54 INT. RUMAH KOS WENNI - DI KAMAR - SORE
Titin dan Ririn duduk di ranjang sambil menatap Wenni yang sibuk mengutak-atik ponsel barunya di kursi. Mimik keduanya curiga dan penasaran.
WENNI
Apa lihat-lihat?
TITIN
Baru kerja sehari, nginap entah di mana, langsung beli ponsel baru. Ih .... Jangan-jangan kau ...
RIRIN
Iya, Wen. Itu dosa besar.
Wenni memandangi Titin dan Ririn dengan wajah galak.
WENNI
Itu bukan urusan kalian.
TITIN
Astaga, Wen. Jadi kau benar ...
WENNI
Enak saja. Otak kalian itu kotor. Harus dicuci. Makanya, kalau ada pesantren kilat di kampus, ikut.
Wenni kembali sibuk dengan ponselnya. Sebuah dos ponsel baru tergeletak di atas meja. Sesekali ia berselfie. Tingkahnya membuat Titin dan Ririn makin gemas.
RIRIN
Kami sahabatmu, Wen. Wajar dong kalau kami cemas. Sudah dapat ponsel baru, langsung berhenti kerja pula. Kita kan jadi curiga.
Wenni bangkit dari kursi dan bergabung bersama Titin dan Ririn di atas ranjang. Ia menatap mereka bergantian. Wajahnya terlihat serius.
WENNI
Semalam aku bertemu malaikat.
TITIN
Aku belum makan Sis, jadi tidak perlu berbelit-belit, ceritakan saja.
RIRIN
Ho ooh. Cepat.
Wenni tampak bercerita. Titin dan Ririn mangguk-mangguk penasaran. Tampak kurang percaya.
RIRIN (CONT’D)
Apa iya masih ada orang sebaik itu yang berkeliaran di muka bumi ini?
WENNI
Ya, ada dong. Itu ... Kak Tenri.
TITIN
Aku juga mau dong dapat malaikat.
WENNI
Serius mau?
RIRIN
Aku juga mau.
Wenni terdiam sejenak.
WENNI
Malaikat maut, mau?
Titin dan Ririn serentak memeluk Wenni, merebahkan tubuhnya dan menggelitiknya. Mereka tertawa terbahak-bahak. IBU KOS melintas di depan kamar. Berhenti sejenak. Menengok ke dalam. Lalu, pergi lagi sambil menggeleng-gelengkan kepala.
CUT TO:
55 EXT. SEBUAH MOBIL DI JAKARTA – JALAN - SORE
Mobil yang ditumpangi Tenri melaju di jalanan Jakarta. Tenri duduk di kursi depan bersama BOY (sopir), usia sekitar 30-an. Ia sedang mengkhayal.
WENNI (O.S.)
Orangnya gagah dan baik hati. Ia juga jago berkelahi. Sekali pukul, tiga orang langsung kabur.
TITIN (O.S.)
Wah, gelagat ada yang jatuh cinta, nih.
RIRIN (O.S.)
Serius, kau jatuh cinta, Wen?
CUT TO:
56 EXT. RUMAH TENRI – DEPAN - SORE
Mobil berhenti di depan pagar. BU MINAH (pembantu), berusia sekitar 50 tahun yang sedang menyiram bunga menoleh. Boy turun dan membuka pintu pagar lalu naik kembali. Mobil masuk dan berhenti di depan teras. Bu Minah menghampiri Tenri yang langsung menjabat dan mencium tangannya.
BU MINAH
Loh, kok sudah balik, Pak?
TENRI
Ada urusan mendadak, Bu.
Tenri masuk ke dalam rumah diikuti Boy yang membawa koper pakaiannya.
FADE OUT:
57 INT. RUMAH KELUARGA WIZY – RUANG KELUARGA– MALAM
Wizy turun dari tangga menuju ruang tamu. Di situ sedang duduk seorang laki-laki berusia 50-an tahun bernama PAK GATOT (ayah) dan perempuan paruh baya, BU SUSI (ibu) yang mengenakan sweater dan syal melilit di lehernya. Di atas meja ada segelas air dan obat.
PAK GATOT
Kamu dari mana saja semalam?
WIZY
Ada acara teman, Pa.
PAK GATOT
Kau sebentar lagi akan menikah, kasihan Tenri kalau sampai terjadi apa-apa.
WIZY
Aku bisa jaga diri, Pa.
PAK GATOT
Iya. Papa tahu. Tapi kau juga harus menjaga perasaan calon suamimu. Kau jangan berpikir Tenri anak buah Papa sehingga kau berbuat sesuka hatimu.
Bu Susi memegang lengan Pak Gatot sambil terbatuk.
BU SUSI
Sudah, Pa. Tidak usah dimarahi.
Pak Gatot mengambil gelas di meja dan membantu istrinya minum lalu meletakkannya kembali.
PAK GATOT
Tenri itu tidak berutang budi pada Papa. Sebaliknya, Papa berutang nyawa padanya. Dia yang menyelamatkan nyawa Papa di Makassar. Dia juga yang membantu Papa mengembangkan perusahaan kita saat kau masih kuliah di London.
Wizy hanya terdiam. Wajahnya terlihat jenuh.
PAK GATOT (CONT’D)
Kau harus berubah, Nak.
Bu Susi batuk lagi. Pak Gatot kembali mengambil air di meja. Setelah itu, ia membantu istrinya berdiri dan membawanya ke kamar. Wizy termenung beberapa detik sebelum naik ke kamarnya.
CUT TO:
58 INT. RUMAH TENRI – RUANG TENGAH - MALAM
Ruangan itu terlihat mewah. Selain sofa yang cantik, juga ada keramik dengan lukisan bunga. Di dinding tampak foto dua orang tua pasangan suami istri yang duduk berdampingan. Sang suami mengenakan peci dan jas jadul. Sedangkan istrinya menggunakan kebaya dan kerudung.
Saat itu sudah jam 8 malam. Tenri yang mengenakan kaos dan celana pendek selutut sedang sibuk dengan ponselnya. Bu Minah muncul membawa segelas kopi kemudian bergegas pergi setelah meletakkannya di meja.
Tenri menyesap kopinya sekali kemudian mengetik “WENNI MACORA” di bagian searching bar halaman Facebook-nya. Ada tiga akun yang muncul. Setelah memeriksa fotonya, Tenri membuka akun yang menampilkan foto Wenni.
TENRI
(Bergumam)
Ini dia.
Di layar ponsel muncul halaman Facebook Wenni. Pada status yang dipostingnya sejak sore tertulis: TERNYATA MASIH BANYAK ORANG BAIK DI MUKA BUMI INI. KAU SALAH SATUNYA. TERIMA KASIH. TAPI SIAPA KAU SEBENARNYA? KENAPA MUNCUL TIBA-TIBA LALU MENGHILANG TIBA-TIBA?
Tenri tersenyum. Ia membaca komentar-komentarnya.
Komentar 1: Masa lupa padaku. Aku pengagummu yang ganteng itu.
Komentar 2: Kalo cowok minta dilamar aja, Wen.
Komentar 3: Tambah lagi rival.
Komentar 4: Hati-hati penipu.
Setelah membaca komentar-komentar itu, Tenri mengirim permintaan pertemanan dan pesan.
CUT TO:
59 INT. RUMAH KOS WENNI – KAMAR – MALAM
Wenni sedang bersantai di kamar. Tampak asyik membaca sebuah buku sambil bertelungkup. Ponsel tergeletak di sampingnya. Titin dan Ririn masuk dan duduk di tepi ranjang.
TITIN
Sudah ketemu?
Wenni menggeleng sambil terus membaca. Ririn menarik buku itu dan melemparkannya ke atas meja.
RIRIN
Kalau tidak dicari, bagaimana bisa ketemu. Facebook,Instagram,Twitter, Channel YouTube, Instagram ....
WENNI
Sudah. Tidak ada nama Tenri Gangka.
Wenni memutar tubuhnya dan tidur terlentang.
RIRIN
Jangan-jangan dia memang malaikat. Tuhan mengirimnya untuk menolongmu. Lalu, puppp .. menghilang.
Wenni mendesah pelan. Tampak putus asa.
WENNI
Padahal aku ingin berterima kasih.
TITIN
Iya, karena sekarang kau tidak perlu lagi memaksakan diri puasa senin-kamis.
Wenni mengerutkan dahi saat menatap Titin.
WENNI
Aku puasa senin-kamis bukan untuk mengirit uang agar bisa terus kuliah.
Titin mencolek Ririn. Mereka saling berpandangan sejenak seperti juri pencarian bakat. Wajah mereka terlihat serius.
TITIN
Aku, No!
RIRIN
Aku juga, No!
Wenni menggerutu.
WENNI
Iya, kalian benar. PUAS!
Titin merangkul bahu Wenni lalu tertawa.
TITIN
Heits! Jangan sedih. Baca itu...
Titin menunjuk ke arah tulisan: JANGAN LUPA BAHAGIA.
WENNI
Bagaimana ya caranya aku ...
Suara notifikasi FB Messenger terdengar dari ponsel Wenni. Mereka saling berpandangan. Wenni meraih ponselnya, namun Ririn bergerak lebih cepat. Saat Ririn mengusap layar ponsel ke atas untuk membuka kunci, terlihat pesan masuk di Facebook Wenni. Mata Ririn melotot.
RIRIN
Dia Wen!
Wenni buru-buru mengambil ponselnya dan membuka pesan. Titin dan Ririn ikut melihat pesan itu. Terlihat pesan: Assalamualaikum. Masih ingat aku? Aku ingin minta maaf.
TITIN
Dia memang berhati malaikat.
Wenni cepat membalas pesan Tenri dan mengirimkan nomor ponselnya.
CUT TO:
60 INT. RUMAH TENRI – RUANG TENGAH – MALAM
Tenri tersenyum menatap layar ponselnya. Detik berikutnya ia terlihat mengetik.
CUT TO:
61 INT. RUMAH KOS WENNI – KAMAR – MALAM
Kamar mulai heboh. Wenni memegang ponselnya. Sedang berpikir.
TITIN
Telepon dia.
Wenni mendelik. Matanya terbuka lebar.
WENNI
Masa aku? Malu tahu.
TITIN
Kenapa harus malu?
RIRIN
Iya, kenapa mesti malu. Kau kan mau berterima kasih.
Telepon di tangan Wenni tiba-tiba berdering. Mereka bertiga menatap layar ponsel.
TITIN
Cepat terima!
Wenni masih ragu beberapa saat sebelum menerima panggilan itu dan mendekatkan ponsel di telinganya sambil memberi isyarat “diam” kepada Titin dan Ririn dengan meletakkan telunjuk di depan bibirnya.
INTER CUT:
62 INT. RUMAH TENRI – RUANG TENGAH – MALAM
Tenri memperhatikan layar ponselnya. Panggilannya diterima.Ia mengangkat ponselnya ke telinga.
TENRI
Halo, Wen! Bagaimana kabar? Sudah di rumah, ya?
WENNI
Alhamdulillah, Kak. Ini lagi dikamar kos. Lagi belajar.
TENRI
Kamu kuliah?
WENNI
Iya.
TENRI
Wah, hebat.
WENNI
Terima kasih, Kak (diam sejenak) Untuk semuanya.
TENRI
Lusa aku ke Makassar. Kita ketemu, ya?
WENNI
Iya, kak.
CUT TO: