99. INT. LANTAI DUA - SIANG
Ben buru-buru keluar dari kamarnya menuju kamar Rizka, mengetuknya dengan begitu keras dan buru-buru.
BEN
"Riz, Rizka!"
Namun beberapa saat tidak ada siapa-siapa yang menjawab dari dalam.
BEN
"Rizka!"
Rizka muncul dari tangga dengan tergesa, memperhatikan Ben.
RIZKA
"Ada apa, Kak?"
Ben berbalik.
BEN
"Kamu lihat ada orang yang masuk ke kamar Kakak tadi?"
RIZKA
"Enggak."
(Rizka menggeleng)
Ben kesal di tempatnya.
RIZKA
"Kenapa, Kak?"
Ben hendak bicara, tetapi kemudian mengurungkannya.
BEN
"Tidak ada apa-apa. Lupakan."
Ben ke kamarnya, membanting pintu.
CUT TO:
100. INT. RUANG MAKAN - MALAM
Anggota keluarga sedang makan malam kecuali Martin.
CUT TO:
101. INT. LANTAI DUA - MALAM
Rizka muncul dari tangga, hendak masuk ke kamarnya ketika ia menemukan sebuah kursi roda kosong di tengah lorong. Rizka memperhatikan sekelilingnya, berpikir mungkin akan menemukan pemiliknya namun tidak ada siapa-siapa.
Saat Rizka berpapasan dengan kursi roda itu, lampu lantai dua hidup-mati. Pintu kamar mandi di ujung lorong terbuka perlahan. Rizka memandanginya.
Sebuah tangan menggenggam lengannya dari atas kursi roda hingga membuatnya terkejut dan berbalik. Rizka tidak menemukan apa-apa di sana, bahkan tidak dengan kursi rodanya. Rizka memegangi lengannya yang tadinya terasa nyata tergenggam. Pintu kamar mandi telah kembali tertutup.
CUT TO:
102. INT. KAFE - MALAM
Martin sedang makan malam berdua dengan Julie.
CUT TO:
103. EXT. HALAMAN RUMAH - MALAM - GERIMIS
Martin baru saja memarkirkan mobilnya, dan sekarang ingin berjalan menuju pintu depan rumah ketika ia merasakan sesuatu di belakangnya, memperhatikannya. Martin berbalik. Tidak ada siapa-siapa.
Di tengah keheningan malam, Martin berkata.
MARTIN
"Tidak perlu bersembunyi. Keluarlah. Aku tahu kamu di sana."
Keheningan di depannya. Sosok itu justru muncul di belakangnya. Martin berbalik. Dipandanginya apa yang ada di sana, sosok pria dengan kulit kendur di sekujur tubuh, yang berdiri sedikit membungkuk, tanpa pakaian apapun kecuali celana pendek di atas paha di atas lutut. Seluruh wajahnya bersembunyi di balik penutup kepala yang dikenakannya.
MARTIN
"Siapa kamu?"
CUT TO BLACK:
104. INT. KAMAR ADAM - MALAM - GERIMIS
Wina terpejam dan kepalanya tersandar ke lengan Adam yang berada tepat di sebelah. Tangannya melingkar memeluk badan pria itu yang bertelanjang dada. Telapak tangan Wina berada tepat di atas sebuah luka goresan di perut kiri Adam.
Mata Adam masih terbuka, sedang melamun memikirkan sesuatu. Adam menatap Wina, mengelus rambutnya pelan.
Wina membuka mata, memandangi Adam. Wina menggeser tubuhnya hingga ia bisa membaringkan kepalanya di atas dada Adam.
WINA
"Sedang memikirkan apa? Ada masalah?"
Wina kembali terpejam.
ADAM
"Kehidupan tanpa masalah di mana serunya, Win?"
WINA
"Mau cerita?"
ADAM
"Mungkin belum. Apa kamu akan marah?"
WINA
"Tergantung apa. Kalau tidak ada kaitannya dengan aku atau keluarga ini, aku rasa aku tidak apa-apa asal kamu juga baik-baik saja. Tapi jika iya, tolong pikirkan lagi. Itu sama halnya kamu tidak mengganggap aku di sini."
Wina mengangkat kepalanya dan memandangi Adam.
WINA
"Sudah malam. Masalah jangan terlalu banyak dipikirkan. Terkadang memecahkannya sesederhana memejamkan mata hanya saja butuh keberanian."
Wina mencium rahang bawah Adam.
WINA
"Aku minta maaf mengenai tadi pagi. Aku mengerti kamu ingin membuatku nyaman dan tidak kepikiran macam-macam."
Wina menjauh dari tubuh Adam. Ia membenarkan posisi bantalnya lalu tidur berbalik menghadap ranjang kecil Danu. Adam memperhatikannya, lalu terbangun sendiri di ruangan itu.
CUT TO:
105. INT. KAMAR RIZKA - MALAM - GERIMIS
Rizka duduk di depan meja belajarnya. Ia baru saja mengerjakan tugas. Rizka merapikan buku-buku yang dipakainya ke pinggir meja.
Rizka memegangi lengan yang tadinya ia yakin terasa seperti ada yang menggenggam di lorong lantai dua. Pikirannya mengambang. Ia teringat pada ucapan Eka tadi siang.
EKA (O.S.)
"Oh iya, Riz. Tadi di ruang depan itu siapa? Kakek sama Tante kamu?"
Rizka meninggalkan meja belajarnya, mematikan saklar lampu utama kamarnya.
RIZKA
"Ruang depan? Yang mana?"
Rizka menghidupkan lampu di samping tempat tidurnya.
EKA (O.S.)
"Yang pakai kursi roda. Masa tidak kelihatan sih. Kita lewat pas di depan mereka."
Rizka naik ke tempat tidur. Memasukkan diri ke dalam selimut.
EKA (O.S.)
"Nah, itu mereka barusan lewat."
Rizka memanangi langit-langit yang kosong.
EKA (O.S.)
"Adakan?"
Rizka mematikan lampu di sebelah tempat tidur.
CUT TO: