17. EXT. LAPANGAN BASKET - SORE (JULI 2007)
Pertemuan kedua latihan ekskul basket. Di luar ekspektasi Dimas, Randi dan Aryo kembali hadir. Mereka tidak mengundurkan diri. Anggota ekskul basket dibagi menjadi dua tim untuk latih tanding. Randi dan Aryo berbeda tim, tapi Randi satu tim dengan Dimas.
Latih tanding berjalan lancar selama dua kuarter. Di kuarter ketiga Aryo akan melakukan tembakan melayang, namun berhasil diblok dengan kuat oleh Dimas. Bola terlempar keluar lapangan, menuju ke sebuah mobil yang diparkir di pinggir. Mobil kepala sekolah.
Bola basket itu membentur sisi kiri kaca depan mobil itu dengan keras hingga membuat retakan besar. Beberapa saat kemudian KEPALA SEKOLAH SAID JAYADI berlari tergopoh-gopoh keluar kantornya yang terletak tidak jauh dari lapangan.
PAK SAID
(Kedua tangan memegang dahi)
Apa ini?! Kalian semua, ke sini sekarang!
Semua anggota ekskul basket, termasuk pelatih, datang menghampiri Pak Said.
PAK SAID
(menghela napas untuk menenangkan diri)
Coba salah seorang jelaskan pada saya, mengapa kaca depan mobil saya
retak.
Dimas mengacungkan tangannya. Randi memperhatikan ada ekspresi kemenangan muncul dari senyumnya yang tertahan.
DIMAS
Mohon maaf, Pak. Ini terjadi karena kecerobohan anggota tim kami. Saya sebagai kapten tim akan mengganti kerugian yang dialami Bapak.
PAK SAID
Bagus. Kamu sebagai pemimpin punya rasa tanggung jawab yang besar dan rela berkorban untuk anggotamu. Tetapi yang bersalah tetap harus bertanggung jawab. Sekarang yang merasa berbuat silakan mengaku.
Hening. Semua orang tidak ada yang berani melaporkan bahwa Dimaslah yang memang seharusnya bertanggung jawab. Dimas menyeringai kecil. Beberapa anggota berbisik-bisik dan melirik ke arah Aryo. Tekanan sosialnya sangat terasa. Randi mengernyitkan dahi, merasa tidak nyaman. Aryo mengepalkan tangan kanannya.
ARYO
Saya, Pak. Mohon maaf sudah memecahkan kaca mobil Bapak.
PAK SAID
Tunggu sebentar. Kamu, yang waktu itu bukan? Yang asalnya dari luar kota? Siapa namamu?
ARYO
(mengangguk)
Betul, Pak. Nama saya Aryo.
PAK SAID
Sangat disayangkan. Tapi tidak apa-apa. Kamu sudah benar, berani mengaku. Sekarang begini. Karena retakan kacanya besar, maka ini tidak bisa diperbaiki. Harus diganti yang baru. Soal harga persisnya saya kurang mengerti, tapi saya yakin di atas satu juta rupiah. Karena saya bermurah hati, mari kita anggap satu juta pas saja. Nah, saya yakin teman kalian Aryo ini tidak sengaja melakukannya, jadi saya sarankan biaya ganti ruginya dibebankan pada kas ekskul basket saja. Bagaimana?
DIMAS
Mohon maaf, Pak Said. Tapi uang kas basket tidak mencukupi untuk mengganti kaca mobil bapak. Saya setuju dengan kalimat Pak Said sebelumnya, bahwa yang bersalah harus bertanggung jawab. Ini agar bisa jadi bahan pelajaran yang baik untuk Aryo juga. Tapi, kalau boleh usul, saya harap Pak Said bisa memberi kelonggaran batas waktu pembayarannya kepada Aryo, agar tidak terlalu berat.
Randi melotot geram pada Dimas. Tubuhnya bergetar karena amarahnya yang memuncak pada orang berlidah ular ini.
PAK SAID
Hmm... Betul, kamu betul. Kalau begitu saya beri batas waktu sampai akhir semester ini untuk ganti
ruginya, bagaimana Aryo? Kamu bisa menyanggupi?
ARYO
Bisa, Pak. Terima kasih karena telah memberikan toleransi. Sekali lagi saya mohon maaf.
PAK SAID
Baik, saya pegang perkataanmu. Kalau begitu, masalahnya selesai. Saya mau panggil mobil derek untuk angkut mobil saya ke bengkel. Kalian boleh melanjutkan latihan kembali.
Anggota ekskul basket kembali ke lapangan. Dimas menyenggol bahu Aryo.
DIMAS
(tersenyum lebar)
Udah gue bilang kalo lu bakal nyesel masih gabung basket.
Randi berjalan ke arah Dimas, tinjunya terkepal. Menyadari apa yang akan dilakukan Randi, Aryo menghalanginya dan mendorongnya menjauh. Dimas tertawa.
DIMAS
Seharusnya lu bilang terima kasih sama gue. Mana mampu lu kalo disuruh bayar kontan.