CUT TO
SCENE 69
EXT – JALAN RAYA - SIANG
Pras tiba-tiba menghentikan sepeda motor besarnya. Pras bepikir. Pras kembali melanjutkan perjalanannya.
CUT TO
SCENE 70
INT – LOBBY HOTEL - SIANG
Bonita sedang menghadapi Pengacaranya Pak Bob. Sementara Han sudah menunggu Bonita.
BONITA
Sampaikan maaf saya yang sebesar-besarnya sama Pak Bob.
Ditangan Pak Boblah saya bisa seperti sekarang ini.
Kalau hal itu sudah menjadi keputusannya, saya siap.
Saya memang bersalah.
PENGACARANYA PAK BOB
Kalau sudah tahu seperti itu, kenapa kamu nekat melakukan hal ini?
BONITA
Maaf, saya nggak bisa menjelaskannya.
Percayalah, cepat atau lambat, Pak Bob pasti pasti akan memahami langkah yang sudah saya ambil ini.
(bangkit dari duduknya)
Sanya itu yang bisa saya sampaikan pada Bapak!
Sampaikan maaf dan salam saya buat Pak Bob.
Bonita kemudian melangkah pergi. Tahu kalau Bonita sudah selesai bicara sama Pak Bob, Han langsung menghampiri Bonita.
HAN
Maaf mbak..
Pak Dirgo, e...maksud saya pemilik hotel ini, mau bertemu dengan Embak.
Embak ditunggu di ruangannya.
BONITA
(penasaran)
Ada apa ya?
HAN
Saya kurang tahu.
Mari Mbak!
Bonitapun melangkah mengikuti Pak Han.
CUT TO
SCENE 71
INT – RUANGAN PAK DIRGO - SIANG
Pak Dirgo tengah membaca tabloid. Tak lama kemudian terdengar pintu diketuk.
PAK DIRGO
Masuk saja!
Tak lama kemudian pintu terbuka. Han dan Bonita nampak di sini.
BONITA
Bapak mau bertemu saya?
PAK DIRGO
Hanya kepingin ngobrol sebentar.
Ada waktu?
Silahkan duduk.
Bonitapun langsung duduk pada kursi yang sudah tersedia. Han kemudian menutup kembali pintu itu. Kini di ruangan ini hanya ada mereka berdua.
BONITA
Ada apa ya?
PAK DIRGO
Saya tahu di hotel saya ini menginap salah seorang biduan terkenal di negeri ini lewat tabloid ini.
Terimakasih telah memilih hotel saya.
BONITA
Hanya itu?
PAK DIRGO
Dan lewat tablois ini pula saya tahu anda sedang menjalin hubungan khusus sama seorang pengamen yang bernama Pras. Apa benar itu?
Bonita tersenyum. Bonita tak menyangka kalau pertanyaan itu sampai ke situ.
BONITA
Bapak ini pemilik hotel apa seorang Wartawan?
Apa perlu saya jawab pertanyaan Bapak?
PAK DIRGO
Saya kira perlu.
BONITA
Lalu apa hubungannya pertanyaan itu dengan hotel ini?
Untuk keamanan?
(Bonita tersenyum. Bangkit dari duduknya)
saya kira bapak ini mau ketemu saya mau minta tandatangan.
Maaf saya tak mau menjawab pertanyaan Bapak!
Bonita melangkah pergi.
PAK DIRGO
Pras itu anak saya!
Betapa terkejutnya Bonita mendengar pengakuan itu.
PAK DIRGO
Jadi saya kira pertanyaan itu masih ada hubungannya dengan saya.Kalau dia pergi dari rumah, kemudian milih kuliah di musik, lalu nyari uang dengan cara ngamen daripada kuliah di Fakultas Kedokteran, saya masih bisa masabodoh.Tapi ini masalah jodoh. Masalah garis keturunan.
Diam sesaat. Pak Dirgo kembali melanjutkan pembicaraannya.
PAK DIRGO
Sebelum hubungan kalian terlalu jauh, maka saya sebagai Bapaknya, masih ada hak untuk mencegahnya.
BONITA
Maksud bapak?
PAK DIRGO
Tinggalkan dia.
Saya nggak mau anak saya dapat seorang Biduan, seorang selebritis, yang menganggap perkawinan hanya sebagai pelengkap saja, kalau nggak mau disebut main-main.
Bonita mencoba untuk tabah walaupun hatinya kin sedang hancur. Bola mata Bonita berkaca-kaca. Dengan gontai Bonita keluar dari ruangannya Pak Dirgo.
CUT TO
SCENE 72
INT – DEPAN RUANGAN PAK DIRGO - SIANG
Bonita keluar dari ruangannya Pak Dirgo. Tiba-tiba Bonita merasakan pusing yang teramat sangat. Tubuhnya limbung. Bonita sempoyongan. Wajahnya kini sudah pucat. Keringat dingin membanjiri wajahnya. Bonita kemudian terjatuh. Bonita tak sadarkan diri. Para pegawai hotel tahu kalau Bonita terjatuh. Para pegawai hotel kemudian dengan cepat menolongnya.
HAN
(pada salah seorang karyawannya)
Panggil ambulan!
FADE OUTFADE IN
SCENE 73
INT – RUANG ICU - SORE
Bonita sudah siuman. Dengan segenap hati Dokter Anin memeriksa Bonita.
BONITA
Lama juga ya Dok saya nggak sadarkan diri?
Dokter Anin tersenyum.
DOKTER ANIN
Lumayanlah!
Bonita mencoba tersenyum.
DOKTER ANIN
Apa yang sedang kamu pikirkan?
BONITA
Dunia ini memang aneh.
Dokter masih ingat sama pengamen yang namanya Pras itu?
DOKTER ANIN
Mana mungkin saya bisa lupa dengan pengamen tengil gitu.
Ada apa?
Mau suruh saya untuk ngakabari dia kalau kamu sekarang ada di sini?
Nggak apa-apa kalau kamu ingin itu!
BONITA
Nggak!
Justru saya nggak pingin dia tahu kalau sekarang saya ada di sini!
Bonita terdiam. Bonita kembali tersenyum.
BONITA
Sebenarnya dia itu nggak setengil yang Dokter kira.
Ketika saya mengenal dia, dekat dengan dia, orang-orang sekitar saya pada heboh. Nggak sepadan katanya saya kenal sama dia. Bagai bumi dan langit.
Saya Biduan tenar, sementara dia hanya seorang pengamen.
Saya tetap aja mau jalan sama dia.
Setelah saya semakin dekat dengannya, saya sudah putuskan untuk nekat mencintainya, kenyataannya justru saya yang nggak sepadan untuk dirinya.
DOKTER ANIN
Kenapa begitu?
BONITA
(kembali tersenyum)
Ternyata dia itu anak seorang yang maha kaya raya!
Yang tentu saja kurang pantas jika dia memilih saya yang hanya seorang biduan.
DOKTER ANIN
Tahu dari mana kamu?
BONITA
Papa dia tadi nemuin saya di hotel.
Saya diminta untuk menjauhi dia.
Bonita tersenyum. Tak lama kemudian butiran air matanya keluar matanya. Betapa kagetnya Dokter Anin mendengar keterangan Bonita.
BONITA
Untuk mencintai seseorang dipenghujung hidup saya saja ternyata tidaklah segampang yang saya kira.
(menarik nafas dalam-dalam)
Mudah-mudahan Pras tidak akan pernah tahu kalau saya pernah berjumpa dengan Papanya.
Saya nggak mau hubungan mereka semakin buruk saja.
Kondisi Bonita semakin melemah. Dokter Anin kembali sibuk.
CUT TO
SCENE 74
EXT – DEPAN ICU - SORE
Saskia tengah menangis sesunggukkan. Ibunya Bonita mencoba untuk menenangkan hati saskia.
SASKIA
Saya bener-bener bodoh!
Bener-bener egois!
Kalau tahu kondisi Bonita seperti itu, saya nggak bakalan ikut menyalahkan, ikut memarahi dia.
Manusia apa aku ini?
IBUNYA BONITA
Sudah!
Sudah!
Hal itu juga bukan salah kamu!
Saskia semakin menangis sesunggukkan.
CUT TO
SCENE 75
INT – RUANG ICU - SORE
Kondisi Bonita kelihatan sudah semakin lemah. Dokter Anin mengambil HP dari sakunya. Dokter Anin mencoba untuk menghubungi Pras.
DOKTER ANIN
(bicara lewat HP)
Pras...
Kamu segera datang ke rumah sakit!
Bukan! Bukan Bisma, tapi Bonita.
Kondisi dia saat ini benar-benar kritis! Sekarang ada di ICU.
Sebenarnya dia itu mengidap leokimia yang sudah acut.
Cepat temui dia!
Dokter Anin kemudian mematikan HP-nya.
CUT TO
SCENE 76
EXT – JALAN RAYA - SORE
Dengan motor besarnya Pras menuju rumah sakit.
CUT TO
SCENE 77
INT – RUANG ICU - SORE
Saskia dan juga ibunya Bonita tengah menemui Bonita yang sudah tak berdaya. Nampak sekali Bonita mencoba untuk menerima nasibnya.
SASKIA
Kenapa kamu nggak mau ceritakan sakitmu ini sama aku Nit?
BONITA
Karena aku nggak mau kamu ikut terbebani.
Sas...
Aku minta maaf kalau aku punya salah padamu!
Terimakasih kamu telah mau mengikuti aku.
SASKIA
Jangan katakan itu Nit! Jangan katakan itu!
Kamu akan sembuh! Kita akan sama-sama lagi!
Tiba-tiba muncul Pras. Bonita mencoba tersenyum pada Pras. Mata Pras sudah berkaca-kaca. Ibunya Bonita mengajak keluar Saskia untuk memberi kesempatan mereka berdua.
BONITA
Kamu tahu darimana aku ada di sini?
Pras tak menjawab. Pras langsung menggenggam jemari Bonita. Pras kemudian mencium kening Bonita.
BONITA
Maafkan aku ya Pras karena telah banyak merepotkan kamu!
Perlahan-lahan air mata Pras jatuh di pipinya.
BONITA
Bagaimanapun juga aku harus bersyukur, karena di sisa umurku ini aku telah dipertemukan dengan seorang laki-laki yang aku inginkan.
Pras.
(menatap dalam-dalam mata Pras. Mencoba tersenyum walaupun sangat berat)..
Bagaimana dengan burung kita?
PRAS
(dengan suara tersendat-sendat)
Baik-baik saja!
(menengadahkan wajahnya)
Ya, Tuhan...
Selamatkan kekasihku ini!
BONITA
Aku lelah Pras...
Aku lelah sekali....