Cerai Kontrak
7. ACT 3 ( g )

137. INT. RUANG KERJA POLISI - DAY

Alex duduk di kursi kerja sambil memeriksa rekaman CCTV di laptop. Wajahnya frustasi dan tertekan.

ALEX

(Bergumamam)

Sial, aku masih belum bisa menemukan petunjuk.


Karina berjalan terburu-buru menghampiri meja Alex. Karina menyerahkan sebuah foto di layar tablet.

Insert : Foto Sugeng menghadiri acara amal.

Kedua mata Alex melotot melihat foto itu.


KARINA

Baru aja manager dulu mengirimkan foto ini. Kata dia, Sugeng selalu berpartisipasi dalam acara amal.

ALEX

Terus?

KARINA

Sugeng dan Firman pernah bertengkar hebat saat acara amal selesai. Abis itu baik Sugeng dan Firman udah gak ada hubungan lagi sama restoran Bali Tropical.

ALEX

Kira-kira kenapa mereka bisa bertengkar? Mungkin aja ada kaitannya sama pembunuhan Firman waktu itu?


Karina menggelengkan kepala.


KARINA

Ini cukup aneh. Sebelum aktif di acara amal. Sugeng kerja di pabrik sebagai karyawan tetap. Tiba-tiba dia berhenti begitu aja, cuman kerja serabutan, sering terlibat sama aktifitas restoran Bali Tropical pula.

ALEX

Semua saling berkaitan. Pemilik restoran dan peserta acara amal. Kita harus selidiki ini lebih dalam.

KARINA

Aku yakin sih, wanita itu bukan wanita biasa.

ALEX

Keluarkans surat pemanggilan saksi untuk mereka.


138. INT. RUANG TENGAH - NIGHT

Agus datang sendirian ke rumah Jono yang sepi. Agus terlihat sibuk mencari sesuatu menggunakan senter.

AGUS

Aku yakin, bisa menemukan petunjuk baru di sini. Aku harus menjebloskan Nana ke penjara.


139. INT. KAMAR SEBELAH - NIGHT

Agus berdiri di depan lemari besar.

AGUS

Lemari besar ini, tempat terkahir ibu bersembunyi.


Agus melirik pintu kamar menuju lemari sambil menyorotinya dengan cahaya senter.


AGUS

Pembunuh datang terus seret ibu keluar dari lemari. Aku yakin, ibu pasti sempat lawan pelaku di sini.

Agus jongkok sambil menyalakan senter ke setiap sudut kamar.

Insert : Sebuah cincin tergeletak di dekat keranjang cucian.

Agus mengambil cincin itu dan memperhatikan cincin dengan seksama.

Insert : ada beberapa helai rambut lurus dan panjang terlilit di lubang cincin.

AGUS

Ibu sempat menjambak rambutnya. Cincin ini pasti gak sengaja lepas. Tim forensik bahkan melewati hal penting kaya gini.


Agus memasukan cincin ke dalam plastik dan memasukan ke kantong jaket.


AGUS

Rambut ini harus cepat dibawa ke lab forensik. Aku yakin, kalo rambut ini milik pembunuh yang asli.

CUT TO:

140. INT. RUANG INTEROGASI - DAY

Nana dan pengacaranya, Stevan, duduk berdampingan. Di depan mereka ada Alex dan Bima. Nana terlihat tenang dan tidak ada ketakutan.

STEVAN

Apa kalian masih gak paham juga. Klien saya menolak semua tuduhan polisi. Pembunuhan? Yang benar aja.

ALEX

Semua korban yang tewas ada di acara amal restoran Bali Tropical.
Bahkan supir Taksi yang mengantarkan anda saat itu berada di acara amal tersebut. Apa kalian bekerja sama? Ini bukan sebuah kebetulan yang sederhana.

STEVAN

Masalah anggota acara amal gak ada sangkut paut sama klien saya. Acara amal itu murni dari kedermawanan nona Diana. Kalian polisi terlalu mengada-ngada!!

BIMA

Kalung kupu-kupu itu? Suami anda membuat kalung kupu-kupu sebelum berita pembunuhan menyebar ke media. Bukan-kah aneh?

STEVAN

Ini cuman kalung kupu-kupu biasa. Di sana banyak sekali gambar kupu-kupu yang sama seperti ini.

ALEX

Bisa jelasin, kenapa anda bisa membuat model buket bunga mawar putih, yang sama persis ditemukan di TKP? Itu jelas, anda emang udah persiapkan semuanya.

STEVAN

(Geleng kepala)

Ini jelas jebakan, pembunuh asli pasti meniru buket bunga itu buat mengacaukan kalian semua.


Alex dan Bima terlihat kecewa dan frustasi. Stevan dan Nana sangat percaya diri.


141. INT. RUANG INTEROGASI - DAY

Sugeng santai menghadapi dua polisi, Karina dan Agus dalam situasi yang terus menegang.

SUGENG

Kenapa di permasalahkan terus. Keluar dari pabrik, jadi pekerja serabutan dan aktif di acara amal normal dan biasa. Waktu itu kesehatan anakku menurun, bapak harus lebih dekat sama Mawar.


KARINA

Kenapa bapak bertengkar hebat sama Firman? Apa ada dendam di antara kalian.

SUGENG

Itu cuman masalah kesalahpahaman. Gak ada yang terlalu serius.

KARINA

Bapak tau alasan Firman berhenti kerja setelah pertengkaran itu?

SUGENG

Mana bapak tau.

RADIT

Apa bapak tau wanita yang sempat naik taksi adalah pemilik restoran Bali Tropical?


Sugeng menggelengkan kepala.


RADIT

Kalian pasti bersengkongkol? karena kesaksian bapak saat itu Nana lolos dari tuduhan pembunuhan.


Sugeng tertawa sinis, melirik kedua polisi dengan wajah meledek.


SUGENG

Apa untungnya buat bapak mengarang alibi?Bapak gak kenal wanita itu sama sekali!!


142. EXT. LORONG BARESKRIM - DAY

Nana dan Stevan berjalan sambil berbincang. Dari arah berlawanan, Sugeng berjalan sendirian. Mereka akan segera berpapasan.

Tim kejahatan serius memanggil mereka dari jauh. Nana dan Stevan berhenti berjalan. Sama halnya dengan Sugeng. Mereka semuanya berkumpul dalam satu titik.

Agus memberikan selembar surat kepada Stevan. Setelah membaca surat, wajah Stevan berubah panik. Nana masih terlihat santai.

ALEX

Kami akhirnya menemukan dua bukti kuat. Pertama, cincin milik korban baru saja di temukan, hasil forensik menyatakan jika helaian rambut menyimpan DNA milik Nana, si pembunuh.

AGUS

Bukti kedua, rekaman video dari action cam helm kurir paket. Memperlihatkan mobil taksi dengan nomor plat pak Sugeng ada di sekitaran TKP.


Nana mengangguk namun tidak terlihat takut sama sekali.Alex memasangkan borgol ke arah dua pergelangan tangan Nana sambil mengucapkan kalimat Hak Miranda.

143. INT. RUANG INTEROGASI - NIGHT

Insert: Jam dinding menunjukan pukul 10 malam.

Alex dan Bima menginterogasi Nana dengan penuh kelelahan. Nana masih bertahan dengan wajah penuh pertahanan diri

ALEX

Dimana kamu sembunyikan senjata pembunuhan? Oh gak hanya itu, koleksi potongan tubuh korban dimana kamu simpan?

NANA

Jangan tanya lagi. Aku bukan pembunuh, kalian salah!! Kalian udah di jebak. Semua bukti dan rekaman itu cuman manipulasi seseorang.

ALEX

(Tertawa sinis)

Aku udah gak mau berdebat. Sudah cepat kita akhiri permainan ini. Kamu tinggal katakan saja dimana?


Nana tidak menjawab, dia hanya diam.


BIMA

Apa perlu kami buka kembali kasus keracunan masal para pelayan di Majalengka?


Nana menatap Bima dan Alex tajam. Seraya menyunggingkan senyum.


NANA

Silahkan, buka kembali kasus itu. Bakal menyenangkan.


144. INT. RUANG KERJA - NIGHT

Tim kejahatan serius sedang berkumpul.

ALEX

Gimana kalo kita ternyata salah nangkep pelaku?

AGUS

( Marah dan gusar )

Udah jelas, dia itu membunuh ibu dan pamanku. Buat apa kamu takut?

ALEX

Ya, aku takut. Beneran takut kalo pembunuhan terjadi lagi tanpa kita duga.


Semua terdiam dengan wajah murung.


BIMA

Bahkan gak ada yang mencurigakan waktu tim menggeledah rumah Nana.

RADIT

Kira-kira, kemana kita harus menemukan alat pembunuhan itu?


Semua kembali terdiam dan termenung.

145. INT. RUANG INTEROGASI - NIGHT

Tania masuk ke ruang interogasi dengan memasang wajah jengkel. Nana menyambut kedatangan Tania dengan senyuman hangat dan ramah. Tania duduk menghadap Nana.

NANA

(Senyum meledek)

Terimakasih ibu pengacara, sudah mau bertemu klien.

TANIA

(Malas)

Kalau bukan karena itu. Aku gak sudi harus nerima pekerjaan dari mahluk kotor. Langsung aja ke inti, jadi apa yang mau kamu tawarin?


Nana bersandar pada kursi, kedua lengan menyilang. Tania menatap Nana penuh dengan kebencian.


NANA

Ibu mu, yang selama ini kamu anggap musuh. Bukan mati karena gak sengaja makan sup ikan buntal. Dia mati karena dicekik sampai nafas terakhir. Kamu tau kan siapa pelakunya? Ayahku sendiri.


Tania melongo dan sangat terkejut. Wajahnya bergetar penuh kecemasan.


TANIA

APA! Jangan bohong!

NANA

Selama ini kamu dibohongi ayahku. Kamu tau sendiri kan, ayah yang meracuni semua pelayan termasuk Ibu yang lagi sekarat. Pengobatan ke Singapura cuman kebohongan besar.


Tania menggebrak meja dan melototi Nana.


TANIA

Bohong!! Aku gak bakal percaya semua kebusukan mu itu!

NANA

Aku saksinya, aku liat sama mata kepalaku sendiri. Kalo ibu mu terus memohon agar Tania selamat. Kepala pelayan berniat kabur dan meminta pertolongan, tapi sayang Tuan Ivan mencekal aksi berani itu.

TANIA

(Merintih)

STOP!!

NANA

Ibu mu mati karena mu, Tania!! Kamu tu emang serakah!! Menukar nyawa ibu sendiri dengan pergi ke panti asuhan agar mendapat orang tua baru kaya raya.


Tania duduk kembali dengan wajah lesu dan lemas.


NANA

Tebus semua dosa mu!

TANIA

(Pasrah)

Kamu mau apa Na?

NANA

Bunuh ayah ku dengan tangan mu sendiri. Terus, kamu harus mengaku kepada polisi jika kamu adalah pembunuh berantai yang asli.


Tania tertawa sinis. Tania hampir kehilangan kewarasan.


TANIA

Gila!! Kamu memang psikopat gila!

NANA

Kamu kira bakal lolos Tania. Aku tau, Firman itu kakak kandung mu yang sangat rahasia. Aku bahkan tau dimana keberadaan Chandra, anak Firman dan Siska, keponakanmu sendiri.


Tania kembali terkejut, shock berat dan kebingungan.


NANA

Lakukan perintahku selama 24 jam. Kalo kamu gak bisa, keponakan mu yang tersayang bakal mati.

CUT TO:

146. INT. KAMAR NANA - NIGHT

Farel duduk di kursi sambil menatap kasur Nana yang kosong. Diary milik Nana ada di atas meja. Farel membuka kertas diary.

FAREL

(O.S)

Insert : Suara Farel membaca sambil memperlihatkan tulisan diary Nana.

Jumat, 27 April 2022

Gimana kabar suamiku di rumah? Apa dia makan dengan baik, apa dia bisa mencuci baju sendiri, apa dia bisa membersihkan rumah. Semoga Farel baik-baik aja, karena nyatanya aku lagi gak baik-baik aja di dalam masa penahanan.

Tunggu aku pulang, pasti semuanya bakal kembali normal seperti biasanya. Waktu kebersamaan kamu tinggal 4 hari lagi, aku gak sabar mau menghabiskan waktu bersama.

Terimakasih udah setia dan saling percaya sampai detik ini. Tugas-nya sebagai suami sudah lebih dari cukup. Jadi kalo perpisahan itu terjadi, aku harap Farel gak akan nyalahin dirinya sendiri nanti.

Aku bangga pada-nya

Aku pun begitu merindukan-nya 🖤


Farel menundukkan kepala sampai menyentuh atas meja. Wajahnya begitu galau dan gundah gulana. Air mata turun dari kedua pelupuk matanya.


FAREL

(V.O)

Aku kangen sama kamu Na, Kenapa perasaan ini datang waktu menjelang perpisahan kita.


Terdengar suara bel pintu. Farel bangkit dan menyeka air matanya.

147. INT. DEPAN PINTU - NIGHT

Agus melambaikan tangan sambil tersenyum. Farel diam saja, terlihat pasrah.

148. INT. RUANG TENGAH - NIGHT

Agus dan Farel duduk bersama di atas sofa. Wajah mereka sedikit canggung dan kaku.

FAREL

Sampai kapanpun, aku tetap percaya kalo istriku gak bersalah. Dia dijebak.

AGUS

Masih kamu nyudutin sahabatku Tania? Mereka cuman teman masa kecil. Bahkan Nana yang meracuni ibunya Tania.

FAREL

Kamu gak tau apa-apa soal Tania. Kamu sadar penyebab pembunuhan ini bisa terjadi? Semua berawal dari hubungan kakak adik yang sangat rahasia. Tania dan Firman, mereka saudara kandung.


Agus tercengang dan mulutnya sedikit terbuka.


AGUS

Apa?? Ini gak mungkin Rel. Kalau memang mereka bersaudara, buat apa Tania harus membunuh kakak-nya sendiri!!

FAREL

Usia remaja, Firman terkenal sangat nakal dan pembuat onar. Karena kecanduan minuman keras, dia bahkan membunuh ayahnya sendiri.
Saat itu Firman kabur dan menyisakan Tania yang hidup dalam kemiskinan.


HP Agus berdering memecah suasana tegang di antara mereka. Agus menerima panggilan telepon dengan wajah shock berat.


AGUS

Ini gak mungkin!!


149. EXT. DEPAN RUMAH SAKIT - NIGHT

Insert: Suasana depan rumah sakit ramai oleh reporter dan mobil polisi.

150. INT. LORONG RUMAH SAKIT - NIGHT

Agus dan Farel berlarian. Langkah mereka terhenti di depan ruang perawatan ICU.

Insert: Garis polisi sudah terpasang. Hilir mudik petugas forensik dan polisi yang berjaga.

151. INT. KAMAR ICU - NIGHT

Insert: Ranjang pasien penuh dengan darah. Mayat tuan Ivan sudah terevakuasi dan dimasukan kedalam kantung jenazah. Di sudut ruangan ada Tania yang terkulai lemas dengan wajah frustasi.

Agus dan Farel terkejut sekali. Agus menghampiri Tania dan menggoncang kan pundaknya berulang kali.

AGUS

Tania!! Kamu di jebak? Semua ini bohong-kan?


Tania hanya diam dan membisu, penampilannya lusuh dan berlumur darah. Di tangan kanan, Tania masih memegang palu.


AGUS

Tania... Tania.. sadar kamu!!


Tania kini memandang wajah Agus dengan pilu.


TANIA

Aku yang membunuh ibumu.. aku yang membunuh semuanya.


Tania lalu digiring polisi dengan kedua tangan terborgol. Agus masih diam tidak berkutik.

152. INT. RUANG KONFERSI PERS BARESKIM - NIGHT

Puluhan reporter memadati ruang konfresi pers dengan berbagai sorot kamera.

Kasat Reskrim sedang melakukan siaran pers. Dia berdiri di depan semua kamera dan reporter.

KASATRESKRIM

Berdasarkan pengakuan pelaku disertai beberapa bukti kuat seperti senjata pembunuhan dan koleksi potongan tubuh semua korban yang selama ini pelaku simpan di kantor hukumnya sendiri. Berkas kasus sudah kami limpahkan ke kejaksaan dan akan segera di proses masuk persidangan. Oleh karena itu, kami putuskan bahwa kasus pembunuhan berantai selesai dan kami tutup.


Kasat Reskrim pamit undur diri dari jumpa pers. Namun para reporter masih memburu banyak pertanyaan. Alex melihat dari jauh dan dia keluar dari ruangan.

153. INT. LORONG BARESKRIM - NIGHT

Alex berjalan seorang diri. Agus menyusulnya dari belakang dan berhasil mencegah Alex. Mereka bertatapan satu sama lain.

AGUS

Apa kamu nyerah gitu aja? Aku udah bilang berapa kali, Tania bukan pembunuh!! Wanita iblis itu yang menjebaknya!

ALEX

Gak liat apa barusan? Pak kepala sudah menutup kasus ini. Tania sudah mengaku dan menyerahkan semua bukti secara akurat.

AGUS

Ini gila, semua gak masuk akal. Tolong sekali ini saja, izinin aku bicara empat mata sama Tania. Tolong!


Alex menghela nafas, wajahnya menyimpan rasa kasihan.

ALEX

Ini kesempatan terakhir mu! Temui dia di RUTAN.


154. INT. RUANG PERTEMUAN - NIGHT

Tania sudah memakai baju tahanan. Wajahnya pucat, lesu dan tidak bersemangat. Agus bersedih melihat kondisi Tania yang berantakan.

AGUS

Aku pasti bantu kamu buat keluar dari tuduhan itu. Sabar ya, tunggu sebentar lagi.


Tania memandangi Agus dengan tatapan kosong.


TANIA

Kamu pasti udah tau kalau Firman itu kakak kandung ku. Aku benci banget sama dia karena udah bunuh ayah cumam gara-gara sebotol miras. Aku hidup melarat, terancam putus sekolah bahkan cita-cita untuk sekolah tinggi itu mustahil.

AGUS

Berhenti membual!

TANIA

Kematian semua pelayan di Majalengka itu rencana tuan Ivan. Dia bahkan membunuh ibuku sendiri. Dulu dia berbohong dan nyuruh aku buat masuk panti asuhan sampai diadopsi saat kita lulus sekolah.


Agus menundukkan pandangan, berusaha menahan wajah kecewa dan sedih.


AGUS

Tania yang ku kenal, gak kaya gitu. Kamu itu perempuan baik dan menarik perhatian siapa saja.

TANIA

(Tersenyum pahit)

Aku terlahir jahat dan bejat. Bahkan, Tania kecil bisa bersekongkol sama tuan Ivan agar menjebloskan Nana masuk rumah sakit jiwa. Semua demi apa? Uang.

AGUS

Apa hubungan-mu membunuh korban lainnya? Itu sulit dipercaya Tania.

TANIA

Tujuan awal ku melakukan pembunuhan ini agar bisa menyeret Nana masuk penjara.
Membalaskan dendam untuk kaka-ku dan tuan Ivan. Kamu penasaran-kan kenapa yang lain harus mati termasuk ibu mu yang malang?


Agus hanya bisa diam, berusaha keras menahan amarah dan sesak di dalam dada.


TANIA

(Menahan tangis dan emosi)

Karena aku butuh mereka buat merebut semua harta dan kekayaan tuan Ivan, pria tua yang seharusnya sudah membusuk di neraka itu!!

CUT TO:

155. INT. KAMAR RAWAT - DAY

Agus berdiri di kamar tempat Mawar di rawat. Agus melihat sekeliling ruangan namun tidak ada siapa-siapa. Pintu kamar mandi terbuka, Mawar keluar dan melihat Agus dengan senyuman ramah.

MAWAR

Paman mau cari ayah?


Agus mengangguk dengan wajah bingung. Mawar berjalan menuju ranjang dan duduk di atasnya.


MAWAR

Paman siapa?

AGUS

Mmmmmm.. Saya Agus, seorang polisi sekaligus teman baik ayah-mu.

MAWAR

Polisi? Aku baru tau ayah punya teman polisi.


Pintu kamar terbuka,Sugeng melihat Agus dan Mawar sedang berbincang. Sugeng jengkel dan berdiri di hadapan Agus.


SUGENG

Kamu ngapain ke sini?

AGUS

Kita harus bicara. Ini sangat penting.


156. EXT. TAMAN RS - DAY

Agus dan Sugeng duduk berdua di bangku taman.

AGUS

Bapak pasti sudah tau, kalau Tania di tahan sebagai pelaku pembunuhan.

SUGENG

Itu bukan urusan bapak.

AGUS

Tolong, katakan pada semua orang kalo Nana bukan pelaku yang sebenarnya. Aku tau bapak kaki tangan Nana. Tapi sekeras apapun aku berpikir, aku masih belum paham motif apa yang membuat kalian bisa bekerjasama.

SUGENG

Cukup!! Jangan ganggu bapak atau berani bertemu dengan anakku, Mawar.


Sugeng berdiri dan meninggalkan Agus seorang diri. Agus semakin tenggelam dalam kesedihan.

157. INT. KAMAR RAWAT - DAY

Sugeng masuk dengan wajah gelisah. Mawar berdiri di depan Sugeng. Mawar menahan amarah yang sudah tak terbendung. Sugeng tidak menatap balik Mawar, dia memalingkan wajah.

MAWAR

Ayah cukup!! Berhenti sekarang juga!

SUGENG

Sebaiknya kamu istirahat. Besok kita harus pergi ke Jerman.


Sugeng duduk sambil membuang muka. Mawar terus mendekatinya dan berniat menginterogasi Sugeng.


MAWAR

Ayah pikir aku bodoh? Aku tau selama ini ayah dan wanita kaya raya itu udah ngelakuin banyak kejahatan selama 7 tahun.

SUGENG

Istirahat, sebentar lagi kamu bakal operasi besar.

MAWAR

Aku gak butuh operasi sialan ini!! Serahkan diri ayah ke polisi dan minta pengampunan. Mawar gak sudi punya ayah pembunuh. Ayah gak jauh beda sama Firman dan teman-temannya!!


Sugeng berdiri dengan emosi yang membludak.


MAWAR

(Melotot)

Mawar lebih baik mati, daripada harus menerima donor jantung atas bantuan wanita jahat itu.

SUGENG

Kamu bilang mati?!!


Sugeng menampar wajah Tania begitu keras. Tania menangis sambil memegang pipi.


SUGENG

Selama ini ayah menjaga dan merawat Mawar mati-matian. Banting tulang buat bayar semua pengobatan mahal. Gak cuman itu, ayah sangat tersiksa menyaksikan kamu harus melawan depresi dan trauma berat.

MAWAR

Aku yang diperkosa, aku yang diculik. Semua itu beban tubuhku. Tapi apa pernah aku minta ayah membunuh mereka? Aku cuman butuh ayah buat selalu ada di samping Mawar!!

SUGENG

Dasar anak bodoh! Harusnya kamu bangga sama ayah bisa membalaskan dendam para pria bejat itu.


Tiba-tiba Mawar pingsan dan jatuh kelantai. Sugeng panik dan langsung menghampiri Mawar.

I58. EXT. TEMPAT PEMAKAMAN - DAY

Nana dan Farel berdiri di depan kuburan tuan Ivan. Nana tidak menunjukan kesedihan atau tangisan.

159. INT. KAMAR TAHANAN - NIGHT

Tania duduk di atas ranjang dengan wajah suram. Tania melihat sebuah kertas foto Chandra. Tania menangis sekaligus tersenyum karena foto itu.

Petugas Rutan datang mengunjungi pintu jeruji. Petugas itu membukakan pintu sel dan Nana masuk ke dalam kamar. Nana melihat sekeliling kamar dan mentertawakan. Tania ketakutan hingga memeluk dirinya sendiri.

Nana duduk di sebelah Tania dengan senyum kemenangan. Tania terus bergerak sampai sudut ranjang.

NANA

Bahkan kamar ini masih terlalu mewah buat kamu.

TANIA

Tolong, pergi sana!! Buat apa kamu kembali lagi kesini. Urusan kita udah selesai.

NANA

Aku butuh garansi. Mana tau kamu mengkhianati kesepakatan kita dengan memberitahu semua orang.


Tania langsung bersujud di depan kaki Nana. Wajahnya pecah oleh tangisan dan ketakutan.


TANIA

Aku janji, sampai mati pun aku bakal jaga rahasia ini. Apa masih kamu gak puas, semua orang kini melihatku sebagai pembunuh. Aku membantumu keluar dari masalah ini.

NANA

Kalau gitu mati aja! Kematian-mu itu garansi yang sepadan atas semua dosa yang udah kalian lakukan sama ibuku dulu!!


Tania kini mencium dan bersimpuh di kaki Nana. Dengan gusar Nana menendang wajah Tania.


TANIA

Aku salah, aku minta maaf Na! Tolong biarkan aku hidup.

NANA

Berikan garansi itu besok. Anggap aja kamu ngasih aku kado perceraian sama Farel. Kamu berani nolak, Chandra bakal menggantikan kematian itu.


Nana keluar dari kamar. Tania bersimpuh dengan banyak tangisan dan jeritan.


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar