CUT TO:
71.INT. RUANG PEMERIKSAAN, MAPOLRESTA (MALAM)
Cast: IPTU Jazuli, Sasongko
Sasongko di hadapan IPTU Jazuli. Dia tampak tenang, tidak gusar ataupun takut.
IPTU JAZULI
Jadi bagaimana Anda membunuh korban?
SASONGKO
Saya sudah mengakui semua pembunuhan ini. Tapi saya tidak akan berkata apa-apa lagi kecuali syarat saya dipenuhi. Bebaskan Agni, baru saya bicara.
IPTU JAZULI
Agni sudah kami bebaskan. Dia hanya wajib lapor saja.
SASONGKO
Anda sungguh-sungguh, Pak?
IPTU JAZULI
(Mengangguk sambil tersenyum)
Besok dia ke sini. Saya akan pertemukan dengan Anda.
SASONGKO
Baiklah.
IPTU JAZULI
Jadi bagaimana ceritanya Anda membunuh empat orang itu? Apa motifnya?
SASONGKO
Itu perintah Tsabur, Pak.
IPTU JAZULI
Siapa Tsabur?
SASONGKO
Anak Iblis yang paling licik.
IPTU JAZULI
(Mengangguk-angguk)
Anak Iblis itu bicara dengan Anda?
SASONGKO
Kadang dia menampakkan diri. Kadang meminjam tubuh orang.
IPTU JAZULI
Lalu apa yang dia perintahkan?
SASONGKO
Saya harus menumbalkan empat sedulur, agar saya diangkat sebagai pancer.
IPTU JAZULI
Supaya kaya atau bagaimana?
SASONGKO
Kaya, berkuasa.
IPTU JAZULI
(Mengangguk-angguk lagi)
Bagaimana Anda memilih korban-korban Anda?
SASONGKO
Saya memilih hari pasaran lahir mereka. Saya lahir pada pasaran Kliwon. Maka, saya harus mencari tumbal yang lahir pada pasaran Legi, Pahing, Pon, dan Wage.
IPTU JAZULI
Kalau istri Anda? Apakah dia termasuk sedulur papat yang Anda tumbalkan?
SASONGKO
(Tercenung)M
Murti....
IPTU JAZULI
Apakah Anda juga membunuh dan menghilangkan jejaknya?
SASONGKO
(meringis, menangis)
Murti . Istriku sayang.
FADE IN:
72. INT. KAMAR KOST BAHA (MALAM)
Cast: Baha, Asa
Asa dan Baha duduk ngampar di kost Baha. Keduanya tampak serius dan sedikit tegang.
ASA
(Agak lirih)
Aku nggak tahu kenapa. Nggak biasanya Agni kayak menghindar, Ha. Nggak mau aku temani lagi. Dia mengurung diri di kost.
BAHA
Mungkin dia masih syok, Sa. Dia perlu waktu untuk sendiri.
ASA
(Menggeleng)
Biasanya ada krisis apa pun, dia pasti ngelibatin aku.
BAHA
Kenapa kamu masih gelisah?
Agni sudah bebas dari target polisi dan bapaknya sudah mengakui semuanya.
ASA
(Tampak ragu)
Sebelum menyerahkan diri, bapaknya Agni sempat menemuiku, Ha.
BAHA
O, ya? Di mana?
ASA
Di parkiran Mapolresta. Dia bilang sesuatu yang nggak masuk akal.
BAHA
Apa itu?
ASA
Dia bilang, aku harus menghentikan usaha Agni untuk.
BAHA
Untuk apa?
ASA
Untuk membangkitkan ibunya dari kematian.
BAHA
(Keheranan)
Berarti memang ibunya Agni sudah meninggal?
ASA
(Menggeleng)
Aku nggak tahu, Ha.
BAHA
Kamu tidak tahu atau tidak tega?
ASA
Maksudmu?
BAHA
Kamu punya teori kalau Pak Sasongko hanya pasang badan untuk Agni, kan? Sebenarnya Agni yang membunuh empat orang itu. Bahkan ibunya.
ASA
(Kedua tangan di kepala)
Aku pusing, Ha.
BAHA
Aku paham posisimu.
ASA
(Mengangkat wajah)
Tapi, kalau pun Agni pelakunya, kemungkinan dia tidak bertanggungjawab terhadap perbuatannya.
BAHA
Menurutmu Agni menderita skizofrenia?
ASA
Dia mewarisi itu dari ayah dan ibunya.
BAHA
Kamu yakin Agni juga membunuh ibunya?
ASA
(Menggeleng, tampak khawatir)
Aku nggak tahu.
FADE IN:
INT. SEL MAPOLRESTA (MALAM)
Cast: Agni, Sasongko
Agni membezuk Sasongko. Mereka berhadapan, dibatasi teralis besi. Sasongko menggenggam teralis. Agni menjaga jarak.
SASONGKO
(Berbisik)
Bapak tidak akan lama di sini, Agni. Mereka tidak akan percaya kalau Bapak mendengar bisikan Tsabur. Mereka akan mengirim Bapak ke Rumah Sakit Jiwa.
AGNI
(Emosi)
Aku lebih percaya Bapak psikopat kronis yang membunuh orang hanya karena Bapak anggap semua ini sebuah permainan.
SASONGKO
Kenapa kamu sangat membenci bapakmu sendiri, Agni?
AGNI
(Tak peduli)
Di mana Bapak sembunyikan Ibu? Ibu sudah mati, kan?
SASONGKO
(Tertegun lalu berbisik)
Tsabur pun telah menguasai jiwamu, Nduk.
AGNI
Omong kosong. Paling tidak jujurlah tentang ini, Pak. Di mana Ibu? Kalau Ibu sudah mati, setidaknya aku ingin bisa menguburkannya dengan layak.
SASONGKO
(Menggeleng)
Bapak tidak mungkin membunuh ibumu. Lebih baik bunuh diri dibanding membunuh istri yang Bapak cintai.
AGNI
Bapak tidak mencitai Ibu. Bapak mencintai diri sendiri.
SASONGKO
Tsabur telah menggelapkan pikiranmu, Agni.
AGNI
Stop melemparkan semua kesalahan Bapak kepada makhluk yang bahkan tidak ada, Pak.
SASONGKO
(Menggerakkan jari, meminta Agni mendekat)
Bapak akan membuka matamu.
AGNI
(Ragu, tapi mendekat juga)
Jangan coba-coba mempermainkanku.
SASONGKO
Kamu pasti ingat ruang anggur di pabrik, kan?
AGNI
(Mengernyit)
Tentu saja. Aku menyelinap ke sana waktu kecil.
SASONGKO
Kamu kira Bapak tidak tahu kamu terus melakukannya sampai dewasa?
AGNI
Lalu apa hubungannya dengan ini semua?
SASONGKO
Kamu pasti tahu di dalamnya ada ruang pendingin yang Bapak isi balok-balok es?
AGNI
Tempat Bapak menyiksa diri?
SASONGKO
(Menaruh telunjuk di bibir)
Bukan menyiksa diri. Di sanalah, satu-satunya tempat Bapak bisa bersembunyi dari Tsabur.
AGNI
(Menjauhkan badannya)
Omong kosong apalagi ini, Pak?
SASONGKO
(Menggerakkan jarinya lagi)
Datanglah ke sana. Lihat siapa yang kamu taruh di dalamnya.
AGNI
(Terkesiap, bibirnya gemetar)
Maksud Bapak?
SASONGKO
Tsabur telah meminjam tanganmu untuk membunuh perempuan yang paling Bapak cintai.
Ibumu. Sebab, Bapak ingkar terhadap perjanjian kami dulu. Tsabur tahu bagaimana membuat Bapak hancur.
AGNI
(Mengeleng)
Bapak bicara apa?
SASONGKO
Kamu membunuh ibumu. Lalu Tsabur mengikatmu dalam perjanjian baru. Dia akan menghidupkan kembali ibumu asal kamu membunuh empat orang. Tumbal sedulur papat.
AGNI
(Menggeleng)
Tidak mungkin. Empat orang itu pun Bapak yang membunuh.
SASONGKO
(Menggeleng)
Bapak mengikutimu untuk menghentikan tindakanmu. Tapi, kamu selalu berhasil menghindar. Bapak biarkan jasad ibumu agar kamu melihat sendiri perbuatanmu.
AGNI
(Menggeleng sambil tertawa kecil)
Lihat. Jahatnya Bapak. Setelah menghancurkan hidupku, sekarang Bapak menumpahkan kesalahan bapak kepadaku.
SASONGKO
Kamu sudah melihat video viral itu?
Perempuan yang kamu bunuh di apartemennya?
AGNI
Aku datang ke apartemennya untuk mencegah Bapak membunuhnya.
SASONGKO
Bapak memang sampai ke lobi dan berusaha mencegahmu. Tapi hanya kamu yang bisa naik ke lantai apartemennya, Agni.
AGNI
(Bingung sendiri)
Tidak mungkin.
SASONGKO
Pembunuh itu menggenakan baju Leak Rangda dan memakai alat mendakimu.
Bapak sekarang tahu kenapa kamu tidak bisa melupakan Leak Rangda ultahmu itu.
AGNI
(Terkesiap)
Alat mendakiku?
Alat itu hilang seminggu lalu.
Lagi pula alat itu bebas dijual di mana-mana.
SASONGKO
Kamu lupa Bapak yang menghadiahimu waktu kamu mau mendaki Rinjani?
Itu alat milik militer. Tidak ada di pasaran. Bapak mendapatkannya dengan susah payah. Bahkan, Bapak menuliskan namamu di gagangnya.
AGNI
Bapak menjebakku.
SASONGKO
Lalu untuk apa Bapak menyerahkan diri, mengakui semua pembunuhan ini?
AGNI
Untuk mengacaukan pikiranku.
SASONGKO
Agni. Ini dosa lama Bapak yang menurun kepadamu.
AGNI
(Terhuyung mundur)
Tidak tidak mungkin.
SASONGKO
Semua berawal ketika ibumu tak kunjung mengandung, Nduk.
Kami datang ke dukun ramal di Alun-alun Kota. Ibumu disyaratkan mandi kembang di sumur tua. Bapak harus menyembelih hewan kurban.
Setahun kemudian, ibumu hamil. Tapi, proses kelahirannya sangat sulit. Kata dokter, kemungkinan bayinya mati dalam kandungan.
AGNI
Aku tidak mau dengar lagi, Pak.
SASONGKO
Bapak menemui dukun itu lagi. Dia tak sanggup membantu. Tapi, dia bercerita tentang ritual sedulur papat limo pancer. Menumbalkan empat jiwa untuk kelahiran satu jiwa yang lain kepada Tsabur.
Dukun itu melarang, tapi Bapak berjanji akan melaksanakannya.
Ibumu melahirkan dengan selamat. Bayi itu adalah kamu, Nduk.
AGNI
(Menggeleng)
Aku tidak percaya.
SASONGKO
(Menangis)
Pada ulangtahunmu yang ke lima, Bapak mulai mendapatkan bisikan-bisikan itu. Tsabur menagih janji Bapak. Akhirnya, Bapak membunuh Leak Rangda yang mengisi acara ulangtahunmu. Korban selanjutnya adalah Mbok Usrek.
FADE IN:
73. INT. GUDANG PABRIK ES BALOK SASONGKO (MALAM)
Cast: Agni
Agni memasuki ruang kerja bapaknya di gundang es balok. Dia membuka ruang anggur tersembunyi di bawah lantai kayu ruang kerja bapaknya.
(V.O.) SASONGKO
Leak Rangda dan Mbok Usrek Bapak kuburkan di kamar di ujung lorong itu.
Setelahnya Bapak tidak lagi mengikuti bisikan-bisikan Tsabur.
Bapak masih berhutang dua jiwa lagi.
Tsabur membisiki Bapak bahwa dia telah memilihmu untuk melunasi hutang-hutang Bapak. Dimulai dengan kematian ibumu.
CUT TO:
74. INT. GUDANG PABRIK ES BALOK SASONGKO (MALAM)
Cast: Agni
Agni turun tangga ke ruang anggur tua. Di sebelah rak-rak botol anggur, terdapat ruangan pendingin berwarna putih, kotak besar, yang biasa untuk menyimpan balok es. Susah payah Agni membuka pintu besinya.
(V.O) SASONGKO
Bapak sudah melakukan kesalahan yang tidak bisa diperbaiki, Agni.
Bapak sudah kehilangan segalanya. Bapak tidak ingin kamu mengalami hal yang sama.
CUT TO:
75. INT. DALAM RUANG PENDINGIN ES BALOK SASONGKO (MALAM)
Cast: Agni, Murti
Agni masuk ke dalam ruangan itu dan langsung bersidekap saking dinginnya. Hawa di bawah nol. Agni jatuh terduduk ketika menyaksikan jasad Murti terbujur kaku, pucat, bersimbah darah, berserpih es, di atas balok-balok es. Agni menangis histeris. Tak percaya, bingung, merasa gila.
(V.O) SASONGKO
Kamu harus segera memindahkan jasad ibumu, Nduk. Sebelum polisi menemukannya. Setelah ini lanjutkan hidupmu. Jangan dengarkan bisikan Tsabur. Janjinya hanyalah jebakan.
FADE IN:
76. EXT. INT. DI DALAM MOBIL ASA (MALAM)
Cast: Asa, Baha
Baha dan Asa di dalam mobil, berbincang dalam ketegangan. Asa berkemeja kotak-kotak kuning, Baha berjaket kulit.
BAHA
Kamu yakin, Agni ada di rumah orangtuanya, Sa?
ASA
(Fokus melihat ke depan)
Dia baru saja membezuk bapaknya, Ha. Pasti bapaknya menyampaikan sesuatu yang membuat Agni pulang.
BAHA
Menurutmu, itu berhubungan dengan ibunya?
ASA
(Mengangguk)
Aku kira begitu.
BAHA
Kalau benar tumbal sedulur papat itu untuk bertujuan membangkitkan orang mati, Agni masih akan membunuh satu korban lagi.
ASA
Kamu percaya tumbal itu bisa membangkitkan orang mati?
BAHA
Berapa kali kubilang, aku hanya berusaha memahami cara berpikir pembunuh ini, Sa.
Hanya Nabi Isa yang pernah menghidupkan orang mati.
ASA
Artinya, ibu Murti diposisikan sebagai pancer?
BAHA
Mengorbankan empat jiwa untuk menghidupkan satu jiwa.
ASA
Aku tak bisa mengerti dengan orang-orang yang mempercayai hal semacam itu.
BAHA
Aku pikir, jika Agni ingin membangkitkan ibunya, itu berarti, jasadnya disimpan dengan baik. Tidak mungkin dikubur.
ASA
(Menoleh)
Kukira begitu.
BAHA
(Bergumam)
Di mana Agni menyimpan jasad ibunya?
ASA
Ha, kukira aku tahu sesuatu.
BAHA
Apa?
ASA
(Menoleh sesekali)
Kamu mau tahu gimana gilanya bapak Agni?
Dia punya ruangan isolasi yang sangat aneh. Semacam safe house yang tidak biasa. Sebuah ruang pendingin es balok. Besar banget.
BAHA
Dia punya pabrik es balok, kan? Apanya yang aneh?
ASA
Pabrik es baloknya tidak pakai ruang pendingin itu, Ha.
Pabrik bapak Agni masih konvensional. Air nyedot dari sungai belakang pabrik, disaring, dicetak. Begitu jadi esnya langsung ditumpuk, diangkut truk.
Sedangkan kotak ini untuk dia sendiri. Buat meditasi. Disimpannya pun di ruang bawah tanah.
BAHA
Bawah tanah? Aneh.
ASA
Sudah kubilang. Ekstrem banget gilanya. Ruang pendingin itu disimpan di gua anggur di bawah tanah. Aku tahu karena Agni beberapa kali mengajakku menyelinap untuk mencuri anggur koleksi bapaknya.
BAHA
Gua anggur? Apa lagi itu?
ASA
Gua Anggur, Ha. Seperti di Sonoma, Amerika. Tempat penyimpanan botol-botol anggur tua abad 19.
BAHA
Kamu ngomong apa sih, Sa?
ASA
Itu aneh, Ha. Gua anggur itu suhu idealnya 13-15 derajat. Sedangkan ruang pendingin itu suhu dalamnya di bawah 0 derajat. Nggak cocok.
BAHA
Kamu ngomong panjang lebar itu cuma mau bilang bapaknya Agni aneh?
ASA
(Mengangguk)
Iya.
BAHA
Lalu hubungannya dengan pertanyaannku?
ASA
O, iya!
Ruangan itu kukira ideal untuk menyimpan mayat.
BAHA
(Memasukkan tangannya ke saku jaket)
Itu informasi penting, Sa. Kamu harus lapor ke polisi.
ASA
Jangan dulu. Kita ketemu Agni dulu.
BAHA
(Mengangguk)
Lalu kita ke rumah orangtua Agni atau ke pabrik es balok?
ASA
Ke rumah, Ha.
BAHA
Oke.