Muncul Anita dari pulang sekolah. Anita ini adiknya Bonita. Sekarang duduk di kelas 3 SMU. Tahu kalau ibunya sesak nafas, Anita langsung bergegas untuk menolongnya.
ANITA
Ke rumah sakit ya Bu?
IBUNYA BONITA
(dengan suara berat)
nggak!
Nggak usah!
Sebentar lagi juga baikan.
Diam sesaat. Menatap Anita.
IBUNYA ANITA
Gimana? Sudah ada kabar dari kakakmu?
ANITA
Belum.
Kata Mbak Sas, Mbak Nita ganti nomer HP-nya.
IBUNYA BONITA
Ada apa sebenarnya dengan dia?
Kita harus segera menyusulnya.
ANITA
Tapi...
IBUNYA BONITA
Sudah, ibu nggak apa-apa.
Nafas ibunya Bonita kelihatan semakin membaik.
CUT TO
SCENE 32
INT – KAMAR HOTEL - SIANG
Bonita tengah menatap wajahnya di cermin kamar hotel.
BONITA
Allhamdulillah...
Dalam sisa usiaku yang begitu pendek ini masih bisa berbuat sesuatu untuk orang lain.
Ternyata sudah begitu banyak waktuku yang terbuang hanya untuk mengejar kesenanganku sendiri.
Tuhan...
Air mata Bonita mulai jatuh di pipinya.
BONITA
Tuhan...
Berilah kesempatan lebih lama lagi agar saya bisa lebih banyak lagi melakukan hal-hal yang bisa berguna bagi orang lain.
Tiba-tiba muncul Saskia dengan membawa tabloid. Tabloid itu langsung diletakkan di dekat Bonita.
SASKIA
Baca ini Nita!
Baca!
(mengambil HP Bonita dan kemudian memberikannya)
Hubungi Pak Bob sebelum terlambat.
BONITA
Nggak!
Bonita mengambil T Shirt dan juga celana Jean-nya. Bonita kemudian masuk ke dalam kamar mandi hotel.
SASKIA
Please Nita...
Jangan keras kepala kamu.
Semua ini untuk masa depanmu.
Bonita menyahut dari dalam kamar mandi.
BONITA (OS)
Pokoknya enggak!
SASKIA
Ya, Tuhan...
Cepatlah sadar Nit!
Yang menggantungkan hidup di pundakmu itu orang banyak!
Kalau kau sudah siap untuk kembali hidup sengsara, bagaimana dengan mereka?
Pikir baik-baik sebelum kamu menyesalinya.
Bonita keluar dari dalam kamar mandi sudah memakai T-Shirt dan bercelana jean. Bonita nampak kelihatan santai dan cantik memakai pakaian seperti itu.
BONITA
Saskia...
Ada apa sih kamu ribut terus?
Apa kamu nggak senang melihat saya senang?
SASKIA
Justru itu saya ribut, karena saya nggak kepingin melihat kamu menderita lagi.
Dan kamu sekarang ini tengah berjalan ke arah sana! Sadarlah! Sudahi keisenganmu dengan gembel-gembel itu!
BONITA
Saya tidak lagi iseng!
Dan mereka bukan gembel!
Bonita mengambil tasnya.
SASKIA
Mau kemana?
BONITA
Itu urusan saya.
Sas, kalau kamu keberatan ikut aku, kamu boleh pulang ke Jakarta.
Uang pesawat dan gajimu sudah aku siapkan!
Bonita mengambil amplop dan amplop itu diberikan pada saskia. Dengan berat hati Saskiapun menerimanya.
BONITA
Aku minta maaf jika selama ini aku punya salah denganmu.
Ada kata-kata dan tindakkanku yang tidak berkenan buat kamu.
SASKIA
Nita...
BONITA
Sudahlah! Kamu nggak perlu membujuk aku lagi karena sudah aku putuskan untuk meninggalkan Jakarta.
SASKIA
Tidak semudah itu Nita!
BONITA
Aku tahu.
Aku juga sudah siap menghadapi Pak Bob!
Siap dengan apa saja yang akan ditimpakan padaku!
SASKIA
Lalu bagaimana dengan Ibumu?
Apa yang akan terjadi jika dia tahu semua ini, sedangkan...
BONITA
Jodoh, rejeki dan maut itu kuasa Allah!
Panjang pendeknya umur tak ada satu manusiapun yang tahu.
Bisa saja aku yang sekarang kelihatan segar bugar ternyata umurku lebih pendek dari ibuku.
Mereka berdua saling menatap. Mata Bonita nampak berkaca-kaca.
BONITA
Terimakasih kamu sudah bersedia mengikuti perjalananku.
Bersedia ikut merasakan bagaimana berat dan susahnya untuk menjadi seorang Biduan tenar.
Bonita kemudian mencium kedua pipi Saskia. Setelah itu Bonita melangkah pergi meninggalkan kamar hotelnya. Saskia kini sendirian. Saskia berpikir.
SASKIA
Aku rasa ada sesuatu yang dirahasiakannya.
Apa dia tengah jatuh hati dengan gembel itu?
Ya, Tuhan...
Nggak! Nggak akan aku biarkan hal itu terjadi pada Bonita!
Aku harus tahu kemana dia pergi sekarang ini.
Saskia kemudian memasukkan amplop itu dalam tasnya. Saskia kemudian bergegas pergi untuk membuntuti kemana Bonita akan pergi.
CUT TO
SCENE 33
INT- DEPAN KAMAR HOTEL - SIANG
Setelah keluar dari kamar hotel, tubuh Bonita tiba-tiba limbung. Bonita sempoyongan.
BONITA
Ya, Tuhan...
Jangan sekarang!
Jangan sekarang!
Bonita mencoba menguatkan dirinya. Setelah beberapa saat dan merasa sedikit ada tenaga, Bonita melangkah menyusuri lorong hotel.
CUT TO
SCENE 34
INT – RUMAH KONTRAKKANNYA PRAS - SIANG
Sarpo tengah menghitung uang hasil ngamen beberapa hari ini. Sarpo menghitung uang dengan senyum-senyum karena banyak uang yang dia kumpulkan beberapa hari ini. Sementara Anton sibuk membersihkan alat musiknya. Sementara Pras asik menyiuli salah satu burung kicauannya.
SARPO
Edan tenan!
Ngamen beberapa hari saja kita berhasil ngumpulkan uang dua juta.
Kalau begini caranya, aku yakin, beberapa hari lagi kita ngamen, kita akan bisa melunasi biaya rumah sakitnya Bismo.
PRAS
Pendapatan itu bagi dua!
Bagaimanapun juga kita harus bagi sama Bonita.
ANTON
Kenapa harus dibagi sama dia?
Dia nggak bakalan mau!
PRAS
Kalau itu lain urusannya!
Dan nanti akan saya tegaskan sama dia untuk menyudahi dia bergabung dengan kita.
ANTON
Pras, kita ini masih membutuhkan dia!
PRAS
Ton, kita juga harus tahu diri.
Kita harus tahu siapa dia sebenarnya!
Dia itu bukan orang sembarangan! Biduan Top!
Dia sudah mau membantu sejauh ini saja sudah luar biasa!
SARPO
Tapi kita masih membutuhkan dia Pras!
Walaupun nanti dia tidak mau menerima bagiannya, uang kita masih kurang.
PRAS
(menatap burung-burungnya)
Akan aku jual burung-burungku ini!
Pras kembali menyiuli burung-burungnya.
CUT TO
SCENE 35
EXT – RUMAH SAKIT - SIANG
Bonita melangkah memasukki rumah sakit. Sementara terlihat Saskia muncul dari tempat persembunyiannya. Saskia kelihatan begitu penasaran setelah tahu Bonita pergi ke rumah sakit.
SASKIA
Kenapa dia ke sini ya?
Ada apa ini?
(jengkel)
Pasti dia mau menjengung teman si gembel itu!
CUT TO
SCENE 36
INT – KAMAR SURTI - SIANG
Surti tengah mengemasi bajunya dan kemudian baju-baju itu dia masukkan ke dalam tasnya. Sementara itu Emaknya sudah tak kuasa lagi untuk mencegah kepergian Surti. Di sini juga ada Bapaknya Surti.
EMAKNYA SURTI
Kalau itu sudah menjadi keputusanmu, minggat dari rumah, jangan sekali-kali kamu pulang ke rumah ini!
SURTI
Ya! Saya nggak akan pulang!
Lagian tinggal di rumah ini seperti tinggal di dalam neraka!
Betapa panas telinganya Emaknya Surti setelah mendengar kata-kata Surti.
EMAKNYA SURTI
(hendak menampar Surti)
Kurangajar kamu!
Dengan cepat bapaknya Surti memegangi istrinya.
EMAKNYA SURTI
(meronta)
Lepaskan!
Lepaskan!
BAPAKNYA SURTI
Sudah!
Sudah!
EMAKNYA SURTI
Dasar anak durhaka!
Anak nggak bisa diuntung!
Tahu kalau kamu bakal seperti ini, bayinya sudah aku cekik saja kamu!
SURTI
Kenapa nggak Emak lakukan?
Mungkin hal itu justru lebih baik bagi saya!
BAPAKNYA SURTI
(membentak)
Surti, diam!