kami terdiam sembari mendengarkan suara air sungai dan langit yang kerlap-kerlip, semeriah lampu-lampu Suramadu.

Ponsel Mariam berdering terus sejak tadi, tapi ia tidak mengangkatnya. Ia hanya membuatnya tak bersuara. Mariam kembali mendengarkan suara air sayup-sayup dan angin yang menyisir ilalang-ilalang.

CUT TO:

INT. VASA - MALAM

Di atas meja, beberapa botol sampanye sudah kosong. Piring-piring makanan juga sudah kosong. Tersisa beberapa potong cake coklat saja yang masih tersisa dan salad-salad. 

Kedua pipi Flo merah, pertanda kalau ia sudah setengah mabuk. Semua orang di acara bachelorette itu pun sudah hampir mabuk. Salah seorang mengusulkan mereka bermain Spin the Bottle. Mereka mengiyakan, dan di antara bertujuh, mereka mulai memutar botol-botol di atas meja.

BRIDES MAID 1

One, two, three...

Mereka fokus memandang putaran botol di atas meja. Kepala botol itu mengarah ke Maid of Honor.

BRIDES MAID 2 

Truth or dare?

Brides maid 2 memutar bola mata dan mengangkat bahu.

MAID OF HONOR

Truth.

BRIDES MAID 3

Oke, sejak kapan kamu naksir Bram?

Flo menoleh cepat ke arah kawan-kawannya. Semua brides maid termasuk maid of honor ini adalah teman-teman sekantor. Maid of honor melotot ke arah brides maid 3. Flo memandang tajam ke arah maid of honor sekarang.

FLO

Okay, sejak-- kapan-- kamu-- naksir-- Bram--?

MAID OF HONOR 

Fuck.

BRIDES MAID 2, 3, 4

Seru nih.

Flo dan maid of honor masih saling pandang. Flo memandang tak berjeda.

FLO

Go on.

MAID OF HONOR

Oh my god, inget nggak waktu kita karaoke terus Bram mampir?

Flo mengangguk.

FLO

He eh, karena mau ambil file yang nggak sengaja aku bawa.

Flo menyesap wine dari gelas di tangannya. Ia masih memandang tertarik ke arah Maid of Honor.

CUT TO:

INT. RUANG KARAOKE - MALAM

Lampu disko di tengah ruang menyala kerlap-kerlip berwarna-warni. Flo dan lima orang kawan mengisi ruang itu. Lagu “Sobat” dari Padi sedang berkumandang. Flo dan maid of honor sedang berdiri menyanyikan lagu itu, ketika pintu ruang karaoke terbuka. Kepala Bram menyembul di balik pintu. Ia melambaikan tangannya kikuk. Ia memandang Flo dan Flo memandang balik.

BRAM

Halo...

Flo mengambil sesuatu dari tasnya; sebuah flashdisk. Ia lalu keluar ruangan bersama Bram.

CUT TO:

INT. LORONG TEMPAT KARAOKE - MALAM

Bram dan Flo berhadap-hadapan di lorong itu. Flo menyerahkan flashdisk itu kepada Bram. 

BRAM

Seru banget kayaknya.

FLO

Begitulah.

Flo tersenyum. Bram memandangi wajah Flo yang memandang ke arah lain. Seorang waitress melintas di lorong.

BRAM

Habis dari sini ke mana?

FLO

Langsung balik paling.

BRAM

Aku tunggu kamu selesai, ya?

FLO

Ngapain? Nggak usah, aku bareng arek-arek.

Bram mengangguk-angguk menatap lantai. Flo mengarah ke pintu hendak masuk ke ruang karaoke.

FLO (CONT’D)

Aku...

Flo memberi tanda dengan tangannya bahwa ia akan masuk ruangan. 

BRAM

Aku pamit juga deh.

Bram kembali melongok dari balik pintu dan melambaikan tangan ke arah orang-orang dengan setengah berteriak.

BRAM (CONT’D)

Have fun ya!

Seisi ruangan melambai balik ke arah Bram. 

CUT TO:

INT. VASA - MALAM

Semua orang memandang ke arah Maid of Honor dengan tatapan tertegun. 

FLO

That’s it? 

MAID OF HONOR

That’s it. Sejak itu aku kayak penasaran sama dia. Aku dulu nggak tau tapi kalo kalian ternyata...

Flo menggoyang-goyangkan jari telunjuk ke udara sembari menyesap sekali lagi wine-nya.

FLO

Ndakkkk, kami nda ada apa-apa.

BRIDES MAID 3

True. Bram yang naksir berat sama Flo.

BRIDES MAID 2 .

Kamu inget dia pernah bela-belain bantuin Flo waktu mobilnya mogok tengah malam?

BRIDES MAID 1

Waktu berantem parah sama Lans?

Semua orang bergumam he-eh secara bersamaan. 

MAID OF HONOR

Aku agak iri pas kamu ulang tahun...

BRIDES MAID 4

...mmm I know, ruangan Flo diisi lilies. Romantis banget.

FLO

Kelewatan itu.

BRIDES MAID 3

Romantis yang kelewatan.

Semua brides maid terbahak menggoda Flo.

FLO

(bergumam)

Harusnya dia nggak gitu. Dia tau aku punya Lans.

MAID OF HONOR

Pfffftttt... Lans shud step up his game. 

BRIDES MAID 1

He propose.

Flo memandang ke arah jauh. Tersenyum sendiri, dan meraba cincin di jarinya.

CUT TO:

EXT. TEPI SUNGAI MENGHADAP JEMBATAN SURAMADU - MALAM

Lans dan Mariam masih rebahan bersisian menghadap Jembatan Suramadu. 

MARIAM

Awakmu religius tah, Lans? 

LANS

Hm? Ndak terlalu. Opo’o?

Mereka sama-sama sibuk memandang langit.

MARIAM

Jaman kek ngene, mutusin tetep perjaka. Aku ngiranya kamu taat.

LANS

Flo--itu nama calon bojoku--pacar pertamaku, Mar. Sama dia juga aku langsung pengen serius, pengen rabi. Aku ndak religius-religius amat, tapi aku yo mungkin lempeng. Soal anu, koyoke kami sama. Buat apa buru-buru, toh kami mikir end upnya bakal sama-sama, ada waktu seumur idup buat ngencuk, kasarnya gitu.

Mariam terbahak. 

MARIAM

Cara kerja otakmu... sederhana tapi aneh.

Lans ikut terbahak. 

LANS

Aku wes biasa dibilang aneh karo konco-koncoku.

MARIAM

Yo defense cuk. Jangan nyerah sekarang. Yaopo...

Mariam mendudukkan diri dan mengambil sekaleng bir lagi. 

LANS

Yaopo yo...

Lans tertawa, masih rebah, masih menatap langit-langit. Lengannya menjadi bantalan kepala.

MARIAM

Aku kasih bocoran ya. Cewek itu ndak nuntut kamu mesti jago, ngerti banyak pose, greng, opo aneh-aneh sampe bisa tahan sejam misalnya. Yang lebih penting, kamu paham di mana titik-titik yang ena-ena. Rata-rata cowok itu uadoh, banyak guaya tapi clueless. 

LANS

Titik-titik opo?

MARIAM

G-spot jeh. 

Wajah Lans memerah walaupun tak kelihatan karena gelap.

LANS

Nah itu... Tersesat aku.

Mariam menggeleng-geleng. Ia membangunkan Lans dari rebahnya. 

MARIAM

Kon ikut ayo. 

Mariam berdiri mengajak Lans juga pergi dari tepi sungai itu.

CUT TO:

INT. LOBI VASA - MALAM

Flo dan kawan-kawannya berjalan keluar restoran menuju lobi. Mereka menuju resepsionis untuk check in. Jalan mereka agak gontai disertai tawa yang susul-susulan.

FLO

Semuanya ikut naik kan!?

EVERYONE

Yesss.

Iyaaa.

Selooo.

Flo menyerahkan kartu identitas kepada resepsionis, sementara yang lain duduk di sofa lobi. Tak lama, Flo sudah memegang satu kunci akses. 

MAID OF HONOR

(berteriak)

Letsssss...

Flo mengecek ponselnya dan menemukan kiriman Whatsapp foto lampu-lampu jembatan Suramadu dan pantulan cahaya bulan di air sungai dari Lans. 

FLO

(mengetik Whatsapp)

Kasian bojo ditinggal sendirian. Aku having so much fun di sini. Ini mau lanjut check in ya sama arek-arek.

Flo mengirimkan pesan itu, lalu langsung memasuki lift bersama dengan teman-temannya yang lain yang membawa balon, bunga-bunga, sisa wine dan sampanye, dan dekorasi-dekorasi bachelorette lainnya. Confetti-confetti berceceran di lantai.

CUT TO:

EXT. JALAN RAYA - MALAM

Lans membonceng Mariam di belakangnya. Mariam tampak menunjuk-nunjuk arah jalan yang dituruti oleh Lans. Mobil-mobil tampak susul-menyusul di sekitar Vespa Lans. Lampu-lampu kota tampak temaram. Kemacetan tak ada hari itu, tumben sekali.

CUT TO:

INT. RUANG MERAH DOLLY - MALAM

Seorang polisi sudah tak berseragam tapi masih mengendarai motor dinas bertuliskan POLISI memasuki ruang merah, tempat kerja Mariam. Seorang perempuan paruh baya menyambutnya.

MAS ERI

Mariam?

Si mami itu menoleh ke arah calo berbatik yang selama ini bertugas di tepi jalan. Calo itu sedang merokok di depan pintu ruang merah.

MAMI

Ratri ae yo, Pak. Piye?

MAS ERI

Mariam nangndi?

Si mami dan calo kembali lihat-lihatan. Mas Eri berdiri tak tenang. Tubuhnya seperti tak bisa diam. Ia duduk di ruang merah menggoyang-goyangkan kakinya, sama sekali tak memandang perempuan-perempuan lain yang berjajar di sana.

MAMI

Anu...

CALO

Saya sempet motoran cari si Mar, ra ketemu, Pak. Terakhir dia nolong mas-mas motore mogok depan sini.

Calo itu menunjuk ke arah jalan raya di depan sana. Mas Eri ikut mengarahkan pandang ke arah yang ditunjuk calo.

MAS ERI

Dia ta goleki nangndi ae.

Mami dan calo sama-sama menggeleng. Mas Eri memandang satu-satu perempuan yang ada di ruang merah. 

MAS ERI (CONT’D)

Ratri, ... Ratri toh? 

Perempuan itu mengangguk, tapi memundurkan tubuh ke sandaran kursi, pertanda ia terancam.

MAS ERI (CONT’D)

Kamu ngerti Mariam ke mana? Kamu... kita pernah ketemu di pasar malem toh?

Si perempuan mengangguk pongah. Wajahnya tak ramah. Eri mencoba mengingat-ingat memorinya. Ia memejamkan mata memanggil ingatan.

RATRI

Kita ketemu di pasar malem iyo, tapi aku ra ngerti Mar ke mana.

Ia lalu menyeringai. Eri mencoba menelepon tapi ia kemudian menekan-nekan tombol dengan tak sabar.

RATRI (CONT’D)

Yaopo, Pak. Kon ra perlu cemburu kek ngono. Urus ae dulu bojomu. 

Ratri melangkah meninggalkan ruang merah dan menghilang ke bagian belakang rumah. Eri melotot ke arah Ratri. Si calo berdiri berjaga-jaga.

MAS ERI

Urghh... Sesuk aku nang kene lagi!

Mami dan calo hanya memandangi si polisi sendiri menjauh dengan mengendarai motornya yang bersirene itu. Semua orang di sana menoleh ke arah Eri.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar