150. INT. RUANG PASIEN - MALAM
Rizka berbaring di ranjang. Matanya perlahan mulai membuka dari tidur. Rizka bangkit dari tempatnya, menyandarkan badannya ke dinding. Tanpa sengaja ia menemukan sesuatu di ruangan itu.
Sesuatu yang dibalut dengan putih, sedang duduk pada sebuah kursi. Mirip manusia tetapi bukan, pikir Rizka. Ia yakin itu bukan manusia, karena seharusnya sosok itu menampakkan tonjolan di atasnya sebagai kepala. Tetapi sesuatu ini tidak. Jika memang ia adalah manusia yang sedang duduk pastilah seseorang telah memenggal kepalanya lebih dahulu.
Sosok bayangan perempuan berdiri di sudut ruangan yang lain. Rizka menyadarinya, lantas beralih ke sisi itu namun tidak menemukan apapun di sana. Rizka beralih kembali pada sosok di balik kain putih.
Sosok itu bergerak di balik kain putih, kejang seperti tubuh yang tersengat listrik. Dari atas lehernya yang tanpa kepala keluar darah yang membasahi kain putih. Benda-benda di ruangan itu mulai berjatuhan ke lantai.
Rizka panik dan mencabut infus di tangannya.
CUT TO:
151. INT. LORONG RUMAH SAKIT - MALAM
Rizka keluar dari ruangan pasien. Tidak ada siapa-siapa di luar. Rizka hanya sendiri dengan lampu-lampu lorong yang bercahaya terang. Sebuah suara terdengar dari ujung lorong, suara sebuah lampu pecah dan padam.
Satu per satu lampu di lorong itu pecah dan padam, dan kegelapan semakin mendekat pada Rizka. Rizka yang ketakutan lari menjauhi kegelapan.
CUT TO:
152. EXT. HALAMAN RUMAH SAKIT - MALAM
Rizka keluar dari pintu belakang rumah sakit. Malam itu ada beberapa orang-orang di parkiran dan kendaran berlalu lalang di jalanan, namun Rizka tidak berhenti sekadar meminta tolong. Rizka berjalan menjauhi rumah sakit menuju tempat yang menurutnya lebih aman. Rumah.
CUT TO:
153. EXT. JALAN - MALAM
Rizka sedang buru-buru berjalan di trotar.
Di sebuah lampu jalan di kejauhan Rizka melihat sesuatu. Rizka menghentikan langkah kakinya. Begitu diperhatikan, mereka adalah seorang wanita perempuan berambut panjang dengan pria paruh baya di atas kursi roda. Keduanya sedang menatapi ke seberang jalan.
Rizka mengamati kedua sosok lebih lama, lalu menemukan kepala keduanya serentak bergerak memandangi dirinya.
Rizka mundur satu langkah dari tempatnya.
CUT TO:
154. INT./EXT. TAKSI - MALAM
Dalam perjalanannya kembali ke rumah sakit setelah di telepon Martin, tanpa sengaja Ben menemukan Rizka di jalan.
BEN
"Pak, berhenti Pak."
Taksi berhenti beberapa meter di belakang Rizka.
Ben turun dari taksi.
CUT TO:
155. EXT. JALAN - MALAM
Ben bergegas menghampiri Rizka yang tampak ketakutan dan terus berjalan mundur. Rizka akhirnya jatuh dan terduduk di tanah.
BEN
"Rizka, kamu enggak apa-apa?"
Rizka berbalik dengan sedikit terkejut.
BEN
"Kamu kenapa di sini sendirian?"
(Menatap sekeliling)
"Ikut Kakak kembali ke rumah sakit, ya. Kamu harus istirahat."
RIZKA
"Kita pulang ke rumah saja ya, Kak. Jangan ke rumah sakit. Aku takut."
Jeda. Ben memegangi kedua lengan Rizka.
BEN
"Kakak di sini, Ka. Kamu tidak perlu takut. Kita kembali ke rumah sakit, ya?"
Dari sisi jalan yang berlawanan dengan arah datang Ben, mobil Adam menepi. Adam menemukan Ben dan Rizka dalam perjalanan pulangnya ke rumah. Ia keluar dari mobil dan menghampiri keduanya.
Adam memukul Ben sekali di wajah. Ben terjatuh. Saat Ben ingin bangkit, Adam menginjak dada Ben. Adam menodongkan pistol ke arahnya.
CUT TO:
156. INT. KAMAR AYAH - MALAM
Ibu sedang duduk di depan meja rias ketika mendapati bayangan lain di sana. Seorang perempuan berambut panjang dengan seorang yang lain di kursi roda.
Ibu membalikkan badannya, melihat ayahnya yang sudah mati. Ibu bangkit.
IBU
"Bapak."
Sang perempuan berambut panjang mendorong kursi rodanya mendekat. Ibu mengamati dengan ketakutan. Setelah cukup dekat, sang perempuan berambut panjang meninggalkan kursi roda dan sang Kakek, lalu menghampiri Ibu. Perempuan itu berbisik di telinga Ibu. Ibu mendengarkan baik-baik.
CUT TO: