21. INT. KANTOR RAY – MORNING
Pada saat Ray masuk, berjalan menuju kubikelnya, beberapa staf karyawan yang sudah hadir duduk bergerombol. Mereka saling senyum melihat Ray.
KARYAWAN #1
Cie, cie ... yang mau lamaran.
Ray tersenyum datar. Dia sudah menduga akan seramai ini tanpa berusaha mencari siapa biangnya. Dia pun hanya tenang dan tidak peduli.
KARYAWAN #2
Ikut seneng ya, Mas. Saya doakan lancar sampai hari H.
Pada saat Ray sampai ke kubikelnya, dia langsung menyalakan komputer dan membuka email. Terdengar orang-orang masih tertawa dan ngobrol. Tapi sudah berganti topik.
Tak lama suasana semakin ramai. Jam kerja sudah dimulai dan orang-orang tenggelam dalam pekerjaan masing-masing.
Seseorang mendekati kubikel Ray memberikan sebuah map. Ray menerima map tersebut.
Ray tengah memeriksa lampiran dalam map pada saat ponselnya berbunyi notifikasi chat beberapa kali. Dia berusaha abai. Tetapi ponselnya bunyi terus.
Ray menyerah sebentar. Membuka ponsel dan melihat pesan. Ada ratusan pesan dari orang-orang termasuk Tante Sopha dan Ibu. Pilihannya kemudian adalah mematikan ponsel karena dia tak mau pekerjaannya terganggu.
22. INT. WARUNG SOTO - DAY
Sebuah warung soto yang ramai.
Hari tampak panas. Ray duduk bersama rekan kerjanya. Ada Mirwan dan juga Indah. Sementara rekan kerjanya memesan makanan, Ray sibuk menghapus ratusan pesan yang masuk termasuk terpaksa memblokir beberapa nomor yang memasukkannya ke dalam grup chat.
PELAYAN
Mas Ray, mau biasa atau gimana?
Ray tak tanggap. Lalu di sebelahnya, Mirwan yang menjawab.
MIRWAN
(ke Pelayan)
Udah biasain saja, Mas. Sibuk banget kayaknya Mas Ray.
Pelayan mengangguk. Lalu mencatat.
PELAYAN
Minumnya juga? Sama tambahan yang lain?
Mirwan mengangkat jempol. Pelayan lalu pergi.
CUT TO:
Sinta dan temannya masuk. Mereka celingukan mencari tempat duduk. Mereka hampir menyerah saat kemudian Sinta melihat Ray dan di tempatnya mereka duduk tampak masih muat untuk dua orang.
CUT BACK TO:
Indah memperhatikan Sinta dengan seksama. Dia mencoba mengingat-ingat sesuatu, kemudian dapat.
Sementara itu, Sinta dan temannya mendekat.
Sinta mengangguk tersenyum ke Indah. Lalu ke Mirwan yang memiliki pandangan yang sama seperti Indah.
Di bawah meja, Indah menendang kaki Mirwan.
SINTA
Permisi, kita boleh gabung di sini?
Beat. Sinta menoleh Ray. Ray masih sibuk dengan ponselnya.
SINTA (CONT’D)
Tempat yang lain kayaknya sudah penuh semua.
Indah dan Mirwan tersenyum lebar. Mereka mempersilakan.
Ray perlahan mengangkat wajahnya. Dia melihat Sinta di depannya persis sedang tersenyum. Ray membalas tersenyum canggung.
Sinta dan temannya mengangguk terima kasih. Mereka lalu duduk. Sinta dan temannya duduk di sebelah Indah berseberangan dengan Ray.
Lalu Pelayan datang membawa pesanan sebelumnya. Pelayan meletakkan makanan dan minuman di depan masing-masing Ray bertiga Indah dan Mirwan.
PELAYAN
(ke Sinta dan temannya)
Mbak Sinta dan Mbak Nurul, mau yang biasa?
Sinta dan Nurul mengangguk. Pelayan mencatat. Setelah mencatat pesanan yang baru dia pergi lagi.
23.EXT. TROTOAR – LATER THAT DAY
Ray berdua Sinta jalan bersisian. Ray berusaha cuek sementara Sinta jauh lebih rileks.
RAY
Kamu biasa makan di warungnya Mang Usman?
Sinta tersenyum. Dia mengangguk.
RAY (CONT’D)
Sering? Kok saya baru lihat, ya?
SINTA
Kalau sering sih enggak juga, Mas. Tapi emang pelayan di warungnya Mang Usman kan ramah-ramah. Kayaknya tiap orang bakal dihafal muka sama namanya.
RAY
Ya, marketing mereka jago. Kantor saya kayaknya perlu niru juga.
Ray dan Sinta tertawa kecil.
SINTA
Tapi saya beberapa kali lihat Mas Rama juga kok, Mas. Satu kali pas warungnya Mang Usman dibooking sama orang kantornya Mas Ray semua. Lainnya, kadang pas saya baru datang, Mas Rama lagi sibuk makan, jadi saya enggak nyapa. Takut ganggu.
RAY
Besok-besok, sapa saja nggak pa-pa. Nggak mungkin ganggu kan wong lagi di tempat umum juga.
Sinta tertawa kecil lagi. Dia lalu melihat ke seberang. Ke kantor tempat kerjanya.
SINTA
Ya, Mas, besok-besok kalau nggak lupa.
(beat)
Saya duluan ya, Mas.
Ray mengangguk. Dia memperhatikan Sinta berjalan menuju fly over dan naik.
24. INT. KANTOR KERJA SINTA – AFTERNOON
Suasana pulang kerja. Sinta memberesi mejanya pada saat Nurul datang mendekat.
NURUL
Pulang bareng?
Sinta mengangguk. Sebentar dia merasa ada yang tidak pada tempatnya. Sinta menatap Nurul lagi agak lama. Dia lalu mengerti maksud Nurul.
SINTA
Saban hari juga balik bareng, kan?
NURUL
Kirain ...
Sinta bangkit. Dia menyandang tasnya.
SINTA
Jangan ngaco, ah! Cukup orang-orang saja, kamu jangan.
Sinta dan Nurul bersisian keluar ruang kerja. Mereka lalu jalan menuju lift.
NURUL
Tapi kalau ntar dia orangnya gimana? Jodoh kan nggak bisa dilihat dari kasat mata. Elu sendiri bilang, wajah mirip, pola pikir sama, ditambah hati yang sama-sam sreg belum tentu takdir nasibnya jadi jodoh juga. Nah, ini?
Sinta berdua Nurul tiba di depan lift.
SINTA
Pikiran saya masih sama, kok, enggak berubah juga. Cuma, kondisinya saya sama Mas Rama cuman lagi jadi bahan isengan orang kompleks doang.
NURUL
Tapi enggak nutup kemungkinan bakalan ada jalan dari situ, kan?
SINTA
Ih, kamu makin jadi, deh. Ikut usilnya kayak orang-orang kompleks.
Pintu lift terbuka. Sinta berdua Nurul masuk.