122 INT. KAFE RAHMAH – DALAM – SIANG
Abo dan Gufron duduk di hadapan Tenri yang tampak sangat tegang.
ABO
Apa kau punya musuh?
Tenri menggeleng.
GUFRON
Sebenarnya ini agak aneh karena mereka tidak meminta uang tebusan.
TENRI
Makanya aku bingung.
GUFRON
Jangan-jangan ini ada hubungannya dengan Wizy.
Tenri menatap Gufron. Pada saat bersamaan, Ponsel Tenri berdering.
GUFRON
Cepat angkat.
Tenri dengan hati-hati menerima panggilan itu.
TENRI
Halo.
PENCULIK 1 (O.S.)
Kami tunggu di Pulau Kodingareng Keke jam 3 sore ini. Ingat, datang sendiri. Kalau kami melihat orang lain atau polisi, adikmu akan mati.
TENRI
Kumohon, jangan sakiti adikku.
PENCULIK 1 (O.S.)
Selama kau mengikuti perintah kami, kami tidak akan menyakiti dia. Sekarang matikan ponselmu. Kalau masih aktif, kau akan menerima kabar buruk.
Sambungan telepon terputus. Hening beberapa saat.
ABO
Apa tidak sebaiknya kita lapor polisi saja?
Tenri buru-buru menoleh ke arah Abo.
TENRI
Jangan, mereka akan membunuh Wenni.
ABO
Tapi mereka juga mungkin akan membunuhmu kalau kau menemui mereka.
Kembali hening. Gufron berdiri. Tampak berpikir. Setelah itu ia menghampiri Tenri.
GUFRON
Apa kau yakin mereka di Tanjung Bunga?
TENRI
Lokasi GPS di sana.
GUFRON
Kalau begitu, kita tidak punya pilihan lain. Kita harus ke sana.
CUT TO:
123 EXT. KOMPLEKS PERUMAHAN TANJUNG BUNGA – MOBIL - SIANG
Gufron mengemudikan mobil mengitari kompleks perumahan. Abo yang duduk di sampingnya memperhatikan keadaan sekitar bersama Tenri yang duduk di kursi belakang. Tenri terlihat mengenakan topi.
CUT TO:
124 EXT. KOMPLEKS PERUMAHAN TANJUNG BUNGA – MOBIL - SIANG
Mobil berhenti di perempatan kompleks.
GUFRON
Kalau petunjuk GPS itu tepat, mobil Wenni ada di antara salah satu dari empat rumah itu.
Gufron menunjuk jejeran rumah yang berjarak sekitar seratus meter dari tempat mereka memarkir mobil. Sebagian berpagar tinggi. Ada juga mobil yang terparkir di depan rumah dengan kain penutup.
TENRI
Mustahil memeriksa rumah-rumah itu.
ABO
Kita pantau saja dulu.
CUT TO:
125 EXT. KOMPLEKS PERUMAHAN TANJUNG BUNGA – MOBIL - SIANG
Tenri melihat jam tangannya. Sudah jam 1 siang. Belum ada petunjuk keberadaan Wenni dan mobilnya.
Mereka masih menunggu.
Tiga puluh menit berlalu lagi. Tenri mulai gelisah.
TENRI
Kita pergi saja. Aku akan Temui mereka di Pulau Kodingareng Keke.
ABO
Kalau kau memang harus ke sana dan menyerahkan nyawamu, lebih baik kita dobrak saja rumah itu.
TENRI
Jangan. Terlalu berisiko. Mereka pasti akan menghabisi Wenni. Lagipula, kita belum tahu apakah Wenni ada di sekitar sini atau tidak. Bisa saja mereka hanya menaruh mobilnya di sini sementara Wenni dan para penculiknya ada di tempat lain.
Gufron menatap Tenri lewat kaca spion.
GUFRON
Kalau kau menemui mereka, belum tentu juga Wenni bisa diselamatkan. Mereka akan membunuhnya karena dia saksi kunci.
TENRI
Setidaknya aku tidak harus melihat mayat adikku. Aku sangat menyayanginya. Aku bahkan rela menyerahkan seluruh hartaku untuk menebusnya.
Tenri mengusap matanya.
GUFRON
Tenanglah, Tenri.
TENRI
Ini semua salahku. Wenni tidak akan mendapat masalah seperti ini kalau aku tidak menjadikan dia adik angkatku. Akulah yang mencelakakan dia.
ABO
Kau jangan .... (kalimat Abo tertahan). Lihat! Ada yang keluar dari rumah itu.
Tenri melihat ke arah telunjuk Abo. Seorang pria dan wanita tampak membuka pintu pagar lalu berjalan ke arah mobil. Keduanya mengenakan jaket kulit dan kalung tengkorak.
TENRI
Mereka ...
Mata Tenri membelalak. Ia mengenali kedua orang itu. Mereka yang ia lihat di Panakkukang XXI.
GUFRON
Ada apa, Tenri?
TENRI
Mereka yang menculik Wenni.
GUFRON
Bagaimana kau bisa tahu?
TENRI
Aku akan jelaskan nanti. Cepat, kita harus menangkap mereka.
Tenri menepuk pundak Gufron, memintanya menghidupkan mesin mobil. Kedua orang itu semakin dekat. Mobil bergerak pelan. Ketika mobil melewati kedua orang itu, Tenri dan Abo melompat turun.
Kedua orang itu menoleh dan tampak terkejut. Si Pria mencoba menarik pistol dari balik bajunya. Namun, gerakan Tenri jauh lebih cepat. Ia menabrak tubuh pria itu hingga terjatuh. Pria itu mencoba bangkit, tapi Tenri langsung menghajarnya. Pria itu seketika terkapar di jalan dan tak bergerak.
Abo juga berhasil melumpuhkan rekannya. Tangan Abo terlihat melingkar di leher wanita itu sehingga ia sama sekali tidak bisa berteriak.
Tenri mengambil pistol pria yang baru saja ia lumpuhkan lalu berlari ke rumah tempat kedua orang itu keluar beberapa saat lalu.
CUT TO:
126 INT. SEBUAH RUMAH DI KOMPLEKS TANJUNG BUNGA – DALAM - SIANG
Tenri menerebos masuk ke dalam rumah. Penculik 1 yang bertubuh kekar mengadangnya di ruang tengah. Tenri langsung menodongkan senjata ke wajahnya.
TENRI
Jangan coba-coba bergerak kalau kau masih sayang nyawamu. Di mana adikku? Di mana kau menyekapnya?
PENCULIK 1
Anda siapa? Adik Anda siapa?
Penculik 1 berkilah. Tenri menyeringai marah.
TENRI
Tidak usah berpura-pura. Aku kenal suaramu.
Tenri memukul wajah Penculik 1 dengan penuh amarah. Penculik 1 ambruk dengan mulut berdarah. Ketika ia mencoba mengangkat wajahnya, Tenri menendang tangan tumpuannya.
PENCULIK 1
Kau mematahkan tanganku.
Penculik 1 meringis kesakitan sambil memegangi tangannya. Tenri berjongkok dan memegang leher Penculik 1.
TENRI
Itulah ganjaran untuk tangan yang sudah berani memukul adikku.
Tenri mengencangkan cengkramannya ke leher Penculik 1 seraya menodongkan pistol ke wajahnya. Penculik 1 mengiba kepada Tenri seperti seorang anak kecil.
PENCULIK 1
Tolong jangan bunuh aku.
TENRI
Di mana adikku? Jawab! Dimana dia.
PENCULIK 1
Dia ada di kamar belakang.
Tenri berdiri lalu melayangkan pukulan ke wajah Penculik 1 lalu berlari ke arah belakang. Pada saat bersamaan terdengar suara pintu kamar yang digedor-gedor. Tenri membuka pintu kamar itu dan mendapati Wenni terbaring di lantai dengan tangan, kaki serta mulut terplester.
Tenri melepaskan ikatan Wenni dan membuka plester di mulutnya. Wenni langsung menghambur ke pelukan Tenri. Menangis. Tubuhnya gemetar karena ketakutan.
TENRI
Tenanglah. Kau sudah aman. Ayo kita harus segera pergi dari sini.
Tenri menarik tangan Wenni dan berlari keluar rumah. Mereka baru saja keluar pagar ketika terdengar suara teriakan. Tenri menoleh ke lantai 2, PENCULIK 2 mengarahkan pistolnya ke arah Wenni.
Semua berlangsung begitu cepat. Tenri melompat mendorong tubuh Wenni. Pada saat bersamaan, terdengar suara tembakan. Setelah itu, suara tembakan lain terdengar bersahut-sahutan. Polisi bermunculan di sekitar Tenri yang tersungkur di atas jalan.
WENNI
Kakak!
Tenri mendongak menatap Wenni yang menangis, menyentuh wajahnya, tersenyum, lalu semua menjadi gelap.
FADE TO BLACK:
127 EXT. TANAH LAPANG – TAMAN BUNGA - PETANG
Mata Tenri menjelajah sekeliling. Ia tampak keheranan berada di tempat itu. Semua terlihat berbeda. Taman itu tampak indah dengan bunga beraneka warna. Gadis Mimpi menatap Tenri lalu tersenyum.
TENRI
Kakak tinggal di sini?
GADIS MIMPI
Iya. Sejak kecil.
Tenri terlihat semakin bingung. Sekali lagi ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
GADIS MIMPI (CONT’D)
Ada apa? Kau mencari ibu?
Tenri menoleh dengan mimik terkejut.
TENRI
Ibu ada di sini?
GADIS MIMPI
Kau ingin bertemu Ibu?
Tenri mengangguk. Wajahnya mendadak berseri-seri.
TENRI
Di mana Ibu?
GADIS MIMPI
Ayo, ikut denganku. Aku akan mengantarmu menemui ibu. Dia pasti sangat senang melihatmu. Ibu sangat menyayangimu. Kau tahu apa yang sering ibu ceritakan padaku tentang kau?
TENRI
Apa?
Tenri terlihat penasaran.
GADIS MIMPI
Kau anaknya yang paling manja. Paling cengeng. Dan paling nakal. Kata ibu, kau juga anak kesayangan Ayah.
TENRI
Ayah juga ada di sini?
GADIS MIMPI
Ayah belum datang.
Tenri tidak lagi bertanya. Mereka terus berjalan dan tiba di sebuah tanah lapang. BEBERAPA ORANG di tanah lapang melambaikan tangan sambil memanggil nama Tenri yang langsung berhenti.
GADIS MIMPI (CONT’D)
Kenapa berhenti?
TENRI
Kita sebenarnya mau kemana?
GADIS MIMPI
Kita akan menemui Ibu, bukan?
TENRI
Tapi di mana, Ibu?
GADIS MIMPI
Sebentar lagi kau akan tahu. Ayo, kita bergabung bersama mereka. Mereka sudah menunggumu. Lihatlah, mereka sangat gembira.
Tenri baru akan melangkah, namun Wenni muncul dari belakang. Wenni berlari dan tampak panik. Keringat bercucuran di wajahnya.
WENNI
Kakak, jangan pergi.
Wenni menarik tangan Tenri sambil menangis. Napasnya tersengal-sengal. Gadis Mimpi menatapnya dengan diam.
WENNI (CONT’D)
Ayo, kita pulang, Kak.
TENRI
Tapi aku ingin bertemu ibuku.
WENNI
Kakak pasti akan bertemu ibu, tapi bukan sekarang.
TENRI
Kapan?
WENNI
Pokoknya bukan sekarang.
Tenri berdiri dengan bimbang. Orang-orang di tanah lapang masih terus memanggil namanya.
GADIS MIMPI
Kalau belum mau bertemu Ibu, tidak apa-apa. Kau pulang saja dulu.
TENRI
Tapi ....
GADIS MIMPI
Jangan khawatir, Ibu tidak akan marah. Ibu sangat menyayangimu.
Wenni menarik tangan Tenri dan berhasil membawanya menjauh dari tanah lapang itu. Gadis Mimpi perlahan-lahan menghilang bersama orang-orang yang tadi memanggil Tenri. Suasana berubah menjadi sunyi.
Tenri terus mengikuti Wenni. Meniti jalan pulang. Kembali.
DISSOLVE TO:
128 INT. RUMAH SAKIT – ICU - SORE
Wenni menggenggam tangan Tenri yang sedang terbaring di ranjang. Mulutnya komat-kamit membaca doa. Perlahan-lahan air mata Wenni menetes di tangan Tenri yang akhirnya tersadar.
TENRI
Hei. Apa yang kau lakukan?
Wenni membuka matanya. Untuk beberapa saat ia membelalak menatap Tenri. Seperti tidak percaya dengan penglihatannya.
TENRI (CONT’D)
Ada apa?
WENNI
Kakak sudah sadar! Syukurlah. Terima kasih, Ya Allah.
Teriakan Wenni membuat orang-orang yang tengah duduk di depan tempat perawatan berhamburan masuk. Termasuk AYAH TENRI, DUA KAKAKNYA, Gufron, Abo, dan Bu Halimah. Mereka mengelilingi ranjang dan tersenyum.
CUT TO:
129 INT. RUMAH SAKIT – RUANG ICU - SORE
Dokter perempuan muda dengan papan nama bertuliskan dr AMILA sedang memeriksa Tenri. Memeriksa matanya, dadanya, hingga detak nadinya. Setelah itu ia menggeleng-gelengkan kepala.
DOKTER AMILA
Ini mukjizat Tuhan. Tadinya, kami pikir kami tidak akan bisa menyelamatkan Bapak.
Dokter Amila meninggalkan ranjang perawatan Tenri. Ia tampak anggun dengan pakaian putihnya. Tenri memperhatikan tangannya. Tidak ada cincin kawin di jari-jarinya.
Wenni menepuk tangan Tenri saat menyadari kalau ia sedang memperhatikan dokter itu.
WENNI
Sepertinya calon kakak iparku adalah seorang dokter.
Tenri tersenyum. Bibirnya bergerak.
TENRI
Amin.
FADE OUT: