07. I/E. RUMAH TETANGGA, TENDA PENGANTIN - MORNING
Suasana sebelum akad nikah.
Ray datang bersama Ibu dan Tante Sopha.
Tampak Pengantin dan kedua keluarga cemas menunggu kedatangan Penghulu.
Terdengar orang-orang saling menanyakan keberadaan Penghulu.
Tak lama kemudian, tampak seseorang mengendaRay motor matik mendekat. Dia adalah Penghulu. Semua orang mengucap syukur. Pengantin dan kedua keluarga saling tersenyum lega.
Pada saat akad dimulai, Ray tidak sengaja melihat Sinta di antara tetangga yang hadir menjadi saksi. Ray menatap Sinta agak lama.
Sementara Tante Sopha yang menangkap Ray berbisik pada Ibu. Keduanya lantas memperhatikan Ray sambil tersenyum penuh arti.
08. I/E. RUMAH TETANGGA – LATER THAT MORNING
Ray sedang mengambil makanan ketika Seorang Ibu Muda, 36 tahun, menyosor antrian di belakang.
Ibu Muda itu menepuk pundak Ray. Ray sontak menoleh.
IBU MUDA
Bujang sibuk!
Ray menyengir.
IBU MUDA (CONT’D)
Kapan nih nyusul. Nanda loh, seumuran adik elu, sudah dua kali. Elu kapan?
Cengiran Ray melebar.
RAY
Kapan-kapan.
IBU MUDA
Hus, Jangan ngomong gitu! Pamali!
Ray selesai ambil makanan. Dia lalu pergi dan duduk di kursi tamu di dalam tenda pengantin. Ibu Muda itu mengikuti.
IBU MUDA (CONT’D)
Ray, inget umur.
Ray menelan makanan.
RAY
Tiga enem! Lima Pebruari ntar. Pas!
Ibu Muda menepuk bahu Ray.
IBU MUDA
Elu ini. Apa mau sama anak gue? Khanza bentar lagi tujuh belas tahun, tuh!
Ray geleng kepala.
RAY
Jangan! Gue enggak banyak duit. Elu kan matre sama laki lu juga. Ntar bukannya balik modal malah mati kering kalo gue jadi mantu lu.
Ibu Muda tersedak. Ray tertawa.
SECOND MOMENTS LATER
Ray mengembalikan piring kotor saat di tempat yang sama dia bertemu Sinta.
Sinta tersenyum ramah. Menyapa Ray duluan.
SINTA
Nggak ngantor, Mas?
RAY
Izin sehari. Dipaksa ibu buat wakilin bapak jadi saksi.
SINTA
Saya juga, Mas. Kebetulan saya sama Febi kan masih sepupu Mas, hitungannya. Jadi izin sehari.
Ray mengangguk mengerti.
CUT TO:
Ibu dan Tante Sopha memperhatikan Ray dan Sinta. Keduanya saling pandang merasa yakin ada kecocokan di antara Ray dan Sinta.
09. INT. RUMAH RAY – KAMAR RAY – NIGHT
Ray mengetik di laptop.
Terdengar suara orang mondar-mandir di depan kamar. Lalu suara Toni dan Lana bercanda.
IBU (O.S.)
(gemas)
Kerjaan terus yang diurusin!
Ray mendengar suara Ibu dengan jelas. Dia tertawa kecil. Lalu memasang earphone dan mulai mendengarkan lagu.
10. EXT. HALTE BUS - AFTERNOON
Suasana pulang kerja.
Langit sore itu tampak cerah. Ray berdiri di antara orang-orang yang menunggu bus.
Sinta bersama rekan kerjanya berjalan bersama menuju halte.
Ray tiba-tiba merasa salah tingkah dan mengalihkannya dengan membuka ponsel.
Pada saat tiba di halte, Sinta bermaksud menyapa Ray. Tetapi dia merasa kalau Ray sedang tidak ingin diganggu.
Lalu bus datang. Sinta masuk duluan.
11. I/E. BUS, JALAN RAYA – LATER THAT AFTERNOON
Sinta duduk di kursi paling ujung. Dekat pintu. Hanya itu kursi yang tersisa.
Ray masuk. Semua kursi sudah penuh. Tinggal kursi yang diduduki Sinta masih muat untuk satu orang.
Ray ragu mendekat. Tapi Sinta cepat tanggap. Sinta geser ke samping. Lalu mempersilakan Ray duduk di sana.
Ray dengan canggung mendekat. Dia tidak bisa menolak.
SECOND MOMENTS LATER
Ray menyusun kata. Dia masih merasa canggung duduk berdekatan dengan Sinta. Banyak hal berkecamuk di dalam kepalanya.
Kita akan mendengar suara derum mesin bus yang halus. Suara para penumpang yang bercakap-cakap. Suara musik.
RAY
Kamu nggak kelihatan pas resepsinya kemarin.
Sinta menoleh. Dia terkesiap.
SINTA
Eh, gimana, Mas? Maaf tadi nggak jelas suaranya.
RAY
Kamu, kemarin nggak kelihatan pas resepsi siang harinya. Pulang duluan.
SINTA
Oh, itu. Enggak, Mas. Saya bantuin di belakang. Kebetulan ibu kecapekan, terus minta istirahat di rumah, jadi saya yang gantiin bantu-bantu di dapur.
Ray mengangguk-angguk.
SINTA (CONT’D)
Saya lihat Mas Rama, kok. Bantuin jadi panitia sampai sore.
(beat)
Saya juga lihat Mas Rama joget dangdut sama orang-orang.
Ray tersipu. Sinta tertawa kecil.
RAY
Kacau, ya?
SINTA
Nggak juga kok, Mas. Wajar namanya juga orang nikahan pakai dangdutan. Nggak saban hari ini kan, Mas?
Wajah Ray memerah. Dia mengangguk-angguk mengiya.
Lalu bus berhenti di sebuah halte. Mereka berdua turun bersama beberapa penumpang lain.