Bapaknya Surti kembali sibuk dengan turis asing itu. Diperlakukan seperti itu tentu saja membuat Surti semakin jengkel.
SURTI
Bapak ini lho!
Diajak ngomong kok...
BAPAKNYA SURTI
Iya!
Iya!
Aku ini nggak budeg!
(dengan turis. Dengan bahasa ingris sedapetnya)
Gimana Tuan? Five dolar! Okey?
Nampaknya turis itu tak tertarik. Wayang kulit itu dikembalikan pada bapaknya Surti. Tahu kalau turisnya pergi, Surti langsung menarik tangan bapaknya.
SURTI
Tenan ya Pak!
Jangan ngomong emak!
BAPAKNYA SURTI
(kesel)
Iya!
Iya!
Gara-gara kamu, turisnya minggat!
Surti langsung melangkah pergi.
CUT TO
SCENE 12
INT – RUMAH SURTI - MALAM
Emaknya Surti tengah memarahi Dartik. Dartik ini kakaknya Surti.
EMAKNYA SURTI
Cari Surti sampai ketemu!
Pasti dia ngamen di Malioboro lagi!
DARTIK
Kalau nggak mau Mak?
EMAKNYA SURTI
Seret dia!
Bikin malu saja.
Anaknya sinden kondang kok hanya ngamen di pinggir jalan!
Sudah sana!
Dengan wajah cemberut, Dartik pergi juga untuk mencari Surti.
CUT TO
SCENE 13
EXT – LOKASI PEMBUATAN VIDEO KLIP - MALAM
Sang Sutradara pembuatan video klip memberikan aba-aba untuk take. Bonita mulai beraksi. Kini kita bisa melihat betapa hebatnya sesosok Bonita dalam membawakan lagunya.
CUT TO
SCENE 14
EXT – LESEHAN DI MALIOBORO - MALAM
Surti juga tengah memamerkan suaranya. Sementara Pras dan teman-temannya begitu bersemangat mengiringi suaranya Surti.
CUT TO
SCENE 15
INT – RUMAH SURTI - MALAM
Tampakkan Bapaknya Surti pulang dari berjualan wayang kulitnya. Beberapa wayang kulit yang nggak laku diletakkan kembali ke tempatnya. Di situ juga sudah ada beberapa wayang kulit yang siap untuk dipasarkan. Sementara itu Emaknya Surti masih khawatir karena Surti nggak juga kunjung pulang.
EMAKNYA SURTI
Di Malioboro nggak ketemu Surti pak?
BAPAKNYA SURTI
Nggak!
Lagi pula dia itu kan sudah besar, kenapa kamu selalu saja ngurung dia di rumah? Apa sih yang kamu khawatirkan kalau dia ikut ngamen di Malioboro?
Toh yang dia ikuti itu anak baik-baik, tidak sembarang pengamen.
Mereka semua itu pada kuliah di seni musik lho!
EMAKNYA SURTI
Pengamen, ya tetap saja pengamen.
Bikin jatuh martabat saja!
Pokoknya saya nggak setuju kalau Surti itu ikut-ikutan ngamen, titik!
Anaknya sinden kondang kok ngamen di jalanan?
Apa nanti kata orang?
BAPAKNYA SURTI
Kamu sinden, punya anak penyanyi, itu klop, nggak usah dibingungkan.
Kalau kamu sinden dan Surti jadi sopir truk, itu baru boleh bingung!
EMAKNYA SURTI
Pokoknya enggak! Enggak!
CUT TO
SCENE 16
EXT – TEMPAT PEMBUATAN VIDEO KLIP - MALAM
Bonita masih mendendangkan akhir dari lagunya. Tak lama kemudian selesailah sudah Bonita membawakan lagunya.
SUTRADARA
Cut!
Para crew dan juga para penonton langsung bertepuk tangan.
CUT TO
SCENE 17
EXT – LESEHAN DI MALIOBORO - MALAM
Surti juga tengah membawakan akhir dari lagunya. Setelah selesai, tak ada seorangpun yang memberikan tepuk tangan padanya. Yang ada hanyalah butiran keringat yang tengah membasahi wajahnya. Sementara orang-orang masih saja menikmati santapan malamnya.
Setelah Surti beraksi, kini giliran Sarpo untuk mengumpulkan uang saweran dengan topinya. Gemrincingnya uang logam dan beberapa lembaran ribuan adalah jerih payah kreatifitas pengamen jalanan ini. Tiba-tiba ada salah seorang turis asing yang begitu tertarik dengan penampilan mereka memberikan selembar uang lima puluh ribu rupiah. Tentu saja hal ini membuat Sarpo terkulum senyum pada turis itu.
CUT TO
SCENE 18
EXT – SEKITAR LOKASI PEMBUATAN VIDEO KLIP - MALAM
Gambar dimulai dengan minuman kaleng yang dibuka hingga terdengar bunyi dan juga keluarnya asap tipis dari minuman kaleng itu. Kini kita bisa mengetahui kalau yang membuka minuman kaleng itu adalah Bonita. Bonitapun kemudian meminum minuman kaleng itu. Sementara Bonita meminum minuman kaleng, seorang make up sibuk mengelap keringat Bonita dengan lembaran-lembaran tisue.
CUT TO
SCENE 19
EXT – MALIOBORO - MALAM
Sambil jongkok Surti menenggak air mineral. Sementara terlihat keringat yang membasahi kening Surti. Sesekali Surti mengusap keringat itu dengan lengannya.
Di sini juga terlihat Sarpo yang tengah menghitung uang hasil sawerannya. Setelah menghitung Sarpopun kemudian melangkah menghampiri Pras.
SARPO
Pras, kita hanya dapat tujuh puluh lima ribu rupiah, itu saja karena ada bule yang baik hati yang ngasih limapuluh ribu rupiah.
Gimana Pras?
Pras menarik nafas dalam-dalam. Pras kemudian melihat jam rantai yang selalu dimasukkan pada saku celananya.
PRAS
Kita teruskan lagi.
Mudah-mudahan Tuhan tahu akan kesulitan yang kita hadapi sekarang ini.
Pras kembali melangkah untuk kembali beraksi.
CUT TO
SCENE 20
EXT – SEKITAR LOKASI PEMBUATAN VIDEO KLIP - MALAM
Bonita menatap para crew yang sedang memberesi peralatannya. Sementara terlihat Saskia sibuk mengemasi baju-bajunya Bonita.
BONITA
(dengan suara pelan)
Ya, Tuhan...
Haruskan aku tinggalkan pekerjaan yang aku cintai secepat ini?
Mata Bonita menerawang dan berkaca-kaca. Sementara kita melihat HP Bonita yang selalu dibawa Saskia berbunyi. Saskia melihat layar HP itu. Saskia tahu kalau yang menelpon tadi adalah Pak Bob. Saskia memberikan HP itu pada Bonita.
SASKIA
Dari pak Bob!
BONITA
Kamu saja yang nerima.
SASKIA
Jangan gila kamu!
Ini Produser kamu!
Bonitapun langsung melangkah pergi. Dengan terpaksa Saskia mengangkat HP itu dan berjalan mengikuti Bonita.
SASKIA
Halo?
Saya Pak Saskia.
Udah, baru saja selesai.
Dia lagi ganti baju.
Iya dong!
Besok kita akan segera balik ke Jakarta.
Baik Pak!
Saskia kemudian menutup HP itu. Saskia mengejar langkah Bonita.
SASKIA
Gila kamu Nit!
Ada apa sih kamu?
BONITA
Saya lagi capek!
Dan kalau dia nelpon lagi, saya nggak mau diganggu!
Dan katakan saya butuh istirahat di sini barang dua atau tiga hari lagi.
SASKIA
Jangan aneh-aneh deh kamu!
Lagian mana mungkin Pak Bob membolehkan kamu lama-lama di sini.
Kalau emang capek, di Jakarta kan juga bisa istirahat Non!
BONITA
Aku pingin di sini, di Yogya!
Kota yang pernah membesarkan aku!
Bonita mempercepat langkahnya. Saskia berusaha untuk mengejarnya.
CUT TO
SCENE 21
EXT – MALIOBORO - MALAM
Sebelum memainkan musiknya, Sarpo membukanya dengan beberapa kata-katanya. Tentu saja semua ini dilakukan Sarpo untuk mengetuk pintu hati pendengarnya untuk bisa memberi uang lebih banyak untuk menyawer.
SARPO
Selamat malam!
Selamat menikmati santap malam di lesehan Malioboro.
Mudah-mudahan musik kami akan menambah kenikmatan anda malam ini.
Hari ini adalah hari yang begitu penting bagi kelompok musik kami.
Kami sedang mengumpulkan uang untuk biaya salah seorang personil kami yang kini tengah tak berdaya di sebuah rumah sakit.
Pras nampaknya kurang suka dengan apa yang telah dikatakan Sarpo. Pras kemudian secara diam-diam pergi begitu saja. Setelah Pras pergi, beberapa personil lain lain mengikuti, juga Surti. Tahu kalau semua pada pergi, Sarpopun kemudian ikut pergi. Tentu saja hal ini membuat orang-orang yang tengah menikmati makan malamnya pada senyum-senyum.
CUT TO
SCENE 22
EXT – MALIOBORO - MALAM
Bonita berjalan menyusuri Malioboro. Sementara Saskia mencoba mengejarnya sambil membawa HP Bonita yang berbunyi.
SASKIA
Nita!
Jangan main-main kamu!
Ini pak Bob!
Kamu harus bicara padanya!
Please Nita, please!
Bonita menghentikan langkahnya. Bonita berpikir sejenak. HP masih berbunyi. Bonita kemudian memutuskan untuk menerimanya.
BONITA
(bicara lewat HP)
Halo?
Udah seleseai!
Pak, hari ini saya benar-benar kecapean!
Saya butuh dua atau tiga hari untuk di Yogya!
Saya pingin istirahat di sini! Menenangkan pikiran!
CUT TO
SCENE 23
INT – RUANG KERJA PAK BOB - MALAM
Pak Bob tengah bicara dengan Bonita lewat HP-nya.
PAK BOB
Kamu bercanda kan?
(diam sesaat)
Nggak bisa Nita.
Scedul kamu begitu rapat.
Besok malam ada jumpa pers untuk album barumu.
Beberapa hari kemudian kamu harus bersiap-siap pentas di sepuluh kota besar.
Nggak bisa!
Nggak bisa diundur.
Kamu jangan mulai macam-macam deh!
Jangan mentang-mentang kamu sekarang lagi ada di atas!
Ingat, kamu lagi berhadapan sama siapa?
Bisa saja saya dengan sekejab menjatuhkan kamu.
Pikirkan lagi Bonita!
Terlihat dari wajahnya kita bisa tahu kalau Pak Bob ini masih begitu kesal dengan Bonita.
CUT TO
SCENE 24
EXT – MALIOBORO - MALAM
Bonita masih bicara sama Pak Bob lewat HP-nya.
BONITA
(dengan suara berat)
Ya, sudahlah!
Mendengar apa yang dikatakan Bonita, Saskia tersenyum. Bonita menarik nafas dalam-dalam.
SASKIA
(sembari mengepalkan tangannya. Dengan suara hampir tak terdengar)
yes!
Bonita kembali bicara dengan Pak Bob.
BONITA
Apa yang dilakukan pak Bob, saya ngikut saja.
Keputusan saya sudah bulat.
Saya akan tinggal beberapa hari di sini.
Saya ingin menikmati hidup di kota yang pernah membesarkan saya.
Mungkin juga akan selamanya di sini!