Langit tanpak tidak bersahabat hari ini terlihat suram. Tak ada langit cerah biru ataupun awan putih dengan sinar mentari yang terang. Hanya dipenuhi dengan gumpalan awan, angin yang berhembus cukup kencang dan terasa dingin. Melihat situasi seperti ini sudah jelas bahwa salju akan turun pagi ini. Segelas susu hangat dan pakaian tebal adalah penawar atas rasa dingin yang muncul. Devan dan Rion, kedua laki-laki itu tampak sangat menikmati susu hangat yang sengaja disiapkan Marcel agar kedua temannya tidak ribut menanti dirinya yang sedang mengemasi barang-barang terakhir dan memasukkannya kedalam koper.
Devan, Rion, Marcel adalah tiga anak remaja yang terikat dengan ikatan persahabatan. Ikatan yang sudah ada sejak mereka menginjakkan kaki di bangku sekolah dasar. Meskipun mereka adalah putra dari orang-orang kaya mereka tak pernah sekalipun tinggal dengan orang tuanya. Cenderung memilih hidup sederhana menetap dan menyewa apartemen sendiri. Pada hari ini mereka akan pindah untuk kesekian kali ketempat yang sebenarnya tidak jauh dari tempat tinggal mereka saat ini, hanya saja mereka memutuskan untuk pindah karena menurut Devan mereka harus memiliki tempat tinggal yang lebih luas mengingat peliharaan yang mereka punya jumlahnya tidak sedikit. Setidaknya ada 8 ekor anjing berbagai jenis, 5 ekor burung, dan 4 ekor kura-kura.
Disela acara beres-beresnya Marcel berhenti sejenak dan melihat kearah hewan-hewan peliharaannya. Lalu menepuk dahinya sendiri seakan baru saja mengingat sesuatu. Ia bergegas menggunakan jaket dan menghampiri yang lain. Melihat wajah Marcel yang sedikit panik Rion membenarkan posisi duduknya.
Rion : "Ada apa?"
Marvin : "aku lupa membeli makanan untuk para marbels."
Rion : "hey dude, bersantailah sedikit jika kau ke pet shop sekarang maka kita harus menunda acara pindah ini karena salju yang turun."
Marvin : "lalu, aku harus bagaimana?"
Devan mematikan ponsel yang sejak tadi ia mainkan lalu bangkit, berjalan melihat langit dari balik jendela yang tertutup.
Devan : "tenang saja, ditempat kita yang baru ada sebuah pet shop jaraknya juga tidak jauh dari rumah."
Mendengar apa yang dikatakan Devan Marvin menghembuskan nafas lega. Jika sampai anjing kesayangannya kenapa-napa maka ia takkan memaafkan dirinya sendiri. Marvin sangat menyayangi para anjingnya yang ia beri julukan the marbels. Marbels adalah merk dari salah satu permen yang pernah menjadi primadona pada masanya. Mengapa demikian? Karena anjing yang ia miliki tidak hanya terdiri dari satu jenis saja melainkan masing-masing dari jenis yang berbeda, mengingatkan pada permen marbels yang memiliki satu bungkus kemasan namun didalamnya terdapat permen dengan varian rasa dan warna berbeda.
***
Jauh dari ekspetasi mereka yang memikirkan bahwa tempat baru mereka akan lebih buruk dengan salju yang menumpuk tanpa terawat dan seluruh jalanan sepi seperti tak ada kehidupan. Lingkungan mereka sangat berbeda, tempat itu seperti surga dunia. Hingga mereka tercengang karena tak pernah mengetahui ada tempat tinggal seindah itu.
Tidak ada pemandangan salju menumpuk, hanya terlihat melapisi bagian atas tanaman hias sepanjang taman jalan. Lampu-lampu jalan dengan bentuk indah pun menyala menambah hangatnya suasana. Orang-orang berjalan menghabiskan waktu bersama keluarga, sahabat, dan pasangan dengan ekspresi bahagia seakan musim dingin adalah musim semi. Terlihat pula dari balik jendela setiap café ataupun rumah makan menyajikan makanan yang masih panas seakan baru saja keluar dari panggangan. Membuat siapapun yang melihatnya merasa lapar. Hal itu juga berlaku untuk Rion, ia meminta supir taxi untuk berhenti.
Devan : "ada apa?"
Rion : "aku melihat toko roti, mereka menghidangkan roti yang baru matang sepertinya enak aku ingin membelinya."
Marvin : "aku mau."
Devan : "aku juga."
Rion mengangguk lalu membuka pintu mobil dan mengarahkan kaki kanannya keluar. Namun sontak ia masukan kembali, ia terkejut karena dinginnya bisa sangat terasa seolah menembus sepatunya. Bagaimana bisa ini terjadi? Sedangkan orang-orang terlihat biasa saja bisa dibilang sangat normal dengan rasa dinginnya. Tiba-tiba sebuah tangan terulur masuk tepat didepan Rion. Menampakkan sebuah sapu tangan berwarna putih, Rion melihat tangan yang terulur dan dijumpainya pemilik tangan tersebut. Seorang pria dewasa dengan seragam petugas keamanan, pria itu tersenyum. Sedikit mengerikan jika seorang pria asing memberikan sapu tangan kepada pria lain.
Dengan perasaan ragu Rion mengambil sapu tangan itu dan mengucapkan terima kasih dengan nada takutnya.
"sepertinya kalian orang baru, bawalah sapu tangan itu jika ingin keluar jangan dihilangkan sampai kalian mendapatkan wigi."
Petugas itu kembali tersenyum lalu pergi dengan menggunakan sebuah skateboard tanpa roda. Rion menatap ke arah sapu tangan digenggamannya tak hanya Rion, Devan dan Marvin juga menatap aneh ke sapu tangan tersebut dan apa itu wigi?. Rion mencoba mengarahkan kakinya kembali keluar mobil dan ia terkejut untuk kedua kalinya. Karena kini ia tak lagi merasakan dingin seperti tadi, dingin kuat itu tidak lagi masuk kedalam sepatunya dan terasa sangat normal. Apakah ada kekuatan didalam sapu tangan itu? Tidak, tidak mungkin didunia modern seperti ini masih ada kekuatan seperti kartun. Rion berpikir mungkin sapu tangan itu adalah salah satu teknologi canggih kota tersebut. Karena terdapat tulisan INVERNO CITY yang menunjukkan nama dari tempat tersebut.
Kemudian Rion keluar dari mobil ia melihat ke kanan dan kiri. Betapa terkagumnya Rion saat ini melihat pemandangan kota tersebut. Lebih cantil dibandingkan ketika ia melihat dari balik jendela mobil. Kota itu terasa seperti ada sebuah kekuatan magis yang menyelimutinya. Orang-orang tersenyum bahagia, tempat-tempat yang bisa dibilang aestetic. Ia sedikit menyesal mengapa tak dari dulu mereka tinggal di Kota Inverno dan yang lebih mencuri perhatian Rion adalah salju yang jatuh dari langit terlihat berkilau seperti berlian.
Ia berjalan memasuki sebuah toko roti yang dilihatnya tadi, mendorong pelan pintu masuk dan ia merasakan kehangatan didalamnya. Aroma roti tercium sangat harum membuat perutnya meronta ingin mencicipi roti-roti yang ada.
"ada yang bisa saya bantu tuan?"
Seorang pelayan tersenyum ramah padanya, tak ingin membiarkan perutnya meronta Rion bergegas memesan beberapa roti. Dan benar saja, mereka hanya memasang roti dingin sebagai sample dan memberikan pesanan pembeli mereka dengan roti yang baru saja keluar dari panggangan. Rion menatap lapar roti-roti yang dibawanya. Tak hanya roti dan pelayanannya yang memuaskan, kemasannya pun sama memuaskan pelanggan. Jika sebuah toko roti akan memberikan paper bag sebagai pembungkus rotinya, lain hal dengan toko roti di kota tersebut. Mereka membuat kemasan dari kain scuba dan didalamnya dilapisi dengan alumunium foil lalu dibentuk seperti kemasan roti biasa. Desain tersebut membuat roti tahan panas namun panas roti tersebut sedikit terserap oleh kain dan memberikan sensasi hangat jika disentuh. Kain tersebut juga terlihat cantik dengan motif dan logo toko.
Rion kembali kedalam mobil dan membagikan roti tersebut dengan yang lain. Mata mereka membulat setelah memakannya.
Devan : "Bagaimana bisa roti ini begitu lezat?"
Tekstur crunchy diluar namun sangat lembut didalam, rasa gurih bercampur dengan manis dari coklat yang mengalir lembut setelah digigit. Tidak terlalu manis dan juga tidak hambar. Seperti roti dari toko ternama.
Marvin : "Dari toko biasa saja seperti ini apalagi jika dari toko terkenal."
Supir : "Disini tidak ada toko terkenal seperti restoran bintang lima di kota lain tuan."
Perkataan supir membuat mereka terdiam dan terheran, bagaimana di kota sebagus ini tidak ada restoran atau toko terkenal seperti kota-kota lainnya.
Devan : "Bagaimana tidak ada pak? Padahal jika roti ini dijual di toko lain pasti akan langsung terkenal."
Rion dan Marvin mengangguk menyetujui ucapan Devan. Sedangkan si supir tersenyum.
Supir : "Karena disini memang dilarang ada hal semacam itu tuan, karena dapat membuat perekonomian tidak seimbang."
Mendengar hal tersebut mereka pun berpikir cukup keras bagaimana bisa hal tersebut dilarang? Padahal dari yang diketahui toko maupun restoran atau usaha lain yang terkenal akan menguntungkan bagi pemerintah dengan menaikkan pajak dan sewa tempat mereka membangun usaha. Dan bagaimana bisa itu disebut dapat membuat perekonomia tidak seimbang?. Kota tersebut memang memiliki pemikiran yang berbeda dan membuat Devan, Marvin, dan Rion semakin penasaran.
Melihat ekspresi penasaran remaja dibelakang membuat sang supir terkekeh.
Devan : "Bagaimana bisa begitu pak?"
Supir : "Apabila ada usaha yang terkenal seperti kota-kota lainnya maka orang-orang akan beralih dalam bahasa mudahnya ramai mengunjungi usaha itu saja, hal itu akan membuat usaha kecil perlahan mati tuan, dan perekonomian akan tidak seimbang."
Rion : "Tapikan dengan kemunduran mereka bisa lebih bervariasi pak."
Supir : "Ya itu bagi yang punya dana tuan, jika untuk makan saja susah mau divariasi bagaimana? Justru yang kaya akan semakin kaya dan miskin semakin miskin meskipun ada dana bantuan itu tidak akan membantu sepenuhnya."
Devan , Marvin, dan Rion tertegun kagum dengan pemikiran tersebut. Sungguh hebat yang mencetuskan system tersebut. Meminimal sifat serakah manusia dan menyama ratakan agar tidak ada yang berada dibawah. Dilihat dari situasinya pun kota ini memiliki peradaban yang lebih maju. Misalnya dari alat yang digunakkan oleh petugas keamanan tadi. Alatnya memang seperti skateboard namun bagaimana bisa seseorang meluncur dengan skateboard di jalanan yang licin karena salju seperti ini?. Rion terdiam melihat seluruh isi kota sepanjang jalan, ia merasa tidak asing dengan pemandangan kota tersebut. Perekonomian yang hampir mendekati sempurna, kehangatan dan kebahagiaan, serta salju yang berkilau. Benar-benar terasa tidak asing baginya.
Rion: "Aku merasakan hanya ada kebahagiaan disini, tidak ada perasaan sedih atau semacam hal lainnya seperti orang-orang normal."
Supir: "Kami sangat beruntung soal itu tuan, pemimpin kota ini disebut-sebut mengunci rasa sedih kami di patung besar sehingga kami tidak akan merasakan kesedihan."
Bertepatan dengan penjelasan sang supir mereka melewati sebuah patung besar. Patung seorang wanita yang diketahui itu adalah patung salah satu dewi Yunani yaitu Nyx sang dewi malam yang terkenal akan kebaikan serta kasih sayang kepada anak-anaknya. Mata Rion tak lepas dari patung tersebut, seraya mendengar apa yang dikatakan oleh supir. Patung tersebut adalah bangunan pertama yang ada di kota tersebut, meskipun musim berganti patung tersebut akan tetap terselimuti oleh es dingin. Konon katanya es tersebut adalah pembatas yang mencegah keluarnya kesedihan.
Devan: "Siapa pemimpin kota ini pak?"
Supir: "Tidak ada yang tau tuan."
Ketiga remaja itu terkejut karena tidak ada yang tau tentang pemimpin mereka. Masyarakat kota Inverno pernah mencoba mencari tahu siapa pemimpin mereka namun terus gagal. Tapi setiap kali ada kejahatan di kota tersebut keesokan harinya pasti kejahatan tersebut hilang dan orang-orang jahat sudah berada di depan kepolisian dengan keadaan mengenaskan. Cara mereka berkomunikasi dengan pemimpin mereka hanya dengan memberikan sebuah catatan kecil yang ditempelkan di kaki patung Nyx. Paginya kertas tersebut akan menghilang dan berganti dengan sebuah bunga dan makanan ringan tanda bahwa pemimpin telah menerima pesan mereka.
Namun, tetap saja Rion merasa aneh bertahun-tahun ia hidup dan baru kali ini merasakan tempat tanpa kesedihan di jiwa setiap penghuninya. Ya, Rion memiliki kelebihan dapat merasakan kesedihan orang lain. Sehingga membuatnya tumbuh menjadi pribadi yang banyak memotivasi orang lain. Melalui podcast nya setiap malam ia mampu memberikan kekuatan bagi banyak orang.
Perjalanan mereka pun usai, mobil berhenti tepat didepan gerbang salah satu rumah dengan nuansa coklat. Mereka terdiam sejenak karena rumah yang akan mereka tinggali ternyata lebih indah dari bayangan mereka. Segeralah mereka turun dan membawa koper masing-masing masuk. Mereka tidak perlu berberes karena Inverno City menyediakan layanan penataan barang gratis sesuai request dari pelanggannya. Saat mereka membuka pintu the marbels sudah menunggu mereka dengan duduk berjajar dibaliknya. Tak disangka rumah mereka bersih tanpa ada debu sedikit pun. Sangat nyaman untuk ditinggali.
****