Bunda, Di Rumah Saja
6. Chapter #6

29. INT. RESTO RAY : HALL – PAGI

MIRNA, RAY, PELAYAN

 

RAY duduk di salah satu sudut ruangan yang menghadap jendela ke luar kemudian membuka laptopnya. MIRNA duduk di hadapannya.

 

RAY

Katanya mau bantu-bantu? Sana ke dapur.

MIRNA

(mengangkat bahu) Aku berubah pikiran. Aku mau pesan makanan aja.

Aku tamu sekarang.

 

MIRNA melambaikan tangan agar pelayan datang. Seorang pelayan pun menyodorkan buku menu. MIRNA membaca buku menu itu dengan sangat teliti

 

NO SOUND: MIRNA menanyakan hampir setiap detail.

CU: RAY sebal.

 

MIRNA

    Oke, bawain aja menu andalan kalian (menutup buku menu)

 

RAY

Es lemon.

 

PELAYAN pergi.

 

RAY

    Jadi... apa yang ingin kamu tahu tentang aku?

 

Tidak menatap MIRNA dan berpura-pura sibuk dengan laptopnya padahal hanya bermain game online.

 

 

 

MIRNA

Ck, apa kita ini sedang interview kerja? Seenggaknya kamu simpan laptopmu dan lihat ke sini.

 

RAY

(mendengus kesal)

    Wanita aneh. Kamu sendiri yang bilang belum tentu memilihku. Kupikir itu kalimat perpisahan. Kenapa sekarang repot-repot datang?

 

MIRNA

Siapa tahu kamu potensial.

 

RAY

(tertawa sinis) Kita nggak lagi bisnis.

 

MIRNA

Tapi cinta mirip semacam itu. Apa yang kamu suka, apa yang bisa dia beri, apa yang bisa kamu beri.

 

RAY

(menggelengkan kepala).

Kita nggak akan cocok. Aku nggak memandang cinta seperti itu

 

RAY menutup laptopnya dan menatap MIRNA dengan tajam.

 

 

 

MIRNA

Oh. Aku paham. Itulah kenapa kamu bisa jatuh cinta pada kakak iparmu sendiri.

 

RAY

Aku bukan pria baik seperti yang kamu kira. Jadi, sebaiknya jangan buang waktu. Kamu pramugari hebat banyak pilot yang bisa jadi pilihanmu, right?

 

MIRNA

Menurutmu.. Jika ada seseorang yang mengatakan kalau dia bukan orang baik apakah kamu percaya dia bukan orang baik?

 

RAY

Apa maksudmu?

 

MIRNA

Nggak ada orang jahat yang mau mengakui dirinya jahat. Aku juga bukan wanita baik-baik.

 

RAY

Aku serius

(bangkit berdiri sambil menenteng laptopnya lalu pergi).

 

MIRNA tersenyum culas sambil menatap kepergian RAY.

 

CUT TO.

 

30. INT. RUMAH RYAN & LEA : RUANG TAMU – PETANG

MANDA, LEA, RYAN, RAY, MIRNA

 

MANDA

Yeaaaay!! Ayaaaah!

(langsung melompat ke pelukan RYAN begitu RYAN muncul di ambang pintu).

 

RYAN

Hallo princess! (memeluk dan menggendong MANDA erat).

 

LEA

Udah mandi dulu sana. Kita udah nyiapin barbekyu di belakang.

 

MANDA

Ini oleh-oleh ya! Yeaaay! Roti bolu kesukaaan MANDAAA! (langsung melompat turun dan meraih kantong plastik yang dibawa oleh RYAN dan berlari ke ruang makan).

 

LEA dan RYAN lalu berciuman dengan mesra.

 

FX: bel pintu rumah

 

RYAN

Mungkin RAY atau MIRNA. Aku undang mereka.. (tersenyum jahil)

 

LEA membelalakkan mata.

RYAN

Mirna lagi nggak ada flight. Besok sudah terbang jauh, jadi mumpung di sini...

 

LEA membuka pintu dan mendapati MIRNA dan RAY berdiri di muka pintu.

 

RYAN

Wow, apa kalian berangkat bareng? Kamu jemput MIRNA? (bercanda)

 

RYAN

Ini kesempatan RAY.. (berbisik pada LEA)

 

MIRNA

Hanya ketemu di muka pintu (tersenyum genit pada RAY)

 

RAY langsung melengos.

 

LEA

Jadi ramai ya. Kupikir ini acara keluarga kita.

 

RYAN

Demi Hendy... Miranti itu wanita sibuk (berbisik lagi pada LEA)

 

MIRNA

Maaf sudah merusak acara keluarga kalian (tersenyum culas)

 

RYAN

Enggak lah.. Ya kan sayang? (berpaling pada LEA yang tampak beku) Ayo anggap aja rumah sendiri.

 

CUT TO.

31. EXT. RUMAH RYAN & LEA : HALAMAN BELAKANG – MALAM

LEA MANDA, RYAN, RAY, MIRNA

 

Kebetulan cuaca sedang tidak bagus, hujan mengguyur tepat ketika mereka selesai membakar sosis dan beberapa tusuk sate terakhir. Setelah itu mereka semua pindah ke dalam untuk makan.

 

MANDA

Waaaa..... Hujan! Hujan! (menudungi kepalanya dengan kipas sate)

 

RAY

Ayo, sini bareng Om! (menudungi kepala MANDA dengan tangannya sambil membawa sepiring sate)

Semua bekerja sama memindahkan makanan ke dalam.

 

CUT TO.

 

32. INT. RUMAH RYAN & lEA – RUANG MAKAN – MALAM

LEA MANDA, RYAN, RAY, MIRNA

 

LEA sesekali menyuapi RAY dengan mesra setiap kali ada kesempatan untuk memamerkannya di depan MIRNA.

 

MANDA

Aaa... Aaaa... (minta disuapin juga)

 

RAY memperhatikan LEA dan RYAN menjadi kesal. IA pun memotongkan daging untuk LEA.

 

MIRNA

Aku juga mau dipotongkan. Seharusnya kamu lebih perhatian padaku bukan pada istri orang (menyeringai).

 

RAY

    Istri orang? Dia kakak iparku.

 

RYAN menyikut RAY lalu mengangkat piring MIRNA ke hadapan RAY. Mau tak mau RAY memotongkan daging di piring MIRNA juga.

 

MIRNA

Seharusnya kamu lebih peka. Perhatian kepada wanita single bikin kamu lebih cepat bertemu jodoh.

 

RAY

Aku nggak berniat nikah.

 

RYAN

Apa sih.. Bener itu yang dibilang MIRNA. Nggak ada salahnya kasih perhatian lebih dulu. Sebagai pria memang harus tahu memperlakukan wanita.

 

RYAN lalu berpaling pada MIRNA.

 

RYAN

Aku lihat dia sangat bisa memperlakukan LEA dengan baik. Jadi, tadinya aku nggak khawatir dia pasti bisa dapat cewek yang dia suka. Tapi yah.. Ternyata dia hanya sekedar baik sama keluarganya aja.

 

MIRNA tersenyum dengan semakin licik.

 

MIRNA

Keluarga? Ya, seharusnya RAY tidak perlu khawatir soal LEA. Terutama jika ada Bang RYAN, betul? (menenggak minumannya).

 

LEA tiba-tiba terbatuk-batuk.

 

RYAN

Jangan buru-buru makan (menepuk punggung LEA pelan). Kalau aku sendiri sih memang berharap RAY dan LEA bisa dekat seperti layaknya kakak adik. Lagipula kedekatan mereka cuma sebatas ini. Nggak ada hal-hal kurang pantas yang mereka lakukan.

 

MIRNA kembali tersenyum puas.

 

RAY

    Ngomong-ngomong, aku dan LEA sekarang jadi rekan bisnis.

 

 

 

RYAN

Wow. Soal apa nih?

 

RAY

Grand-opening resto kedua. Perusahaannya yang handle.

 

RYAN

Ide bagus itu. LEA nggak perlu susah-susah cari klien.

              

MIRNA

Ngomong-ngomong, kamu nggak berminat bikin buku, RAY?

 

RYAN

Bisa juga tuh, RAY. Memang orang seperti RAY udah pantas buat punya buku.

 

RAY

Ah, nggak tertarik.

 

LEA

Setiap orang punya kisah yang bisa ditulis jadi buku. Nggak perlu menunggu sukses untuk kisah hidupmu ditulis.

 

RYAN

Ya tentu. Kamu juga mau kisah cinta kita dijadikan buku? (nyengir pada LEA)

 

MIRNA

Tapi menurut kalian apa highlight dari kisah hidup RAY yang menarik untuk diangkat? Kisah cintanya?

 

RYAN

Kisah cinta.... Seorang model yang berkali-kali ditolak cintanya. Ck, kayaknya kurang menarik haha.

 

MIRNA

Ditolak cinta? Beneran Bang? Siapa tahu sekarang dia memendam cinta yang bertepuk sebelah tangan? (pura-pura polos)

 

RAY

Oke cukup.

 

RYAN

Dia populer waktu di sekolah tapi selalu sukanya sama cewek yang nggak suka dia.

 

RAY lalu bangkit berdiri dan menyerahkan sebuah t-shirt I Love Singapore pada LEA. “

 

                               RAY

Ini ambil aja. MIRNA bener. Cintaku emang bertepuk sebelah tangan.

(menatap Lea penuh cinta).

 

LEA

RAY..... Waktu itu kan udah aku bilang nggak mau ini kaos...

RYAN sibuk menyuapi MANDA yang tiba-tiba ngambek tidak mau makan.

 

RYAN

RAY, kasih ke MIRNA dong...

 

MIRNA

Boleh aja. Walau nggak spesial buat aku, tapi lumayan buat santai-santai, sini (meraih kaos di tangan LEA).

 

LEA terbengong kesal.

MIRNA

Nih lihat. Aku cukup pakai kaos ini. Aku bahkan lebih kecil dari Kak Lea. Wah.. thank you RAY (menempelkan kaos itu di badannya)

 

RYAN

Jadi kalian punya kaos couple nih ceritanya.. (goda RYAN).

 

LEA

Iya ambil aja, kita bertiga udah punya banyak barang kembaran. Kita kan keluarga.

 

MIRNA melebarkan matanya.

    

CUT TO.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar