166. INT. RUANGAN DI BAWAH TANGGA - 2014
Di tempat duduknya, Ibu mengangkat tangannya ke atas. Ayah, Adam, Martin, Ben, dan Rizka memandanginya dari tempat duduk mereka masing-masing tanpa mengatakan apapun.
CUT TO:
167. INT. KAMAR ADAM - MALAM
Wina melamun di hadapan ranjang Danu. Tanganya mengayun-ayun ranjang itu ketika suara tembakan terdengar dari dalam rumah tersebut. Wina kaget, lantas memandangi pintu kamarnya seolah-olah ia bisa melihat segalanya dari sana.
Tak lama, satu tembakan lagi menggema.
Sebuah KALUNG MUTIARA tampak tergeletak di meja samping tidur.
CUT TO:
168. EXT. PEMAKAMAN - SORE
Adam, Martin, Ben, Wina, Danu, Bibi, dan Pak Sutrisno berpakaian hitam-hitam seperti para PELAYAT lainnya. Mengelilingi dua buah makam keramik yang berdampingan. Di masing-masing nisan tertulis ADRIAN DEWANTO (LAHIR: 8 MARET 1959 WAFAT: 30 OKTOBER 2014) dan WIDYA PUTRI (LAHIR: 28 JULI 1961 WAFAT: 30 OKTOBER 2014). Tidak ada kesedihan yang tersedu-sedu di antara anggota keluarga yang ditinggalkan, hanya wajah-wajah lesu dengan satu atau dua tetes air mata.
Satu per satu para pelayat pulang termasuk Bibi dan Pak Sutrisno. Ben menghapus air matanya yang ingin jatuh dengan telapak tangan yang dikepalkannya sebelum akhirnya menepuk pundak Martin. Ben meninggalkan pemakaman. Adam yang memayungi Wina dan Danu dengan PAYUNG HITAM mengangguk pada istrinya sebelum keduanya pun pergi. Martin adalah orang terakhir meninggalkan pemakaman di antara mereka.
CUT TO:
169. EXT. JALAN - SORE
Eka sedang berjalan bersama tiga TEMANNYA di trotoar sehabis kuliah. Posisi mereka kurang-lebih membentuk empat titik dalam belah ketupat. Dalam langkahnya, mereka terdengar menertawakan sesuatu.
Eka yang berada di titik bawah belah ketupat, berada di belakang, tanpa sengaja mendapati sesuatu di pinggir jalan itu. Ia berhenti sementara tiga temannya tidak menyadari dan terus melangkah. Pada sebuah tiang listrik di hadapan Eka terpampang sebuah SELEBARAN orang hilang atas RIZKA ANGGINA.
Tak lama, ketiga orang teman itu kemudian menyadari Eka tidak lagi berada di barisan. Ketiganya berbalik, saling bertatapan. Seorang di antara mereka menghampiri Eka sementaara dua lainnya menunggu di depan, mengawasi.
Sang teman yang menghampiri Eka, memandang apa yang dipandanginya di tiang listrik. Ia merangkul Eka, mengelus-elus bahunya. Eka mengangguk-angguk, menahan kesedihan. Eka dan temannya pergi dari tiang listrik, menghampiri teman-temannya yang lain.
Kini Eka dan tiga temannya berjalan sejajar, menjauhi tiang listrik. Tangan mereka saling merangkul.
CUT TO:
170. EXT. KEDIAMAN KELUARGA - PAGI
Mobil Adam dan Mobil Martin terparkir di depan pintu utama yang terbuka. Adam berada di balik kemudi di dalam mobilnya, bersama Wina dan juga Danu di kursi depan penumpang. Adam memandangi Wina, tetapi Wina tidak memandang balik. Adam menjalankan mobilnya meninggali rumah.
Martin dan Ben keluar dari pintu utama.
MARTIN
"Kamu mau langsung ke rumah atau bagaimana?"
BEN
"Aku keluar sebentar, Kak. Ada sedikit urusan. Mungkin agak siang baru datang ke rumah Kakak."
Martin mengangguk, dan menepuk-nepuk bahu Ben.
MARTIN
"Kalau begitu Kakak duluan, ya."
Martin masuk ke dalam mobilnya, menghidupkan mesinnya dan membunyikan klakson. Mobil Martin meninggali rumah.
Ben memandangi Mobil Martin keluar dari pekarangan rumah sebelum ia berbalik untuk menutup pintu utama rumah. Ben menghampiri motor automatiknya di garasi. Memakai helm yang disangkutkan di spion dan menghidupkan mesin.
Di depan pagar, Ben berhenti dan turun dari motor. Ditutupnya pagar yang kini terdapat tanda DIJUAL. Ben memandangi rumah keluarganya sekali, lalu menaiki motornya kembali dan berkendara pergi.
CUT TO: