53. EXT. MALAM
Bulan berbentuk seperti sebuah mata oval.
CUT TO:
54. INT. RUANG MAKAN - MALAM
Makan malam sudah selesai.
Martin lebih dahulu keluar dari kursinya, diikuti Ben. Bibi datang dari arah dapur mengambil piring-piring kotor, dibantu Wina dan Rizka dengan inisiatif mereka. Saat Rizka mengambil piring yang ingin diangkatnya juga, Wina memandang dari sudut mata sebelum cepat-cepat mengalihkan pandangannya.
Martin menghentikan langkahnya di depan tangga, menatapi pintu ruangan di ruangan di bawah tangga. Di samping Martin, Ben turut menghentikan langkah dan memandangi pintu ruangan bawah tangga.
BEN
"Udah. Sebentar lagi juga hilang kok. Bibi tadi pagi udah ngasih makanan ke dalam."
MARTIN
"Maksud kamu?"
BEN
"Orang-orang berbisik. Kakek, nenek. Enggak usah terlalu dipikirin."
Ben menepuk-nepuk pundah Martin pelan dengan sebelah tangannya, lalu mendahului Martin menaiki tangga. Martin memandangi Ben, memikirkan apa yang baru saja dikatakannya. Martin melihat pintu ruangan di bawah tangga kembali. Ia teringat apa yang dilihatnya 13 tahun lalu di dalam sana.
INSERT: Martin Kecil menatapi sebuah sudut ruangan di ruangan di bawah tangga.
Di meja makan, Bibi, Wina, Rizka, dan Ibu membersihkan meja. Rizka menghampiri Wina yang mengangkat piring-piring kotor dengan kedua tangan.
RIZKA
"Rizka aja, Kak."
Rizka mengulurkan tangannya kepada Wina.
RIZKA
"Kak Wina pasti capek ngurusin Danu seharian. Istirahat aja di kamar, Kak."
Wina memandangi Rizka penuh selidik, memberikan piring-piring itu padanya.
WINA
"Terima kasih."
Wina meninggali Rizka. Ia menghampiri Adam yang masih mengobrol dengan Ayah. Wina mencium kepala Adam. Adam memandang Wina, tersenyum. Ayah memandangi Wina dengan hati-hati.
WINA
(Berbisik)
"Aku ke kamar duluan ya, Sayang."
Adam mengangguk.
WINA
"Pa, Wina duluan ya, Pa. Takut Danu nanti kebangun enggak ada orang."
Ayah menunjukkan senyum yang dibuat-buat. Wina meninggali meja makan.
AYAH
"Kita ke ruangan Papa sebentar ya, Dam."
Adam mengangguk.
CUT TO:
55. INT. KAMAR BEN - MALAM
Ben berdiri di lantai kamar dengan tangan yang memegangi sebuah kanvas yang dibalik-sisi depan kanvas menghadap ke dirinya.
BEN
"Buat kamu."
(Memberikan kanvas dengan dua tangan pada seorang khayalan di hadapannya)
Ben menarik tangannya kembali.
BEN
"Buat kamu."
(Satu tangan dimasukkan ke dalam saku celana sementara tangan yang lain memberikan kanvas pada seorang khayalan di depan)
Ben menarik tangannya kembali. Kali ini ia mendekati dinding kamarnya, menyandar di sana dengan satu lengannya sementara lengan yang lain memegangi kanvas.
BEN
"Buat kamu."
(Sambil menyerahkan kanvas tersebut pada orang khayalan di hadapannya)
Di luar kamar seseorang terdengar menaiki tangga. Ben segera menjauhi dinding dan meletakkan kanvasnya di ranjang. Ia pergi keluar kamarnya untuk memastikan siapa yang baru saja naik ke lantai itu.
CUT TO:
56. INT. LANTAI DUA - MALAM
Dari ambang pintu kamarnya, Ben bisa melihat Rizka yang sedang ingin pergi ke kamarnya.
BEN
"Rizka."
Rizka berbalik.
RIZKA
"Iya, Kak?"
Tanpa mengatakan apapun, Ben masuk kembali ke kamar. Rizka menunggui di tempatnya.
Ben keluar dari kamar dengan sebuah kanvas di tangannya. Rizka tidak bisa melihat gambar apa yang ada di atasnya, kanvas itu sengaja dibalik.
Ben memberikan kanvasnya.
Rizka sedikit bingung di tempatnya. Dengan ragu ia menerima pemberian Ben. Rizka membalikkan kanvasnya hingga sekarang gambar itu menghadapnya. Sebuat potret dirinya sedang tersenyum di atas kanvas.
RIZKA
"Buat aku, Kak?"
Ben menggangguk.
RIZKA
"Terima kasih, Kak."
Rizka spontan memeluk Ben. Ben merasa sedikit tidak nyaman dengan itu, ia tampak berpikir dua kali sebelum akhirnya membalas memeluk.
CUT TO:
57. INT. KAMAR MARTIN - MALAM
Martin mengintip keluar dari celah pintu kamar yang dibukanya sedikit, memandangi Rizka yang memeluk Ben.
CUT TO:
58. INT. LANTAI DUA - MALAM
Rizka melepas pelukannya dari Ben.
RIZKA
"Tapi ini untuk apa Kak? Ulang tahun aku kan udah lewat dan kemarin Kak Ben juga udah kasih hadiah."
BEN
"Ahh, itu ... Kakak lagi belajar-belajar buat potret orang aja."
RIZKA
"Baru belajar tapi udah bagus begini. Kak Ben mau masuk dulu ke kamar aku dulu? Sekalian ada yang mau aku bilangin juga. Enggak enak kalau ngobrolnya berdiri seperti ini."
CUT TO:
59. INT. KAMAR MARTIN - MALAM
Martin memandangi Ben yang mengangguk-angguk di hadapan Rizka. Tak lama Rizka dan Ben masuk ke dalam kamar Rizka. Martin menutup pintu kamarnya.
CUT TO: