SEBULAN KEMUDIAN
116 EXT. RUMAH TENRI DI MAKASSAR – TERAS – SORE
Mobil berhenti di depan rumah. Gufron turun dan masuk ke rumah. Tampak Tenri sedang duduk seorang diri di teras depan.
TENRI
Dari mana?
GUFRON
Rumah. Risma ingin makan martabak.
TENRI
Hamil lagi?
GUFRON
Yoi, Bro.
Gufron mengintip ke dalam rumah sebelum duduk di kursi.
GUFRON
Kok sepi. Adikmu mana?
TENRI
Belum pulang dari kampus.
GUFRON
Bagaimana rencana ke Mamuju?
TENRI
Kita berangkat Sabtu siang.
Ponsel Tenri di atas meja berdering. Muncul nama Wizy di layarnya. Tenri terlihat terkejut.
GUFRON
Siapa?
Gufron mencondongkan tubuhnya ke depan untuk melihat nama penelepon. Melihat nama Wizy, ia tersenyum sinis. Panggilan berakhir. Tenri tak menerima panggilan tersebut.
Ponsel Tenri kembali berdering. Nama Wizy kembali muncul di layar. Tapi Tenri belum menerima panggilan itu.
GUFRON (CONT’D)
Angkat kalau dia menelepon lagi.
TENRI
Kenapa?
GUFRON
Siapa tahu ada hal penting yang ingin ia sampaikan.
Tenri dan Gufron menunggu. Namun, tidak ada lagi panggilan masuk.
TENRI
Mungkin tidak sengaja tertindis.
GUFRON
Mending telepon balik. Siapa tahu ia ingin menyampaikan kabar tentang Pak Gatot atau istrinya.
Tenri berpikir sesaat lalu meraih ponselnya dan menghubungi Wizy. Namun, nomor Wizy ternyata sudah tidak aktif.
TENRI
Aneh.
GUFRON
Dia pasti kesal kau mengabaikan panggilannya dua kali.
Tenri memandang Gufron.
TENRI
Kira-kira ada apa?
GUFRON
Kalau bukan soal orang tuanya, dia mungkin ingin berbagi kabar bahagia.
TENRI
Tentang?
GUFRON
Ya ... mungkin dia sudah hamil.
Tenri tertawa. Pada saat bersamaan, ponsel Gufron berdering. Ada pesan masuk. Gufron membaca pesan itu lalu berdiri.
TENRI
Mau balik?
GUFRON
Risma ingin makan Martabak jam 5.59.
TENRI
Ada-ada saja.
GUFRON
Kau akan paham setelah menikah.
Gufron kembali ke mobilnya dan pergi. Sejurus kemudian, Wenni muncul bersama Titin dan Ririn. Mereka bergabung di teras.
WENNI
Ada acara malam ini, Kak?
TENRI
Tidak. Kenapa?
WENNI
Temani kami nonton dong, Kak.
TENRI
Kenapa tidak bertiga saja?
WENNI
Midnight, Kak.
Tenri menatap Titin dan Ririn. Keduanya buru-buru mengangguk.
CUT TO:
117 EXT. RUMAH TENRI DI MAKASSAR – DEPAN - MALAM
Tenri berjalan menuju ke mobilnya yang terparkir di depan rumah. Ia berhenti sejenak memeriksa bannya. Wenni, Titin, dan Ririn muncul dan naik ke mobil.
Tenri baru akan membuka pintu mobil ketika melihat di kaca spion DUA MOTOR melaju kencang dari belakang. Tenri memutar badannya. Kedua pemotor berboncengan dan mengenakan jaket kulit itu mengerem mendadak lalu membelokkan motornya dan pergi. Tenri menggeleng sebelum naik ke mobil.
WENNI
Naik motor di kompleks kok seperti sedang balapan di Sirkuit Sentul.
TITIN
Mungkin mereka ingin melihat tiga gadis cantik makanya agak buru-buru.
RIRIN
Sepertinya begitu.
Tenri tersenyum. Mobil perlahan bergerak.
CUT TO:
118 INT. MAL PANAKKUKANG – PANAKKUKANG XXI - MALAM
Antrean mengular di depan Panakkukang XXI. Wenni ditemani Ririn sedang mengantre. Tenri dan Titin berdiri di belakang jalur antrean.
SATU PASANGAN berusia 30-an muncul dan ikut antre di belakang Wenni dan Ririn. Pasangan itu tampil mencolok dengan jaket kulit hitam dan kalung tengkorak bermata merah.
Tenri memperhatikan pasangan itu. Wenni sudah mendapatkan tiket.
WENNI
Kak, ayo masuk!
Tenri tersentak karena tidak menyadari Wenni sudah berdiri di hadapannya. Mereka berempat masuk ke dalam bioskop.
CUT TO:
119 INT. MAL PANAKKUKANG – PANAKKUKANG XXI - MALAM
Suasana gelap. Para penonton terlihat larut menyaksikan film yang sedang tayang. Tenri yang duduk di samping Wenni tampak menoleh ke belakang, ke arah pasangan berkalung tengkorak itu.
WENNI
Ada apa, Kak?
Tenri menggeleng lalu kembali mengarahkan pandangan ke layar.
WENNI (CONT’D)
Kakak tidak suka filmya?
Tenri kembali menggeleng. Beberapa menit kemudian lampu kembali dinyalakan. Tenri menoleh ke belakang. Pasangan berkalung tengkorak itu sudah menghilang.
CUT TO:
120 INT. RUMAH TENRI DI MAKASSAR – RUANG TAMU - MALAM
Wenni dan Tenri duduk di sofa. Wenni terlihat bahagia. Ia tersenyum menatap Tenri yang duduk di sampingnya.
TENRI
Ada apa?
WENNI
Hari-hariku seperti tidak nyata. Ini seperti rangkaian mimpi yang sambung menyambung setiap hari. Saat bangun, terkadang aku takut membuka mata. Aku takut ini hanya bunga tidur dan semuanya berakhir. Itu pasti menyedihkan. Hidupku sebelumnya seperti mimpi buruk.
Tenri mengubah posisi duduknya menghadap Wenni. Meraih kedua tangannya.
TENRI
Kau tidak sedang bermimpi. Ini nyata. Aku nyata. Kehidupan ini nyata. Inilah kehidupan yang aku janjikan kepadamu. Aku tidak akan membiarkanmu kembali ke masa sulit yang sudah kau lalui. Kau adalah adikku dan aku ingin membahagiakanmu.
WENNI
Apa Kakak akan meninggalkanku suatu hari nanti?
Wenni menatap mata Tenri.
TENRI
Tidak. Aku akan bersamamu selamanya.
WENNI
Janji?
TENRI
Aku janji.
WENNI
Sumpah demi apa?
TENRI
Demi almarhumah ibu dan kakakku.
WENNI
Meskipun Kakak sudah menikah?
TENRI
Ya.
WENNI
Walaupun aku telah menikah?
TENRI
Ya.
Wenni tampak bahagia.
WENNI
Terus, kapan Kakak akan menikah?
TENRI
Aku tidak tahu.
WENNI
Kenapa?
Tenri menggeleng.
TENRI
Tidurlah, ini sudah larut malam.
CUT TO:
121 INT. KAFE RAHMAH – DALAM - SIANG
Tenri baru saja masuk ke ruangannya ketika ponsel di tangannya berdering. Telepon dari Wenni.
TENRI
Halo, Wen.
PENCULIK 1 (O.S.)
Sayang sekali Pak Tenri. Adikmu untuk sementara tidak bisa bicara denganmu.
TENRI
Kau siapa? Di mana adikku?
PENCULIK 1 (O.S.)
Tenang. Dia baik-baik saja. Setidaknya untuk saat ini.
TENRI
Apa maksudmu?
PENCULIK 1 (O.S)
Kalau kau mengikuti perintahku, dia akan baik-baik saja. Tapi kalau kau berani macam-macam, ingatlah kapan pertemuan terakhir kalian karena itu benar-benar akan jadi yang terakhir.
TENRI
Apa yang kau inginkan?
PENCULIK 1 (O.S.)
Kami ingin bertemu denganmu. Itu saja.
TENRI
Katakan di mana posisi kalian.
PENCULIK 1 (O.S.)
Itu pertanyaan bodoh, Pak Tenri.
TENRI
Lalu bagaimana caranya aku menemui kalian?
PENCULIK 1 (O.S.)
Sabar. Kami akan memberi tahu tempatnya. Tapi ingat, jangan coba-coba lapor polisi kalau tidak ingin melihat pemakaman adikmu yang cantik ini. Kau pasti sudah mengerti.
TENRI
Tunggu. Bagaimana aku bisa percaya adikku bersama kalian dan masih hidup kalau tidak mendengar suaranya.
PENCULIK 1 (O.S.)
Baiklah. Kau memang perlu mendengarnya karena kalau kau macam-macam, itu akan jadi suara terakhir yang kau dengar. Bawa gadis itu ke sini!
Tenri berdiri dengan panik di tengah-tengah ruangan.
WENNI (O.S.)
Lepaskan aku!
PENCULIK 1 (O.S.)
Ini kakakmu, bicaralah dengannya!
TENRI
Wen!
WENNI (O.S.)
Mereka memukulku Kak
PENCULIK 1 (O.S.)
Kurung dia kembali!
Wenni terdengar meronta-ronta.
PENCULIK 1 (O.S.)
Kau sudah mendengarnya bukan? Dia masih hidup. Dan akan tetap hidup kalau kau menuruti keinginan kami.
TENRI
Kalian ingin uang berapa?
PENCULIK 1 (O.S.)
Kami tidak butuh uangmu. Kami hanya mau bertemu denganmu. Jadi, tunggu saja telepon kami dan jangan macam-macam.
Sambungan telepon terputus.
TENRI
Halo ... halo ...!
Gufron muncul di pintu dan menghampiri Tenri.
GUFRON
Ada apa?
Tenri memegangi kepalanya.
TENRI
Akan kupatahkan tangan orang itu. Berani-beraninya dia memukul adikku.
Tenri memukul meja di depannya dengan wajah penuh amarah.
GUFRON
Hei, kau kenapa? Apa yang terjadi?
TENRI
Wenni diculik.
GUFRON
Jangan bercanda, Bro.
Tenri mengangguk. Rahangnya terlihat menegang.
CUT TO: