42. EXT. INT. DALAM MOBIL ASA (PAGI)
Cast: Asa, Agni, Penyiar Radio
Asa dan Agni di dalam mobil menuju luar kota. Di radio, berita pembunuhan PSK di sebuah rumah susun mulai tersiar.
(V.O) PENYIAR RADIO
Dari dunia kriminal diberitakan kasus pembunuhan kembali terjadi. Kali ini, korban adalah seorang pekerja seks komersial yang ditemukan tewas di kamar kontrakannya kawasan Sarkem, malam tadi.
Korban bernama Bella, ditemukan tewas dengan luka tusuk di perutnya. Polisi mengimbau warga kota untuk waspada karena ada kemungkinan seorang pembunuh berantai sedang mencari korban berikutnya.
Bella adalah korban kedua setelah sebelumnya seorang Dukun Ramal tewas mengenaskan di tenda Pasar Malam, Alun-alun Kota.
AGNI
(Matanya berkaca-kaca, khawatir)
Sa....
ASA
(Mematikan radio)
Kamu sudah berusaha, Sayang. Bukan salahmu.
AGNI
Harusnya aku berusaha lebih keras.
ASA
(Tangan kirinya menggenggam tangan Agni)
Kamu sudah berusaha keras.
AGNI
Bapak semakin kesetanan, Sa. Kita tidak boleh terlambat kali ini. Harus lebih tegas.
ASA
(Kembali menyetir dengan dua tangan)
Iya...iya, Sayang.
AGNI
Dua orang lagi. Apa kita sebaiknya berpencar, Sa?
ASA
Aku nggak akan ninggalin kamu.
AGNI
Tapi, waktu kita terbatas, Sa.
ASA
Bukan ada urutannya?
AGNI
(Mengambil buku dari tas)
Elemen Api, Air sudah dia dapatkan. Sekarang Bapak memburu korban dengan elemen udara dan tanah. Klien Dukun Ramal yang lahir pada pasaran pon dan wage.
ASA
Kita belum tahu apa-apa tentang ibumu, Agni. Masih ada harapan, beliau masih hidup.
AGNI
(Menahan tangis)
Kecil kemungkinan, Sa.
FADE IN:
43. INT. RUMAH JOMPO (PAGI)
Cast: Baha, Nenek Jompo
Baha duduk berhadapan dengan seorang nenek usia 70-an. Wajahnya gembira lalu sedih berganti-ganti. Dia duduk di kursi malas. Di pelukannya ada sebuah pigura.
BAHA
(Pelan-pelan)
Apa yang Nenek ingat tentang cucu nenek sewaktu kecil?
NENEK JOMPO
(Terkekeh)
Dia lucu, pintar. Tapi suka mengompol. Sudah SD masih suka mengompol.
BAHA
(Tertawa kikuk)
Suka mengompol?
NENEK JOMPO
Iya. Ibunya marah-marah setiap hari, karena kasurnya pesing.
BAHA
(Mengangguk-angguk)
Dia punya binatang kesayangan?
NENEK
(Diam sebentar)
Kucing. Tapi kalau sedang marah, dia lempar dari lantai dua. Akhirnya dia cekik sampai mati.
BAHA
Sampai mati, Nek?
NENEK
(Mengangguk, matanya berkaca-kaca)
Setiap hari nyari cicak. Dipotong kakinya, kepalanya. Dia bilang, Nanti juga tumbuh lagi, Nek. Kayak ekornya.
BAHA
Tidak dilarang ibunya?
NENEK
(Mengangguk-angguk)
Dilarang. Tapi dia pintar bohong. Bilang tidak akan mengulangi. Besoknya dia lakukan lagi. Ketika ketahuan ibunya, dia dihukum kunci di kamarnya. Ibunya tidak tahu dia punya korek api. Dia bakar kamarnya.
BAHA
Bagaimana dia selamat?
NENEK
Ibunya menelepon pemadam kebakaran.
BAHA
(Mengangguk-angguk)
Dia suka bermain api sejak kecil?
NENEK
(Mulai menangis pilu)
Suka sekali. Dia suka membakar apa saja. Sampai dia membakar rumah ibunya. Ibu dan adiknya dia kunci dari luar.
BAHA
Umur berapa dia waktu itu?
NENEK
12 tahun. Polisi lalu menitipkan dia kepada Nenek. Nenek sayang tapi juga takut kepada dia.
BAHA
Lalu apa yang terjadi Nek?
NENEK
(Terdiam, menoleh ke Baha)
Kamu siapa?
BAHA
(Tersenyum)
Saya Baha, Nek. Saya ingin tahu lebih banyak tentang cucu Nenek.
NENEK
(Pikun. Tampak terganggu, tidak suka)
Cucu saya siapa? Saya tidak punya cucu.
BAHA
(Menghela napas. Tampak prihatin)
FADE IN:
44. EXT. INT. RUMAH MEWAH SOSIALITA (PAGI)
Cast: Asa, Agni, Shitta, Sopir
Agni dan Asa turun dari mobil, di depan rumah mewah yang pagarnya sangat tinggi. Pintu gerbang terbuka perlahan, lalu mobil pemilik rumah ke luar. Di dalamnya ada Sitta, sosialita istri anggota dewan. Agni membawa buku Dukun Ramal, menghambur ke pintu mobil, mengetuk-ngetuk kaca mobil.
AGNI
(Mengetuk kaca jendela belakang mobil)
Bu Shitta. Sebentar, Bu. Ada yang mau saya sampaikan.
Mobil tidak berhenti, Agni semakin kencang menggedor pintu mobil.
AGNI
(Teriak kencang)
Bu, Dukun Ramal di Pasar Malam Alun-alun mati dibunuh. Nama ibu ada di daftar korban berikutnya!
Mobil berhenti, kaca belakang terbuka perlahan.
SHITTA
Kamu siapa? Muncul-muncul bikin heboh.
AGNI
Saya Agni, Bu. Ibu dalam bahaya. Sudah dua orang tewas. Ibu saya juga juga hilang, Bu. Ada pembunuh yang memburu klien-klien Dukun Ramal Alun-alun Kota.
SHITTA
(Keki, salah tingkah)
Dukun ramal apa, sih? Saya nggak urusan dengan dukun manapun.
AGNI
(Membuka halaman buku dan menunjukkannya ke Sitta)
Nama Ibu ada di sini.
Satu nama yang ditandai sebelum Ibu tewas kemarin. Satu nama lagi, ibu saya, sampai sekarang hilang. Dukun Ramal pemilik buku ini juga tewas dibunuh.
SITTA
(Kaget, merasa ketahuan, tapi menutupinya)
Saya sudah terlambat. Saya harus bersiap untuk persiapan fashion show. Tidak ada waktu untuk hal-hal nggak penting.
AGNI
Bu, ini sangat penting, Bu. Bahaya sekali.
SITTA
Jangan macam-macam sama saya. Suami saya anggota Dewan. Kalau kamu macam-macam dengan saya, urusannya bakal panjang.
AGNI
Saya mohon, Bu. Dengarkan saya.
SITTA
(Berkata ke sopirnya)
Pak, kita berangkat. Gara-gara kamu saya jadi dapat masalah begini.
Kaca jendela mobil tertutup. Mobil berjalan.
AGNI
(Teriak)
Bu, nyawa Anda terancam, Bu!
AGNI
(Menghampiri Asa)
Kita kejar, Sa.
ASA
(Membuka pintu mobil)
Kamu tahu mereka ke mana?
AGNI
(Masuk mobil)
Nanti tanya Google.
CUT TO:
45. EXT. INT. DALAM MOBIL ASA (PAGI)
Cast: Asa, Agni
Asa mencari-cari mobil yang dikejar, Agni mengutak-atik telepon pintarnya.
AGNI
(Menyimak layar ponsel)
Ada tiga agenda fashion show di kota hari ini.
ASA
(Celingukan)
Kita kehilangan mereka, Ni. Kayaknya dia tahu kita ikuti.
AGNI
(Masih fokus dengan ponselnya)
Berhenti saja dulu.
ASA
(Meminggirkan mobil)
Kamu dapat petunjuk.
AGNI
(Mengangguk)
Beberapa. Dia bilang mau menyiapkan fashion show. Jadi acaranya paling cepat nanti sore atau malam. Lagian tidak mungkin dia jadi modelnya, kan? Kayaknya semacam penyandang dana. Dia mengaku istri anggota dewan. Itu petunjuk yang penting.
ASA
(Mengangkat dua tangannya)
Jadi?
AGNI
(Menyetel Google Map)
Hanya ada satu orang istri anggota dewan bernama Sitta. Dia aktif dalam promosi kain tradisional, salah satunya lewat fashion show. Malam ini ada ada fashion show kain tradisional di Gedung Srikandi. Kita tinggal mengikuti arahan untuk sampai di lokasi.
ASA
(Menjalankan mobil lagi)
Dukun paling tahu ya Mbah Google.
AGNI
(Melirik kaca spion)
Sejak berangkat tadi aku merasa SUV itu mengikuti kita, Sa.
ASA
Warna krem itu?
AGNI
Kayak punya Bapak.
ASA
Tipenya sama.
AGNI
(Kaget)
Itu memang Bapak, Sa. Jangan sampai kita kekejar, Sa. Ngebut, Sa.
FADE OUT:
46. INT. RUANG FASHION SHOW, GEDUNG SRIKANDI (PAGI)
Cast: SITTA, Sopir
ESTABLISH: GEDUNG SRIKANDI
Di dalam gedung, Sitta mengomel-ngomel di dalam ruangan yang hanya terisi jajaran kursi, dekorasi abstrak, dan karpet merah. Tidak ada orang. Penerangan yang buruk, terlalu redup. Sopirnya berdiri di sebelah dengan dua tangan di depan.
SITTA
(Menelepon seseorang)
Apa-apaan ini! Runaway fashion show, kok, seperti film horor saja. Penyelenggara, desainer, semua kayak main-main. Nama baik saya jadi taruhannya. Fashion show nanti malam, sekarang kok belum ada apa-apa?
Jeda sebentar, Sitta mendengarkan orang di seberang bicara.
SITTA
(Tambah kencang)
Kamu tahu siapa tamu-tamu yang akan datang? Ibu Gubernur, istri-istri kepala dinas provinsi, istri-istri anggota dewan. Mau ditaruh mana muka saya kalau sampai berantakan!
Mendengarkan lagi.
SITTA
(Bersiap menutup telepon)
Saya tidak mau tahu! Sekarang juga, saya tunggu di Gedung.
Sitta mengatur napas. Berpikir. Tampak emosi sekali.
SITTA
(Berbicara ke sopirnya)
Pak, kamu cari penanggungjawab lapangan siapa.
Jemput ke rumahnya kalau perlu. Kerja nggak ada yang profesional.
SOPIR
(Gugup)
Baik, Bu.
SITTA
Kamu jemput saja. Bawa ke sini.
SOPIR
(Merunduk-runduk)
Baik baik, Bu.
CUT TO
47. INT. EXT. DALAM MOBIL, TEMPAT PARKIR GEDUNG SRIKANDI (PAGI)
Cast: Agni, Asa
Asa memarkir mobilnya. Kepagian. Parkiran masih sepi. Belum ada orang lalu lalang.
AGNI
(Hendak membuka pintu mobil)
Kita kepagian kayaknya, Sa.
ASA
(Memegang tangan Agni, mencegahnya ke luar mobil.)
Tunggu, Ni. Lihat itu.
Agak jauh dari mobil Asa, sopir Sitta telepon sambil mondar-mandir kebingungan lalu menghampiri mobilnya. Sopir itu pun masuk ke mobil dan menyalakan mesin, membawa mobilnya pergi.
AGNI
Aku susul Bu Sitta, Sa. Kamu tunggu di sini. Jaga-jaga kalau bapakku datang.
ASA
Jangan, Ni. Bahaya. Aku saja yang ke dalam.
AGNI
(Mengambil tas ranselnya yang gemuk)
Bu Sitta akan lebih histeris kalau kamu yang ngomong. Lagian Bapak tidak akan menemukan tempat ini.
ASA
Ngapain tas kamu bawa? Penuh banget isinya.
AGNI
(Membuka pintu, malas menjawab pertanyaan Asa)
CUT TO:
48. INT. RUANG FASHION SHOW GEDUNG SRIKANDI (PAGI)
Cast: Sitta, Leak Rangda
Sitta tidak lepas dari ponselnya. Menelepon suaminya. Curhat masalahnya.
SITTA
(Kesal)
Santai bagaimana, sih, Pa?
Nanti malam itu nggak lama. Ini belum ada yang beres. Dekorasi masih kosong, kursi-kursi jelek, lampu gelap. Aduh, kalau sampai gagal aku malu sekali, Pa.
Sitta mendengarkan omongan dari seberang.
SITTA
(Agak histeris)
Bilang aja Papa memang nggak peduli sama kegiatan Mama.
Papa lebih sibuk dengan selingkuhan Papa. Iya, kan?
Sitta mendengarkan dengan tidak sabar.
SITTA
(Makin kencang suaranya)
Halah. Papa nggak usah pura-pura. Mama sudah tahu semuanya. Lihat saja, kalau kesabaran Mama habis, Mama laporkan saja ke kantor kalau bapak kawin lagi. Biar hancur semua sekalian.
Saat itulah dari ujung runaway, Leak Rangda berlenggak-lenggok penuh gembira. Musiknya adalah siulannya sendiri. Dia menari-nari begitu gembira. Sitta menyimpan teleponnya ke dalam tas.
SITTA
(Berteriak)
He, kamu! Apa-apaan, sih? Kamu siapa?
Leak Rangda itu malah semakin tampak senang. Seperti peragawati atau peragawan, berjalan membusung dada, lalu berpose di beberapa titik.
Sitta naik ke runaway hendak mengusir Leak Rangda itu. Tapi, tiba-tiba dia terhenti. Ada sesuatu pada tatapan Leak Rangda itu yang membuatnya ngeri.
Perlahan Leak Rangda itu mengeluarkan sesuatu dari baju besarnya. Sebuah alat yang menyerupai sekop. Leak Rangda lalu kembali berjalan seperti seorang peraga busana, menuju Sitta lalu menyambarkan sekop itu ke leher Sitta.
Sitta memegangi lehernya yang merembeskan darah. Napasnya terputus. Matanya melotot. Ambruk ke lantai runaway.
CUT TO:
49. INT. LORONG GEDUNG SRIKANDI (PAGI)
Cast: Agni
Agni tersadar dari pingsan. Dia menelungkup di lorong menuju ruang fashion show. Dia lalu bangun, mencangklong tas sambil memegangi kepala belakangnya yang sakit sempoyongan. Dia celingukan mencari ruang fashion show. Ada print out penunjuk arah berbunyi Peragaan Busana Kain Daerah, mengarah ke pintu tertutup. Agni menuju ke sana.
CUT TO:
50. INT. RUANG FASHION SHOW GEDUNG SRIKANDI (PAGI)
Agni menghampiri jasad Sitta yang menggeletak sambil menutup mulut. Dia melihat sekeliling. Sepi. Dia hendak memegang jasad, tapi urung. Menangis, panik, bingung harus bagaimana.
AGNI
(Terisak)
Maaf, saya terlambat.
CLOSE UP: Wajah Sitta
FADE IN:
51. INT. TENDA DUKUN RAMAL (MALAM)
Cast: Shitta, Dukun Ramal
Sitta duduk gelisah di depan Dukun Ramal. Sopir duduk di sebelahnya. Dia tampak tidak nyaman. Melihat ke kanan kiri.
SITTA
(Gelisah)
Saya ke sini karena dikasih tahu sopir saya. Katanya Simbah bisa melihat masa depan rumah tangga saya. Saya mau tahu, apa suami saya kepincut dengan pelakor?
DUKUN RAMAL
(Terkekeh)
Hm kalau iya, bagaimana, Bu?
SITTA
(Cemberut)
Apa Simbah punya santet yang bisa membunuh pelakor itu dengan menyakitkan?
FADE IN:
52. EXT. PAKIRAN GEDUNG SRIKANDI (PAGI)
Cast: Asa, Agni
Asa yang terantuk-antuk di kursi kemudi terhenyak ketika kaca jendela digebrak Agni dari luar. Dia terkesiap dan buru-buru ke luar mobil melihat Agni yang tampak panik dan ketakutan.
ASA
(Membukakan pintu untuk Agni)
Kenapa, Sayang? Kamu nggak apa-apa?
AGNI
(Duduk di kursi sambil memeluk tas. Syok)
Dia ada di sini, Sa. Bapak ada sini. Dia bunuh Bu Sitta.
ASA
(Kaget)
Kamu serius? Ya, ampun. Maaf aku tadi ketiduran. Aku nggak nyadar bapakmu datang.
AGNI
(Gemetar)
Aku tadi mau masuk ruang peragaan, tapi aku dipukul dari belakang, Sa. Aku yakin itu Bapak. Begitu sadar, Bu Sitta sudah mati di runaway. Lehernya lehernya hampir putus.
ASA
(Menghidupkan mesin)
Kamu tenang, ya. Kita pergi dari sini.
AGNI
Kita harus menemukan korban ketiga, Sa.
Kali ini tidak boleh gagal.
ASA
Apa nggak sebaiknya kita berhenti dulu, Ni? Kamu perlu menenangkan diri.
AGNI
Nggak! Aku hutang nyawa, Sa. Aku dua kali gagal. Aku nggak akan membiarkan Bapak dapat apa yang dia mau.
ASA
(Mengangguk)
Kita ke sana, Ni.
AGNI
Buruan, Sa. Jangan sampai keduluan Bapak.