EXT. KOMPLEKS RUMAH ARIN - SIANG (NOVEMBER 2007)
Randi dan Aryo berjalan kaki di sebuah gang sempit. Sesekali mereka harus memiringkan badan ketika berpapasan dengan orang yang berjalan dari arah sebaliknya.
ARYO
Masih jauh rumahnya Ran?
RANDI
Udah deket sih. Tapi gue lupa-lupa inget rumahnya yang mana. Udah lama gue nggak ke sini. Suasana kampungnya udah lain, lebih padet.
Mereka berbelok ke kiri di pertigaan berikut. Randi pun bertanya pada warga. Warga tersebut dengan baik hati menunjukkan rumah Arin yang terlihat di ujung gang. Setelah berterima kasih, Randi dan Aryo bergegas pergi ke sana.
Rumah Arin tidak berpagar. Pintu depannya tertutup. Randi mengetuk pintu itu dan mengucapkan salam. Tidak ada jawaban. Randi mengetuk lagi. Setelah lima menit berlalu, akhirnya seseorang membukakan pintu.
IBU ARIN adalah seorang wanita paruh baya sederhana. Raut wajah beliau nampak lelah namun tegar. Beberapa helai rambutnya mulai memutih. Beliau mengenali Randi, seketika ekspresinya berubah menjadi lebih cerah ketika melihatnya.
IBU ARIN
Waalaikumsalam... Eh, ini Mas Randi ya? Wah sudah tumbuh besar sekarang.
RANDI
(menyalami Ibu Arin)
Iya, bu.
IBU ARIN
(berpaling ke Aryo)
Kalau gitu, ini Mas Aryo?
Aryo terkejut Ibu Arin bisa mengenalinya meskipun dia baru berteman beberapa bulan saja dengan Arin dan mereka belum pernah bertemu. Aryo mengangguk lalu menyalaminya. Ibu Arin membaca ekspresi keterkejutannya itu.
IBU ARIN (CONT'D)
Arin banyak cerita soal kalian. Ayo, silakan masuk. Maaf tempatnya sempit.