18. INT. RUANG KELAS - PAGI (JULI 2007)
Randi datang lebih awal karena hari itu adalah jadwal piketnya. Seperti biasa Aryo sudah datang lebih dulu. Dia sedang menghapus papan tulis ketika Randi masuk. Randi berjalan menuju tempat duduknya dan meletakkan tasnya. Selesai membersihkan papan tulis, Aryo terduduk di kursi guru di depan. Pandangannya kosong ke arah lantai. Randi merasa iba. Dihampirinya kawannya itu.
RANDI
Pasti tentang masalah kemarin ya?
Aryo mengangguk pelan. Randi lalu duduk di bangku murid paling depan dan memasang wajah serius.
RANDI (CONT'D)
Yo, gue minta maaf sama lu yah. Coba kalo lu nggak gue ajak ngibulin Dimas buat daftar basket, lu nggak bakal kena masalah kayak gini.
ARYO
Nggak masalah, Ran. Bukan salah lu, memang nggak seharusnya ada siapapun yang ngelarang kita gabung ekskul yang kita mau.
RANDI
Iya, tapi gue nyiram bensin ke api dengan cari masalah sama dia. Dan sekarang malah lu yang kebakar. Yang jelas Yo, lu nggak sendirian. Gue siap bantuin lu. Orang kayak Dimas harus dikasih pelajaran biar nggak semena-mena.
ARYO
Prioritas gue bukan balas dendam ke Dimas. Yang lebih mendesak sekarang urusan sama Pak Said. Gue perlu cari kerja Ran. Nggak mungkin gue minta ke ibu gue. Kalo lu ada informasi lowongan, kasih tau gue ya. Kerja apa aja gue mau, yang penting gue bisa nabung.
Randi berpikir sejenak. Sesaat kemudian matanya bersinar dan dia menjentikkan jari.
RANDI
Oh iya! Ada, Yo!