3.EXT. KEDIAMAN KELUARGA - PAGI - 2014
FADE IN:
Sebuah rumah berlantai dua berdiri megah dengan pilar-pilar dan halaman luas.
SUPERIMPOSITION: 2014
CUT TO:
4.INT. RUANG MAKAN - PAGI
Satu per satu anggota keluarga berkumpul, duduk mengelilingi satu meja makan panjang. ADAM (29), sembari mengancing lengan kemejanya, mendatangi IBU (53) yang baru saja meletakkan semangkuk besar sayur lodeh di atas meja. Adam mencium kening Ibu.
IBU
"Mama duduk saja. Udah ada Bibi dan Wina kan?"
Ibu tersenyum. Dipandanginya BIBI (53) yang dibantu WINA (29) dan RIZKA (20) menyajikan hidangan di atas meja. Martin (25) datang, menghampiri Rizka yang membawa gurami goreng di atas piring keramik dengan kedua tangannya.
MARTIN
"Ada yang bisa dibantu?"
RIZKA
"Oh, udah, Kak."
Rizka meletakkan piringnya di atas meja.
RIZKA
"Udah selesai kok."
Rizka melempar senyuman, Martin membalas dengan senyum canggung.
SUPERIMPOSITION: Selasa
OVER THE SHOULDER: AYAH (53) datang ke ruang makan.
Ayah berdiri di ujung meja, matanya memandang ke sana kemari mencari sesuatu.
AYAH
"Dimana Ben?"
Orang-orang di sekeliling meja makan berpaling ke arah Ayah. Lalu saling pandang satu sama lain.
IBU
"Belum bangun kali. Bi, coba dicek ke kamar Ben."
BIBI
"Baik, Bu."
RIZKA
"Eh, Bi, udah biar Rizka saja yang panggilkan."
Rizka meninggalkan ruang makan. Wina mengamati Rizka dengan penuh selidik.
CUT TO:
5.INT. KAMAR BEN - PAGI
Tidak seperti biasa kita yang berbaring dengan kepala diletakkan di bagian atas kasur dekat headboard, pagi itu Ben (21) tidur melintang di bagian bawah ranjang. Selimut membungkus tubuhnya hingga dada. Mulutnya sedikit terbuka.
Ketukan pertama di pintu menggerakkan mulut Ben untuk menutup. Ben menelan ludah.
RIZKA (O.S.)
"Kak? Kak Ben?"
Ketukan kedua menyentak Ben bangun. Ben duduk di ujung tempat tidurnya dengan selimut masih menutupi pinggang ke bawah. Ben menggaruki belakang kepalanya.
RIZKA (O.S.)
"Kak? Udah ditungguin tuh di meja makan."
Dengan mata terpicing, Ben membuka lembaran selimutnya, lalu melangkah turun. Namun tanpa disadarinya masih ada bagian selimut yang menghalangi kakinya, membuat Ben tersandung dan jatuh ke lantai.
BEN
"Ahh."
(Ben mengerang)
RIZKA (O.S.)
"Kak?"
BEN
"Iya, sebentar!"
Ben menarik selimut yang menggelung di kakinya, lalu dengan masih terduduk di lantai mencampakkannya ke atas tempat tidur di sebelah.
CUT TO:
6.INT. LANTAI DUA - PAGI
Pintu kamar Ben terbuka enam puluh derajat. Rizka berhadapan dengan Ben.
RIZKA
"Kak, sudah ditunggu yang lain di ruang makan tuh."
Ben mengangguk cepat dengan wajah yang masih terlihat belum siap untuk bangun; selain matanya yang masih memicing karena cahaya pagi, rambutnya berantakan dan kaosnya kusut.
RIZKA
"Habis berkelahi, Kak?"
Ben bertanya 'apa?' dengan mengangkat sedikit kepalanya. Ben tidak mengerti apa yang dibicarakan Rizka.
Rizka menyentuh pipinya sendiri dengan telunjuk.
Ben menirukan gerakan Rizka, dan menemukan sebuah jalinan kasar di pipi kanannya. Sebuah GORESAN yang memanjang.
RIZKA
"Mungkin dibicarakan nanti saja. Sekarang Kak Ben sebaiknya cepat turun ke bawah. Orang-orang sudah menunggu."
Ben masih bingung dengan lukanya.
RIZKA
"Kak."
BEN
"Oh, ya. Aku akan mencuci muka sebentar."
Ben keluar dari kamar, hendak ke kamar mandi di ujung lorong lantai dua. Rizka diabaikannya. Pintu kamarnya Ben biarkan terbuka. Tangannya lagi-lagi menyentuh luka di pipinya.
Rizka memandang ke dalam kamar Ben sekali, lalu memandang Ben kembali.
CUT TO:
7.INT. KAMAR MANDI - PAGI
Titik-titik air jatuh dari wajah Ben yang baru saja dibasahi di atas wastafel. Ben memandangi pantulan dirinya di cermin dan keberadaaan luka di pipinya kembali merasuki. Ben mendekatkan wajahnya ke cermin agar bisa melihat luka melengkung di sana dengan jelas, yang panjang seolah-olah berasal dari goresan sebuah kuku. Ben tidak ingat apapun tentang luka itu.
CUT TO: