77. EXT. HUTAN BELANTARA – TIDAK JAUH DARI RUMAH/PONDOKAN. SIANG.
cast : Armand – Melly – Vincent.
Nampak Armand tengah menggali kuburan untuk Vincent. Setelah cukup dalam, Armand menghentikan menggali dan keluar dari lobang kuburan. Armand melangkah menuju mayat Vincent, lalu membopongnya, dan setelah itu ia lemparkan ke lubang. Armand berbalik badan, di hadapannya berdiri Melly yang tersenyum sinis dengan menodongkan pistol kepadanya. Armand hendak melangkah mendekati Melly.
MELLY
(Mengokang pistol) Gue nggak main-main!
Armand mundur, sehingga ia berada di pinggir lobang kubur.
MELLY
Apa yang lo katakan itu benar, guelah pengkhianat sesungguhnya.
Armand memandang tajam Melly.
MELLY
Karena apa? ... Karena lo mau menguasai itu duit, lo pastinya akan ngebunuh gue juga! Lagipula gue lagi butuh banyak duit.
ARMAND
Gue nggak ngerti jalan pikiran lo, Mel.
MELLY
Oh ya? Lo mau tahu jalan pikiran gue? Cuma satu, bikin lo mati!
Melly menarik tringger/pelatuk pistol, tetapi pistol tidak ada pelurunya.
ARMAND
(merogoh kantong) Sepertinya lo butuh ini.
Armand menjatuhkan peluru ke tanah.
ARMAND
Lo kira gue bodoh, heh? Gue udah tahu dari semula, asal lo tahu aja, bukan cuma lo aja, gue juga pengen nguasai tuh duit ... Semuanya!
Melly membuang pistolnya lalu melarikan diri. Belum seberapa jauh, terdengar suara letusan pistol. Melly pun terjatuh. Armand menghampiri Melly.
ARMAND
Gaimana rasanya kena tembak, heh?
MELLY
Please, Mand … Please, jangan bunuh gue … Kalau lo mau itu duit, ambil aja … Ambil … Ambil buat lo semua, tapi jangan bunuh gue.
ARMAND
(tertawa) Siapa lagi yang mau ngebunuh lo? Yang benar … Gue mau ngubur lo hidup–hidup!
Armand menyeret tubuh Melly. Melly berteriak sejadi–jadinya. Armand tidak peduli, lalu tubuh Melly ia lempar ke dalam lubang. Di dalam lubang sudah berisi mayat Vincent. Armand menguruk kembali lobang tersebut, nampak Melly yang tengah sekarat, darah mengalir dari mulut dan hidung Melly. Lama-lama seluruh tubuhnya tertutup tanah, tinggal wajahnya saja yang terlihat. Sebelum tewas, terbayang dari wajah Melly kejadian mengapa ia ingin menguasai uang tersebut bersama David.
CU> Wajah Melly yang berlinangan air mata.
CUT TO
78. INT. RUMAH FLAT MELLY – KAMAR MELLY. MALAM.
Cast : Melly – Vincent – Wanita selingkuhan Vincent.
FLASHBACK
Credit title : Dua hari sebelum peristiwa perampokan.
Nampak Melly tengah berjalan di lorong rumah flatnya. Ia menenteng belanjaan. Melly memasukkan kunci ruang flatnya, ternyata tidak terkunci. Pelan-pelan Melly membuka pintu. Ia masuk ke dalam. Sewaktu ia ingin masuk ke kamarnya, terdengar suara-suara berisik. Melly mengintip dari celah-celah pintu yang tidak tertutup rapat. Melly sangat terkejut, ternyata Vincent, pacarnya, tengah bersama dengan wanita lain. Alangkah hancurnya hati Melly. Ia pun berlari keluar sambil menangis.
FLASHBACK CUT TO
79. INT. RUMAH DAVID – KAMAR DAVID. MALAM.
Cast : Melly – David.
Pintu rumah dibuka David, Melly memeluk David. Ia menangis di pelukan David. David membawa masuk Melly ke dalam.
FADE OUT
FADE IN
Nampak David tengah berpelukan dengan Melly di tempat tidur. Melly berbaring di dada David. David membelai-belai rambut Melly dengan penuh kasih sayang.
MELLY
David.
DAVID
Ya, Sayang.
MELLY
Mau nggak lo berbuat sesuatu buat gue?
DAVID
Apa itu?
MELLY
Gue pengen si Vincent mati! Gue nggak terima gue diperlakukan seperti itu. Mau kan lo bunuh Vincent? Buat gue?
Sejenak David terdiam.
MELLY
(memandang David) Mau, kan?
David terdiam.
MELLY
Hidup gue nggak bakalan tenang kalau dia belum mati. Demi gue, Vid ... Lo sayang kan sama gue, Vid?
DAVID
Bukan itu aja.
Mereka saling menatap.
DAVID
Bukan hanya Vincent, Armand pasti gue singkirin juga.
MELLY
Beneran, Sayang?
DAVID
Ya ... Dengan uang rampokan itu ... Kita akan hidup baru, Kita selalu bersama ... Ever and forever.
MELLY
(Melly memeluk erat David) Hanya kematian yang memisahkan kita.
Sejenak mereka terdiam.
DAVID
Gue punya rencana, udah ada di otak gue ... Ajak Vincent bergabung buat merampok (pause) Lo duduk manis aja, semua gue yang atur.
FLASHBACK CUT TO
80. EXT. HUTAN BELANTARA – TIDAK JAUH DARI RUMAH/PONDOKAN. SORE.
cast : Melly.
Catatan Teknik :
Kamera Zoom out dari wajah Melly sampai terlihat Armand tengah menguruk lobang dengan tanah, perlahan-lahan wajahnya tertutup tanah.
MELLY
(mengalir air mata, bicara pelan) Maafkan Melly ... Mama …
Melly mati terkubur.
CUT TO
81. EXT. JALAN RAYA. SORE.
Cast : Javed.
Nampak Javed dengan jaket dan helm tengah mengendarai motor Ducati.
CUT TO
82. INT.RUMAH/PONDOKAN. SORE.
cast : Armand.
Armand kembali ke rumah/pondokan. Uang milik Melly dan David, Armand masukkan kedalam tasnya, nampak menyembul dari tumpukan uang milik Melly, uang USD 1 bernoda jempol darah. Armand sejenak tertegun memperhatikan uang USD 1 bernoda jempol darah tersebut. Uang tersebut terlihat ada mistiknya.
Armand melangkah keluar. Ketika ia ingin menutup pintu, pandangannya tertuju pada minuman kaleng yang ada di atas meja. Perlahan-lahan Armand menghampirinya, lalu ia meraih minuman tersebut. Ia amati baik-baik, nampak minuman tersebut masih tersegel.
Karena kehausan sehabis menggali lubang kubur, Armand mengambil minuman tersebut dan menaruhnya di kantong samping tas ranselnya. Armand melangkah keluar rumah/pondokan. Ia melangkah pergi, tiba-tiba Armand menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke belakang, nampak uang USD 1 bernoda cap jempol darah tergeletak di meja. Armand memandang uang tersebut, terlihat aura magic pada uang tersebut.
CUT TO
83. EXT. DEPAN RUMAH/PONDOKAN. SORE.
cast : Armand.
Armand menghampiri mobil yang terparkir tak jauh dari rumah/pondokan. Armand menaiki mobil tersebut, ia starter, tapi tidak hidup-hidup. Armand melihat panel petunjuk bensin, ternyata bensin habis. Armand keluar dari mobil. Armand melihat bensin berceceran di bawah mobil. Rupanya David sengaja membocorkannya.
ARMAND
(kesal, marah) Sial! Arrgghhh… Sial! Sialan lo, David! (berteriak keras, menengadah ke langit) Aaarrgghhhh …
Armand melangkah pergi. Dengan membawa ransel berisi uang, Armand jalan kaki.
CUT TO
84. EXT/INT. DEPAN RUMAH/PONDOKAN - RUMAH/PONDOKAN. SORE.
Cast : Don Bruno – Satu kompi Polisi – 3 anak buah Don Bruno - Komandan Polisi – Karina.
Nampak mobil Don Bruno sampai di rumah/pondokan. Mobil tersebut parkir tak jauh dari pondokan. Don Bruno dan tiga anak buahnya turun dari mobil dan menghampiri rumah/pondokan, terlihat pintu terbuka sedikit. Anak buah don Bruno mengeluarkan pisau, ada yang memegang stick baseball, samurai dan pistol.
Pintu dibuka oleh Don Bruno, nampak rumah/pondokan kosong. Don Bruno menarik nafas dalam-dalam, dan mengembuskannya. Ia mengambil alat bantu pernapasannya, lalu menyemprotkan ke dalam mulutnya. Don Bruno memberi isyarat agar anak buahnya menunggu di luar rumah/pondokan.
Don Bruno masuk ke dalam rumah/pondokan, pandangannya berkeliling, tidak ada siapa-siapa. Tak lama Don Bruno melangkah pergi keluar. Alangkah kagetnya Don Bruno, nampak di hadapannya kelima anak buahnya tengah berjejer duduk bersimpuh dengan tangan di atas kepala, dan nampak beberapa mobil polisi dan beberapa polisi tengah menodongkan pistol dan senapan laras Panjang. Nampak juga terlihat Karina di antara para polisi. Don Bruno telah terkepung, dengan pengeras suara Komandan polisi memberitahukan agar Don Bruno menyerah.
KOMANDAN POLISI
(berteriak) Saudara telah terkepung! ... Jangan bertindak bodoh! … Sekarang Saudara angkat tangan! Berbalik badan!
Don Bruno diam saja, wajahnya terlihat tegang, nampak ia mulai berkeringat dan nafasnya mulai tidak teratur. Karena Don Bruno tidak menuruti perintahnya, Komandan polisi memerintahkan anak buahnya untuk mendekati Don Bruno. Nampak tiga polisi melangkah mendekati Don Bruno dengan pistol di tangan. Suasana menjadi menegangkan.
Tiba-tiba penyakit asma Don Bruno kambuh, wajah Don Bruno terlihat tegang, nafasnya pun mulai tersengal-sengal, karena sudah tidak tahan lagi menahan sesak nafasnya, Don Bruno menggerakkan tangannya untuk mengambil alat bantu nafasnya yang berada di kantong jas nya.
Mengira Don Bruno mau mengambil senjata, dengan cepat anak buah Komandan polisi yang mendekati Don Bruno melepas tembakan. Mereka memberondong Don Bruno. Don Bruno pun ambruk jatuh ke tanah, tubuhnya terkapar berlumuran darah. Komandan polisi dan seluruh pasukannya mendekati Don Bruno yang sudah tewas. Komandan polisi dan anak buahnya yang menembak Don Bruno saling menatap. Komandan polisi merogoh kantong jas Don Bruno, ternyata bukan pistol, melainkan alat bantu pernafasan Don Bruno. Komandan polisi kembali saling berpandangan dengan anak buahnya yang menembak Don Bruno.
Karina berlari kearah rumah/pondokan.
KARINA
(berteriak) Bang Armand! … Bang Armand!
Karina masuk ke dalam rumah/pondokan, pandangannya berkeliling, ruangan kosong. Tidak nampak Armand, sunyi sepi, karena Armand sudah pergi.
KARINA
(lirih) Bang Armand? … (menangis, terisak-isak, air mata meleleh di pipi) Bang Armand … Abang di mana?
Karina terus menangis terisak-terisak.
KOMANDAN POLISI
(marah) Kenapa kalian tidak menunggu perintah dari saya?
POLISI 1
Menyesal) Maaf, Dan (komandan) Kami …
KOMANDAN POLISI
(memotong, menatap tajam) Kata maaf saja tidak cukup!
CUT TO