Anisa berdiri diatas pelantar dekat pantai sambil menatap laut.
Beberapa saat kemudian Nurul datang dengan membawa minuman dan memberikan ke Anisa.
NURUL
Adanya cuma yang rasa ini, gak ada Bobanya. Gak apa-apa kan, bisa hilangin haus juga koq.
ANISA
Iyaa... Gak apa-apa. Makasih ya
NURUL
Sama-sama. Eh.. Nur. Kenapa?
ANISA
Tadi malam aku makan malam sama Ardan.
NURUL
Ciye.. Ciyee.. Jadi akhirnya sama Ardan nih? Terus si mata sipit gimana donk? Apa buat aku aja.
ANISA
Ih... Kamu.
NURUL
Kayaknya makin laris manis aja.
ANISA
Semalam ketika kami sedang makan aku lihat ada sesuatu yang aneh di lengan Ardan.
Nurut agak kaget sambil menyeruput minumannya.
NURUL
Mencurigakan gimana? Dia kelihatan keren, tajir, pinter.
ANISA
Memang kelihatan nya kayak gitu. Tapi Aku gak tau masa lalunya, aku curiga dia bukan orang baik.
NURUL
Hmmm.. Jangan suāudzon dulu.
ANISA
Astaghfirullah iya, harusnya aku gak berprasangka buruk terhadapnya.
Anisa meminum minumannya lalu berjalan menjauhi pelantar.
INTER CUT
Kedua wanita muda itu melanjutkan jalan di tepian pantai dan pepohonan.
NURUL
Kamu mungkin coba selidiki dia dulu sebelum mengambil keputusan memilih Ardan.
ANISA
Iya,
ANISA
Iya besok malam dia pergi. Malam ini kami ada janji mau makan malam di cafe biasa.
CUT TO