32. EXT. TROTOAR – AFTERNOON
Suasana pulang kerja.
Langit tampak sedikit mendung. Orang-orang kantoran memenuhi trotoar yang sempit. Ada juga pejalan kaki biasa.
Ray berdua Mirwan berjalan menuju halte. Tanpa suara kita akan melihat mereka berdua bercakap-cakap. Pada saat sudah dekat halte, Mirwan melihat Sinta berdiri di sana bersama Nurul di antara orang-orang menunggu bus.
MIRWAN
Mas, itu mbak yang kemarin di Warung Soto Mang Usman, kan?
Ray sama halnya Mirwan melihat Sinta. Dia paham maksud Mirwan. Dia lalu mengangguk.
MIRWAN (CONT’D)
Kebetulan ya, Mas?
Ray sengaja tidak menggubris. Dia lalu pura-pura mengambil ponsel dan menelepon Lana.
33. CONTINUED
Mirwan tersenyum menyapa Sinta dan Nurul. Mereka berbasa-basi sedikit.
Sinta melihat Ray sebentar yang berdiri dalam jarak sekitar dua meter dari mereka. Di antara orang laki-laki dan perempuan yang sedang mengobrol.
Ray masih berpura-pura menelepon.
Pada saat bus datang, Ray naik paling belakangan.
34. CONTINUED
Ray berdiri di dekat pintu masuk. Dia masih pura-pura menelepon.
Di barisan kursi tengah, Sinta memandanginya penasaran. Sementara Nurul dan Mirwan nampak mulai akrab.
35. INT. RUMAH RAY – KAMAR RAY – NIGHT
Ray duduk. Dia mengetik di laptop.
Terdengar pintu diketuk. Lalu tanpa menunggu dipersilakan, pintu membuka. Lana masuk.
LANA
Mas tadi nelponin lama banget tapi nggak jelas. Mau ngomong apa, sih?
Ray menoleh. Tersenyum tengil.
RAY
Iseng.
Lana menghela napas. Di pintu, ada Ibu yang muncul berdiri di sana.
LANA
Bukannya kerjaan Mas Ray juga seabrek-abrek, ya? Masih butuh sampingan?
Ray menoleh lagi. Menampakkan senyum bodoh beberapa detik.
RAY
Nah itu, sampingan mas ngisengin kamu.
Lana melotot. Ibu di ambang pintu memperhatikan penasaran.
LANA
Tahu nggak, Mas, tadi tuh aku lagi ngerjain tugas kelompok yang susahnya kayak disuruh nangkep dajjal. Pas Mas Ray nelepon tadi kiRayn bakal bikin aku rileks dikit. Bisa nyingkir sebentar dari temen-temen. Tapi malah nambah stres gara-gara Mas Ray ngomong apa nggak jelas. Kemresek tivi rusak masih bisa dimaklumi.
Ray tertawa. Sementara Ibu masuk.
LANA (CONT’D)
Kena karma baru tahu rasa lu!
IBU
Hus! Jangan ngomong gitu, ah.
LANA
Ya habisnya, orang lagi kesusahan juga ...
IBU
Udah ... kan Mas Ray nggak tahu kamu juga lagi nugas.
Senyuman Ray lebar. Tapi fokus kerjanya tak terganggu.
LANA
Ya emang harus ya, Bu, aku bikin pengumuman kalau lagi kesusahan? Aturan aktivin radar kepekaan, dong. Pantesan ...
IBU
Udah, peka-peka. Kamu duluan dong pekain mas mu itu. Dia kan selalu stres karena kerjaannya segunung. Butuh hiburan.
LANA
Yee, kok jadi aku sih, Bu. Mas Ray duluan dong. Pekaan dikit. Pantesan nggak nikah-nikah.
IBU
Eh, kok kamu jadi kesitu-situ ngomongnya.
LANA
Yalah, Bu, jodoh itu berawal dari peka. Kalau nggak peka-peka, ya lama dapatnya.
IBU
Heh, sembarangan kalo ngomong. Daripada kamu ngomong yang enggak jelas gitu, mending kamu doain tuh mas mu biar cepet dapat jodohnya.
LANA
Bukannya udah? Tuh Mbak Sinta, orang satu kompleks saja pada ngerestuin, kan?
IBU
Eh, makin sembarangan kamu ngomong! Awas hati-hati, nanti kamu sendiri yang jadi sembarangan jodohnya.
LANA
Kok, ibu jadi ngatain aku gitu.
IBU
Yee ... ibu kan hanya ngingetin. Orang kamunya saja susah direm!
LANA
Hu, dasar! Di mana-mana tuh anak bungsu yang dibelain. Ini malah kebalikannya. Yang dibuli.
IBU
Ya kan kamu tinggalnya di sini bukan di mana-mana.
LANA
Ih!
Ibu dan Ray tertawa.
Lana mengentakkan kaki. Lalu keluar.
36. INT. WARUNG KOPI – NIGHT
Ray mendekati Acin yang tengah memberesi kursi dan meja di bagian luar kafe. Acin tidak bekerja sendirian. Dia bersama dua pegawainya.
Acin menoleh. Dia lalu menata dua kursi lagi dan satu meja di sudut teras.
ACIN
(ke salah satu pegawai)
Boy, tolong bikinin minum, ya. Dua.
PEGAWAI
Siap, Mas. Yang biasa?
Acin mengangkat dagu ke Ray.
RAY
Biasa saja.
Pegawai mengangguk. Lalu masuk ke dalam.
Acin kembali memberesi meja dan kursi.Ray bergerak membantu.