25. INT. KAMAR ADAM - PAGI
Wina masuk ke kamar dengan menggendong Danu.
Wina duduk di tepi ranjang sambil meletakkan Danu ke tempat tidur. Wina merapikan baju Danu yang naik hingga singletnya kelihatan, sementara Danu bermain dengan boneka gajah. Wina mencium pipi Danu sebelum bangkit dari tempat tidur sejenak dan mengambil remote di atas TV. Wina menyalakan TV dari tombol power di remote. Sebuah acara kunjungan rumah yang bertujuan menginspirasi penonton dalam menghias hunian terpampang di layar. Wina menaikkan volume.
PEMILIK RUMAH
"Jadi emang sengaja kemarin pesan sama arsiteknya supaya dibikinin rumah yang terbuka. Biar lebih segar, begitu."
Danu duduk diam di atas ranjang, menggoyang-goyangkan boneka gajah di tangannya. Tanpa sengaja, boneka gajah itu terlempar dari tangannya ke atas tempat tidur.
Saat Danu merangkak ingin mengambil boneka gajah yang tergeletak tak jauh dari tempatnya duduk, terlihat sepasang kaki dengan kulit kendur serta urat-urat yang besar dan menonjol di hadapan Danu. Danu melongok ke atas dan kemudian segera berbalik.
PEMBAWA ACARA
"Lebih hemat juga jadinya ya, Mbak. Dengan banyak bukaan pintu dan jendela begini jadi enggak perlu listrik banyak."
Wajah Danu merengut, mulai mendekati Wina. Wajahnya ia elus-elus di lengan Wina. Wina memperhatikan Danu sejenak, mengusap-usap kepala Danu.
Sosok berkulit kendur kini berada di belakang Wina dan Danu. Sosok itu samar-samar tampak merendahkan kepalanya ke arah Danu dengan sedikit membungkukkan badan. Danu mengerang dan menangis.
Wina mematikan TV, lalu berbalik pada Danu.
WIDE: Wina menggendong Danu dan berdiri dari ranjang. Sosok berkulit kendur sudah tidak ada di dalam kamar.
WINA
"Anak Mama kenapa? Mau minum susu, ya?"
Danu masih menangis, membenamkan wajahnya ke tubuh Wina.
WINA
"Kita buat dulu ya susunya."
Wina mencium Danu di kening. Ia mengambil botol susu Danu yang kosong di atas sebuah lemari kecil di samping tempat tidur.
Danu menangis.
WINA
"Iya, kita buat susunya ya."
CUT TO:
26. INT. DAPUR - PAGI
Bibi menyusun beragam buah-buahan di satu piring putih polos, lalu meletakkan piring itu di atas nampan dimana susu telah dihidangkan di sebuah baskom plastik kecil. Bibi membawa nampan menuju ruangan di bawah tangga.
Wina (bersama Danu yang digendong), yang ke dapur untuk membuat susu, memergoki Bibi.
WINA
"Mau dibawa kemana, Bi, makanan sebegitu banyak?"
BIBI
(Sambil mengarah pada pintu di bawah tangga)
"Ke ruangan itu, Mbak. Ruangan di bawah tangga."
WINA
"Untuk apa, Bi? Memangnya tidak dikunci?"
Dengan satu tangan, Bibi membuka pintunya.
BIBI
"Bibi permisi ke dalam dulu, Mbak."
Bibi masuk ke dalam ruang di bawah tangga. Pintu ruangan tampak menutup sendiri di belakang Bibi.
Ben menuruni tangga, sempat memerhatikan Bibi masuk ke dalam ruangan, menghampiri Wina.
BEN
"Ada apa, Kak?"
WINA
"Enggak. Itu Bibi enggak biasanya masuk ke dalam. Bawa buah-buahan lagi. Sebelum-sebelumnya kakak tidak yakin pernah lihat Bibi atau siapapun masuk ke sana. Bukannya ruangan itu selalu dikunci?"
Ben memandangi ruangan di bawah tangga yang tertutup.
BEN
"Belakangan aku juga enggak sih. Terakhir lihat Bibi masuk ke dalam ketika aku berumur sepuluh, mungkin kurang. Sudah lama sekali. Tampaknya kakek dan nenek sudah mulai lapar lagi."
Wina memandangi Ben. Ben memandanginya balik.
BEN
"Kak Adam tidak pernah cerita?"
CUT TO:
27. INT. RUANGAN DI BAWAH TANGGA - PAGI
Ruangan itu luas dan kosong, hanya ada sebuah meja panjang, beberapa kursi dan lampu gantung di dalamnya. Dan walaupun masih pagi, tetap saja gelap di dalam sana karena tidak ada jendela di sekelilingnya. Di ruangan itu lampu hanya berpendar kuning di tengah ruangan, tepat di atas meja.
Beberapa langkah dari pintu, Bibi menengok ke belakangnya dimana pintu ruangan tertutup sendiri. Bibi bergidik ngeri. Namun, tetap lanjut menuju meja panjang di tengah ruangan. Sosok berkulit kendur tampak berlari di belakang dengan langkah-langkah kecil.
Dengan sedikit ketakutan dan memperhatikan kanan-kiri, Bibi meletakkan buah-buahan dan susu dari atas nampan ke atas meja.
Dari tempatnya, Bibi bisa melihat sebuah kursi tergeletak di lantai. Dengan membawa nampan yang telah kosong, Bibi melangkah untuk membetulkannya.
Saat Bibi menaikkan kursinya, Bibi merasa mendengar sesuatu di antara kegelapan di depan, seperti kepakan GAUN yang dibawa berlari.
Bibi memperhatikan sekeliling. Tidak ada apa-apa di sana selain dirinya dan kegelapan.
Bibi tanpa sengaja memandangi piring putih yang diletakkannya di atas meja. Piring tersebut kini tidak penuh lagi, beberapa buah telah hilang. Sebuah jeruk menggelinding ke sisi meja di seberang Bibi.
Bibi memandanginya dengan mengintip dari bawah meja. Tidak ada apa-apa, bahkan jeruk itu telah menghilang di lantai tanpa suara gedebuk. Bibi memandangi sekeliling ruangan sekali lagi, lalu agak ke kiri dari tempat jeruk itu menggelinding Bibi melihat satu sosok tanpa baju, berkulit kendur dengan urat-urat menonjol dan tanpa kuku, tengah meminum susu dari baskom yang dibawanya dari atas kursi. Wajah sosok itu tertutupi baskom.
Bibi melotot, mencoba berlari namun terjatuh ke lantai.
SLOW MOTION: Bibi bergetar di lantai. Di belakangnya, sepasang kaki tampak dari bawah meja. Bibi mencoba bangkit.
Bibi berlari keluar dari ruangan yang tidak ada siapa-siapa di sana selain dirinya.
CUT TO:
28. INT. DAPUR - PAGI
BEN
"Aku pernah ke dalam sekali. Aku, Kak Martin, Kak Adam."
Ben bercerita pada Wina yang menggedong Danu.
FLASHBACK:
29. INT. DAPUR - 2001
Suasana rumah sedikit berbeda. Dapur terlihat kecil dan lebih sederhana. Martin kecil terlihat sedang mengatakan sesuatu pada ayah mereka. Ayah mendengarkannya, lalu memandangi Ibu yang juga berada di sana.
BEN (O.S.)
"Waktu itu Kak Martin bersikeras mengatakan bahwa ia mendengar sesuatu dari dalam ruangan di bawah tangga. Seperti orang-orang bercakap-cakap. Orang-orang berbisik, Kak Martin menyebutnya."
CUT TO:
30. INT. RUANGAN DI BAWAH TANGGA - 2001
Pintu ruang di bawah tangga dibuka. Ayah Muda, Ibu Muda, Adam Kecil, Martin Kecil, dan Ben Kecil masuk ke dalam. Ayah Muda dan Ibu Muda mengawasi tak jauh dari pintu sementara Adam Kecil dan Ben Kecil berdua mendekati sebuah meja berisi sebuah piring buah-buahan dan sebuah baskom kecil di tengah ruangan dan melihat sekeliling.
CLOSE UP: Martin Kecil memisahkan diri, menatapi sebuah sudut ruangan.
BEN (O.S.)
"Papa dan Mama meyakinkan kami bahwa tidak ada apa-apa disana dengan membuka pintu ruangan dan membiarkan kami semua masuk. Dan seperti yang mereka bilang, tidak ada-apa. Hanya sebuah ruangan gelap besar dengan meja dan kursi-kursi."
FLASHBACK CUT TO:
31. INT. DAPUR - 2014
Ben bercerita pada Wina yang menggedong Danu.
BEN
"Saat ditanya mengenai buah-buahan itu, Papa dan Mama menyebut-nyebut tentang masa lalu, tentang menghormati yang sudah tidak ada. Kakek, nenek-aku yakin itu maksud mereka. Jadi mereka ingin memberikan semacam 'ucapan-terima-kasih' dengan makanan yang diantar?"
(Ben sendiri merasa tidak yakin dengan kesimpulan yang ia dapat)
"Oh, aku ingat Kak Martin sempat bertingkah aneh selama 2 hari bahkan setelah kami jelas-jelas tidak melihat ada apa-apa di dalam ruangan."
FLASHBACK:
32. INT. DAPUR - 2001
Martin Kecil terlihat menempelkan telinganya pada pintu ruang di bawah tangga.
BEN (O.S.)
"Kak Martin tidak hanya suka menempelkan telinganya di pintu ruangan di bawah tangga untuk mendengar orang-orang berbisik,"
CUT TO:
33. INT. RUANG TV - PAGI - 2001
Martin memandangi sudut ruang menonton yang kosong.
BEN (O.S.)
"melainkan suka memandangi sudut rumah yang kosong,"
POV: Ben memegang pundak Martin dari belakang. Martin berbalik dengan terkejut.
BEN (O.S)
"dan paranoid mengenai hal-hal."
FLASHBACK CUT TO:
34. INT. DAPUR - 2014
BEN
"Tetapi setelah itu-setahuku-Kak Martin tidak pernah mengeluh tentang apapun lagi, tidak juga tentang orang-orang berbisik. Jadi Kak Adam benar-benar tidak pernah membicarakannya dengan Kak Wina?"
Jeda. Wina menggeleng.
BEN
"Aku yakin Kak Adam tidak mengatakannya hanya agar Kak Wina tidak merasa takut untuk tinggal di sini."
Wina menunduk, mempertimbangkan apa yang dipikirkan Ben tentang suaminya. Ben memperhatikan jam dinding di rumah itu.
BEN
"Aku tinggal ya, Kak. Ada kelas setengah jam lagi."
(Beralih pada Danu)
"Da-da, Danu."
Ben membuka-ngatupkan sebelah tangannya yang mengarah pada Danu dengan cepat. Ben berlalu di belakang Wina.
WINA
"Ben."
Ben berbalik
BEN
"Ya, Kak?"
WINA
"Terima kasih ya sudah cerita."
Ben menggangkat sebelah tangannya (seakan berkata: tidak masalah), lalu pergi melanjutkan langkahnya. Wina kembali pada dirinya, menatapi pintu ruangan di bawah tangga karena terdengar suara dari arahnya. Bibi keluar dari dalam ruangan. Wajahnya terlihat sedikit tegang. Bibi berlalu.
CUT TO BLACK: