SCENE 29 INT, KEDIAMAN ADAM, MALAM
Aska terlihat melangkah menghampiri kamar Adam.
Aska : "Dam, barusan mamah telpon gue." Katanya setelah masuk kamar Adam.
Adam terlihat sedang merapikan buku-bukunya di atas meja belajarnya.
Adam : "Iya, Kak. Mamah minta Adam buat balik ke Jakarta kalo udah sidang skripsi."
Aska : "Kapan sidangnya?"
Adam : "In shaa Allah kalo enggak ada halangan lagi, besok pagi kak."
Aska : "Alhamndulillah, Dam. Biar cepet selesai."
Adam mengangguk. Ia menghentikan aktifitasnya sejenak.
Adam : "Kak Aska, enggak apa-apa tinggal disini sendirian?" Tanyanya.
Aska menepuk bahu Adam pelan.
Aska : "Astaga... Emang kakak bayi apa minta di temenin terus?" Selorohnya.
Adam sontak tersenyum.
Aska cont'd : "Tapi Lo bakal balik kesini lagi kan?" Tanyanya.
Adam mengangguk. Kemudian ia meraih beberapa lembar CV berisi foto dirinya untuk ta'aruf.
Adam : "Adam mau nyerahin ini dan nunggu jawabannya, kak."
Aska : "Jadi?"
Adam : "Iya lah, Kak. Do'a in Adam ya? Adam udah nungguin dia selama l2 tahun. Dan besok pagi Adam mau beranikan diri mengajaknya ta'aruf."
Aska : "Hah... 12 tahun?" Memekik tak percaya.
Adam mengangguk.
Adam : "Dia adalah orang yang udah membuat Adam bisa mengenal Tuhan Adam. Dia orang yang udah membuat Adam berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan berusaha memantaskan diri untuk bisa menjadi pendamping hidupnya." Wajahnya tersipu.
Aska : "Oh... So sweet-nya cinta Adek gue ini."
Aska menepuk-nepuk bahu Adam bangga. Adam hanya tersenyum.
Aska cont'd : "Gue do'a in, semoga keinginan Lo bisa bersanding dengan cewek itu segera terwujud." Katanya tulus.
Adam : Tersenyum. "Makasih, Kak. Adam juga do'a in kakak, semoga perjalanan cinta kakak kali ini, berakhir di pelaminan."
Aska : "Amiinn!" Ucapnya Antusias seraya mengusap wajahnya penuh harap.
SO : Trrt... Trrt...
Terdengar ponsel Aska yang bergetar.
Aska segera merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel tersebut.
Terdapat sebuah pesan dari nomer yang belum sempat ia simpan.
CU : Isi pesan what sapp
(Assalamualaikum Aska. Aku tahu pasti kamu langsung tersenyum setelah membaca pesan what sapp ini)
Benar saja Aska langsung terlihat senyum-senyum sendiri.
Adam hanya menatapnya penasaran.
Aska : "Dam, Gue balik ke kamar gue, ya." Pamitnya.
Adam : "Iya, kak." Sahutnya.
Aska pun berjalan keluar kamar Adam menuju kamarnya sendiri.
INTER CUT
Kamar Aska
Aska sudah tampak memasuki kamarnya sendiri dan segera merebahkan dirinya di atas kasur.
Aska baru saja ingin menekan tombol untuk melakukan panggilan telephon. Sebuah pesan chat dari Nirmala kembali masuk.
CU : isi pesan Chat
(Aku lagi nunggu pasien yang mau cek up kok belum dateng, Ya?)
Lagi-lagi Aska tersenyum melihat pesan itu.
Dan segera mengetikkan balasan.
CU : (Emangnya kamu udah ada waktu luang buat ngobatin aku?)
CUT TO
FADE IN
Waktu terus bergulir hingga satu bulan pun berlalu. Aska dan Nirmala tidak bisa sering-sering bertemu dan hanya bisa berchating lewat what sapp.
MONTAGE
Terlihat Aska yang hari demi hari melakukan rutinitasnya sebagai OB.
Nirmala tidak lagi mengantar chatering, dia lebih sibuk menjadi designer film animasi di kantor tempatnya bekerja saat ini.
Hanya Tampak Alif yang mengantar chatering di kantor Sanjaya Coperation.
Aska di sela-sela jam istirahatnya chatingan dengan Nirmala. Wajahnya tampak tersenyum senang.
Aska dan Nindi, diam-diam mengintai rumah Narto. Dari balik kaca mobil yang mereka tumpangi, Aska bisa melihat Ayah Narto yang sudah sehat kembali dan bersiap-siap pergi untuk berjualan sayuran di pasar.
Sedangkan Narto terlihat bersiap-siap untuk berangkat kuliah.
Aska tersenyum melihat itu. Kemudian menyuruh sopirnya untuk melajukan mobilnya kembali.
MONTAGE OFF
SCENE 30 INT, KANTOR SANJAYA COPERATION, SIANG
Aska baru hendak masuk ke Pentri, namun langkahnya terhenti di depan pintu saat terdengar beberapa orang cleaning servis bercakap-cakap di dalam sana.
Ardi : "Si Aska itu, lagaknya udah kayak anak bos aja, ya. Suka dateng telat. Terus kalo siang suka ngilang. Pulang juga kadang paling duluan." Keluhnya.
Aman : "Iya... Itu, mentang-mentang ganteng kali, jadi belagu. Cewek-cewek di sini juga banyak yang suka sama dia, kayak mbak Agni. Bahkan Big bos kita, Bu Nindi. Pernah ada yang mergokin lagi makan siang bareng Aska di restorant mewah di ujung jalan kantor ini. Tahu kan?"
Ardi : "Ya... Ya tahu, restorant yang baru buka itu kan? Wah parah emang, mungkin dia kerja jadi OB cuma buat topeng, karena kerjaan aslinya jangan-jangan cuma mau morotin duit cewek-cewek."
Lalu keduanya pun terkekeh mengejek.
Aman : "Haha... Bisa jadi, kamu lihat kan, biasanya dia pake sepatu dan jam tangan bermerk. Duit darimana coba? Kalo bukan jadi simpenan tante-tante gitu."
Keduanya terkekeh lagi.
Sedangkan Aska yang masih berdiri di balik pintu hanya bisa mendengarkan obrolan itu sembari menahan kesal.
Kedua tangannya pun sudah terlihat terkepal menahan emosi.
Tapi ia sadar, jika dia mengajak ribut kedua orang yang tengah membicarakannya itu. Ia takut akan di suruh pulang ke Jakarta oleh orang tuanya.
Untuk itu, demi meredam kekesalannya ia lebih memilih berlalu darisana.
INTER CUT
Aska berjalan cepat hingga sampe di sebuah koridor. Di sana tampak ada ember berisi air pel. Karena kesal, Aska melampiaskannya dengan menendang ember tersebut hingga tumpahlah semua airnya di lantai.
Tak lama terlihat Agni yang melewati koridor tersebut dan akhirnya jatuh terpeleset.
Aska seketika terlihat panik. Ia segera menghampiri Agni bermaksud menolong nya.
Namun tampak Bakri sudah lebih dulu sampai di sana untuk menolong Agni.
Bakri terlihat membantu Agni berdiri.
Bakri : "Kamu enggak apa-apa?" tanyanya khawatir pada Agni.
Agni : "Augh... Kakiku sakit, kayaknya terkilir." Meringis kesakitan.
Bakri pun tanpa sengaja menoleh ke arah Aska yang masih berdiri mematung tak jauh dari sana.
Bakri pun maju satu langkah menghampiri Aska.
Bakri : "Kamu itu sebenernya bisa kerja enggak sih, yang kamu lakuin itu bahaya buat orang lain tahu enggak? Asal kamu tahu ya? Semua karyawan di sini sebenernya udah muak sama kelakuan kamu, udah lagaknya kayak anak bos, Dateng seenaknya pulang seenaknya, kerjapun seenaknya. Mending kalo enggak niat kerja kamu berhenti kerja aja." Penuh dengan emosi.
Aska memilih diam. Meskipun ia sangat mampu untuk membalas. Kali ini ia menyadari kalo dirinya mungkin salah.
Bakri pun kembali pada Agni dan memapah wanita itu berjalan untuk segera mendapat pertolongan.
Sepeninggalan Bakri.
Aska terngiang-ngiang tentang percakapan dua rekan kerjanya di pentri tadi. Juga omongan Bakri barusan.
Aska menarik nafas dalam. Lalu berusaha segera ingin membersihkan lantai.
Tapi Aska menyadari, membersihkan lantai saja dia tidak becus. Aska tidak tahu caranya.
Sampai pada akhirnya pak Prasetio sudah berdiri menjulang di hadapannya.
Prasetio : "Sini... Biar bapak bantu." Katanya ramah.
Aska yang masih berjongkok di lantai segera mendongak. Matanya berkaca-kaca. Kemudian bangkit berdiri.
Aska : "Biar Aska aja, Pak. Yang bersihin. Ini tanggung jawab Aska." Tolaknya.
Prasetio : "Enggak apa-apa, biar bapak bantu." Tawarnya lagi.
Aska menggeleng.
Aska : "Selama ini, Aska selalu enggak becus melakukan pekerjaan apapun. Yang mereka bilang itu benar, Pak. Aska emang pecundang." Tersenyum miris.
Prasetio : "Enggak boleh ngomong gitu, nak. Bapak lihat kamu orangnya baik, tulus. Kalo kamu ada tekat untuk berubah, mau belajar, pasti kamu bisa kok. Yang penting itu jangan pernah putus Asa, nak. Dan enggak usah terlalu dengerin apa kata orang. Kamu cuma perlu percaya, dan buktiin pada dirimu sendiri, kalo kamu enggak seburuk apa yang mereka bilang."
Aska mengangguk paham.
Aska : "Iya, pak. Makasih ya selalu nasehatin dan semangati Aska terus."
Prasetio mengangguk.
CUT TO