CUT TO
SCENE 05
INT – RUANGAN DOKTER ANIN – SIANG
Dokter Anin masih bersitegang dengan Pras.
DOKTER ANIN
Kamu itu yang sakit!
Ini semua peraturan rumah sakit, dan peraturan itu juga berlaku dimana-mana.
Kamu pikir papa kita membangun rumah sakit ini cukup dengan mengucap simsalabim, terus berdiri rumah sakit ini?
Kamu ini memang kacau! Selalu saja bikin masalah!
Disuruh kuliah di kedokteran agar kelak bisa memegang rumah sakit ini, malah minggat dari rumah, milih kuliah di fakultas jrang-jreng-jrong!
Kini bisa berbuat apa kamu dan teman-temanmu dengan musikmu? Bisa apa?
PRAS
Cukup!
Aku nggak perlu berdebat dengan kamu!
Pras menarik nafas dalam-dalam. Mengambil box telpon dan kemudian memberikan box telpon itu pada Dokter Anin.
PRAS
Tolong...
Selamatkan nyawa temanku!
Percayalah, saya dan teman-teman akan membayarnya.
DOKTER ANIN
Dari mana uangnya?
Dari hasil ngamenmu?
Walaupun kalian kumpulkan uang ngamen itu bertahun-tahun, tak akan sanggup untuk melunasinya.
Pras mencoba untuk meluluhkan hati Dokter Anin.
PRAS
(dengan emosi yang berbeda)
Mbak...
Aku mohon...
Dokter Anin menarik nafas dalam-dalam.
DOKTER ANIN
Oke! Tapi kamu harus janji!
Gimana?
PRAS
Apa itu?
DOKTER ANIN
Kamu harus kembali ke rumah.
Minta maaf sama papa.
Selain itu kamu harus meninggalkan fakultas jrang-jreng-jrongmu itu dan segera kuliah di kedokteran.
Gimana?
Pras nampak berpikir keras. Dokter Anin kemudian mengambil box telpon yang dibawa Pras dan kemudian meletakkan ke meja kerjanya.
DOKTER ANIN
Kalau nggak mau, biar aku telpon anak buahku untuk segera menyuruh pergi temanmu dari rumah sakit ini!
PRAS
Oke!
Aku mau!
DOKTER ANIN
Kamu tidak sekedar bikin kakakmu ini senang kan?
Pras mencoba meyakinkan.
PRAS
(dengan suara yang sedikit tinggi)
Oke Dokter Anin.
Aku akan segera pangkas rambut, tinggalkan gitarku dan segera masuk di fakultas kedokteran.
Setelah aku jadi Dokter, akan aku pimpin rumah sakit ini.
PRAS
Tahu apa yang akan aku lakukan di hari pertama mimpin di sini?
Akan aku pecati orang-orang yang tidak bersedia menerima temanku tadi!
Anin tersenyum. Anin kemudian menekan beberapa nomor untuk menghubungi anak buahnya.
PRAS
Mbak, jangan beritahu kalau aku ini sebenarnya adikmu!
DOKTER ANIN
Kenapa?
PRAS
Nanti akan bocor!
Sampai saat ini teman-temanku nggak ada yang tahu kalau aku ini....
Dokter Anin langsung memotong.
DOKTER ANIN
Siapa mau ngakuin adik yang bau seperti kamu?
Bikin jatuh martabat saja!
Siapa nama temanmu?
PRAS
Bisma!
DOKTER ANIN
Bagus juga nama temanmu!
Dokter Aninpun kemudian bicara dengan salah seorang anak buahnya di telpon.
DOKTER ANIN
Halo?
Saya minta pasien yang bernama Bismo untuk segera ditangani.
Administrasinya menyusul!
Ya, orangnya masih di sini.
Nggak tahu dia nanti bisa bener-bener tanggung jawab apa nggak, kita percaya saja deh!
Dokter Anin menutup telponnya. Pras kemudian tersenyum. Sebelum pergi, Pras mencium pipi Dokter Anin. Dokter Aninpun tersenyum akan kelakuan adiknya ini.
CUT TO
SCENE 06
INT – KAMAR HOTEL - SIANG
Bonita menatap cermin yang ada di kamar hotel. Di sini terngiang nasehatnya Dokter Anin. Bola mata Bonita nampak berkaca. Kita juga melihat kalau Bonita berusaha untuk tabah. Bonita kemudian melihat foto dirinya dengan mamanya pada layar HP-nya.
BONITA
Ya, tuhan...
Kenapa kau berikan cobaan seberat ini?
Perlahan air mata Bonita jatuh di pipinya.
CUT TO
SCENE 07
INT – TEMPAT KONTRAKKAN PRAS - SIANGPras dan teman-temannya yang bernama Sarpo, Kun dan juga Anton berada di rumah kontrakkannya. Dirumah ini kita bisa melihat beberapa alat musik. Celo, ukulele, gitar dan juga sebuah biola. Alat-alat musik inilah yang dipakai mereka untuk mengamen di malam harinya. Selain itu kita bisa melihat beberapa sangkar burung yang digantung yang tertutup kerodong.
Terlihat Sarpo sedang menghitung uang dari hasil ngemennya. Nampaknya uang yang mereka kumpulkan selama ini tidaklah begitu banyak. Sementara itu kita bisa melihat Pras tengah mengerodong sangkar burung yang lainnya.
SARPO
Semua ada tujuh ratus ribu tujuh ratus rupiah.
Setelah tahu berapa uang yang sudah mereka kumpulkan, Pras kelihatan begitu gelisah. Pras menggantungkan sangkar burung yang sudah dikerodong.
PRAS
Berarti mulai malam nanti kita bener-bener harus bekerja keras.
Kita perlu banyak uang untuk bayar rumah sakit!
Tiba-tiba muncul Surti. Butiran-butiran keringat masih tampak di kening Surti. Surti ini adalah Biduanita andalan grupnya Pras. Surti kemudian memberikan beberapa lembaran uang yang cukup banyak untuk ukuran mereka. Lembaran uang itupun kemudian dia berikan pada Pras.
SURTI
Mudah-mudahan uang ini bisa untuk tambah-tambah.
PRAS
Kamu dapat darimana uang sebanyak ini?
SURTI
Aku jual kalungku!
Pras kemudian menatap leher Surti, tapi di leher itu masih melingkar sebuah kalung.
PRAS
Lha itu kalungmu masih!
Surti menjatuhkan pandangannya ke tanah.
SURTI
Imitasi.
Takut kalau Emak nanti menanyakan!
Pras berpikir. Surti sedikit memaksa Pras untuk menerima uang itu. Uang itupun kemudian diterima Pras..
PRAS
Terimakasih Sur!
SARPO
Ikut ngamen to Sur nanti malam?
Dan uang itupun kemudian diberikan pada Sarpo untuk disimpan.
PRAS
Nggak usah dulu lah!
Emaknya kan nggak suka kalau dia ikut ngamen!
KUN
Tapi Pras, mana bisa kita dapat uang banyak kalau tanpa dia?
SURTI
Benar Mas Pras!
Bukannya kita sedang butuh banyak uang?
Pras nampak berpikir.
DISSOLVE INTO
SCENE 08
EXT – NGEJAMAN YOGYAKARTA - MALAM
Ngejaman ini letaknya tak jauh dari Malioboro. Sebuah jam tua ini menunjukkan pukul sembilan malam.
CUT TO
SCENE 09
EXT – SEKITAR BENTENG VREDERBERG YOGYA - MALAM
Di sekitar benteng Vandenberg, benteng peninggalan jaman belanda yang terletak di ujung jalan Malioboro ini akan diadakan shoting video klip-nya Bonita.
Crew pembuatan vidio klip ini kelihatan sibuk menyiapkan segala sesuatunya untuk kepentingan pengambilan gambar. Kamera menyisir Surtibukan ini hingga menemukan Bonita, biduan cantik yang masih naik daun ini sedang dimakeup
CUT TO
SCENE 10
EXT – TEMPAT MANGKIRNYA GERBONG-GERBONG TUA - MALAM
Kita menyaksikan Surti, sang biduanita jalanan tengah membedaki wajahnya dengan bedak murahan. Sementara Pras, Sarpo, Kun dan juga Anton, tengah latihan dengan lagunya yang akan digunakan untuk ngamen malam ini.
SARPO
(pada Surti)
Sudah nggak usah cantik-cantik!
Kayak mau manggung saja!
Surti nampak cuek saja. Sarpo jadi sedikit kesel. Sarpo kemudian menghampiri Surti yang tengah mempercantik diri.
SARPO
Udah!
Nggak usah ketebelen, nanti malah kayak setan!
Surti kelihatan jengkel.
SURTI
Wong edan!
Katanya malam ini kita pingin dapet duit banyak, apa salahnya aku sedikit tampil beda?
SARPO
Buat penampilan, apa biar Pras jatuh hati sama kamu?
Surti bangkit dari duduknya.
SURTI
(kesel)
Crewet!
Surtipun melangkah pergi. Sarpo hanya cengar-cengir saja.
SARPO
(pada teman-temannya. Dengan bahasa preman jogya)
Dayi dab!
Pras, Kun dan Anton langsung melangkah mengikuti Sarpo dan Surti.
CUT TO
SCENE 11
EXT – MALIOBORO - MALAM
Tampakkan seorang laki-laki yang sudah berumur tengah menawarkan wayang kulit pada salah seorang turis asing. Laki-laki yang sudah berumur ini bapaknya Surti. Bahasa ingrisnya bapaknya Surti walaupun kaku tapi bisa untuk komunikasi sama turis asing itu. Turis asing itu tengah mengamati wayang kulit yang ditawarkan bapaknya Surti.
Trelihat Surti tengah berjalan menyusuri Malioboro. Surti berpapasan sama bapaknya. Bapaknya Surti sempat menatap Surti dan juga teman-temannya sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
Surti sempat melewati bapaknya. Surti nampak berpikir. Surti putuskan untuk menemui bapaknya.
SURTI
Pak!
Bapaknya Surti tak menggubris Surti. Bapaknya Surti masih asik merayu turis yang tengah mengamati wayangnya. Surti nampak jengkel.
SURTI
(meninggikan suaranya)
Pak!
BAPAKNYA SURTI
(kesel)
Ono opo?
SURTI
Nggak usah bilang sama Emak kalau aku ikut ngamen lagi!