26 EXT. KELAB MALAM DI MAKASSAR – HALAMAN DEPAN - MALAM
Tenri, Gufron, Abo sedang mengobrol di depan kelab malam. Beberapa pengunjung yang baru keluar lalu lalang di sekitar mereka.
ABO
Jadi kapan kau balik ke Jakarta?
TENRI
Besok sore karena aku dan Gufron harus rapat dulu sampai siang.
Telepon Gufron berdering. Ia melihat layar ponselnya kemudian menjauh.
ABO
Pasti RISMA.
Tenri dan Abo memperhatikan Gufron yang sedang menerima telepon beberapa saat.
TENRI
Bagaimana toko kalian?
ABO
Alhamdulillah. Cukup ramai. Anak-anak dari kampus hampir semua membeli peralatan mendaki di toko kami.
TENRI
Syukurlah.
Gufron bergabung kembali. Ia masih memegang ponselnya.
GUFRON
Risma menelepon.
TENRI
Ada apa?
Wajah Gufron tampak khawatir.
GUFRON
Si kecil rewel. Mungkin sakit perut.
TENRI
Kalau begitu kau harus pulang sekarang.
Tenri menoleh ke arah Abo. Menggerakkan alisnya lalu menelengkan kepala ke arah Gufron.
TENRI (CONT’D)
Kalian bareng saja.
Abo dan Gufron saling berpandangan. Mereka terlihat tidak enak hati.
GUFRON
Terus kau bagaimana?
TENRI
Sudahlah, aku bisa naik taksi.
Gufron menoleh ke Abo. Abo mengangkat pundak.
GUFRON
Okelah kalau begitu. Anggap saja ini perintah bos.
Gufron naik ke mobil dan menghidupkan mesin. Abo memeluk Tenri sebelum ikut naik ke mobil. Mobil bergerak pelan meninggalkan halaman kelab malam.
CUT TO:
27 EXT. KELAB MALAM DI MAKASSAR – AREA DEPAN – MALAM
Tenri menyetop taksi dan langsung naik.
CUT TO:
28 EXT. SEBUAH JALANAN DI MAKASSAR – TEPI JALAN – MALAM
Wenni yang sudah berganti pakaian dan mengenakan kaos sedang berjalan seorang diri di tengah malam. Jalanan lengang. Tiba-tiba sebuah mobil sedan berhenti di depannya. Pemuda 1 yang tadi berselisih dengannya di kelab malam turun bersama seorang temannya. Wenni langsung mengenali mereka.
WENNI
Kalian mau apa?
Wenni tampak ketakutan.
PEMUDA 1
Kau sudah mempermalukan aku dan kau harus membayarnya.
Pemuda 1 menarik tangan Wenni. Wenni meronta.
WENNI
Tolong!
Pemuda 1 terus menarik tangan Wenni. Temannya membuka lebar-lebar pintu mobil. Wenni terus meronta.
CUT TO:
29 EXT. SEBUAH TAKSI DI MAKASSAR – DALAM – MALAM
Tenri sedang mencoba menelepon Wizy. Telepon berdering, namun tidak ada yang mengangkat.
CUT TO:
30 EXT. SEBUAH MOBIL DI JAKARTA - DALAM – MALAM
Ponsel Wizy berdering, Rian menoleh menatapnya. Wizy menatap layar ponsel di tangannya yang terus berdering.
RIAN
Kenapa tidak diangkat?
WIZY
Calon suamiku.
RIAN
Kau takut dia tahu kau bersamaku?
Wizy terlihat kurang nyaman. Mobil terus bergerak. Wizy mematikan ponselnya kemudian memasukkannya ke dalam tas. Rian tersenyum.
CUT TO:
31 EXT. SEBUAH TAKSI DI MAKASSAR – DALAM – MALAM
Dahi Tenri berkerut saat mengetahui ponsel Wizy sudah tidak aktif. Ia bersandar dengan wajah kecewa sambil menatap ke arah depan. Tiba-tiba ia melihat Wenni yang sedang dipaksa naik ke mobil.
CUT TO:
32 EXT. SEBUAH JALAN DI MAKASSAR – TEPI JALAN – MALAM
Wenni terus meronta. Namun, Pemuda 1 terlalu kuat. Saat sudah di mulut pintu mobil, ia menginjak kaki Pemuda 1. Pemuda 1 menjerit kesakitan. Wenni berhasil melepaskan diri. Dia mencoba berlari, namun bahunya menabrak pintu mobil dan terjatuh. Pemuda 1 dengan wajah marah menghampirinya.
CUT TO:
33 EXT. SEBUAH TAKSI DI MAKASSAR – DALAM – MALAM
Tenri menjulurkan tubuhnya sambil menumpukan tangannya di belakang kursi. Ia gelagapan.
TENRI
Berhenti, Pak!
Sebelum taksi benar-benar berhenti, Tenri sudah melompat turun.
TENRI (CONT’D)
Tunggu sebentar, Pak.
Tenri berlari ke arah Wenni sebelum sopir taksi berbicara.
CUT TO:
34 EXT. SEBUAH JALAN DI MAKASSAR – TEPI JALAN – MALAM
PEMUDA 1
Kau tidak akan bisa melarikan diri.
Pemuda 1 menjambak rambut Wenni sambil mengambil tasnya dan melemparkannya ke dalam mobil.
PEMUDA 1 (CONT’D)
Kau pasti hanya pura-pura mau kabur.
Tenri muncul dari arah belakang mobil.
TENRI
Hei, lepaskan dia!
Pemuda 1 menoleh dan langsung berdiri. Wajahnya menegang. Perlahan-lahan ia mendekati Tenri. Mendorong dadanya.
PEMUDA 1
Kau siapa, ha!
TENRI
Dia adikku.
PEMUDA 1
Adik ...(tertawa mengejek) kita sama-sama buaya, Bro.
TENRI
Aku tidak mau ribut. Pergilah!
Tenri menghampiri Wenni yang memegangi sikunya yang berdarah. Tiba-tiba, Pemuda 1 menyerangnya dari belakang.
WENNI
Awas, Kak!
Tenri memutar tubuhnya dengan gesit, menangkis pukulan Pemuda 1 dan memukul wajahnya. Pemuda 1 terjatuh, meringis kesakitan sambil memegangi bibirnya. Temannya sempat bergerak seperti akan menyerang, namun ia tampak ragu.
TENRI
Pergilah sebelum aku menelepon polisi.
Kedua pemuda itu buru-buru naik ke mobil dan kabur bersama temannya yang sejak tadi hanya duduk di belakang kemudi.
Setelah mobil itu pergi, Tenri mendekati Wenni yang masih ketakutan.
TENRI (CONT’D)
Kau tidak apa-apa?
Wenni mengangguk pelan sambil menunjukkan sikunya.
WENNI
Hanya tergores.
Tenri menjulurkan tangannya ingin memegang lengan Wenni.
TENRI
Boleh aku lihat lukamu?
Wenni tampak ragu. Dia menatap Tenri dari kepala hingga ke ujung kaki. Pandangannya sempat terhenti di telinga kiri Tenri. Melihat anting-antingnya.
TENRI (CONT’D)
Oh, maaf. Kita belum kenalan. Aku Tenri. Lengkapnya, Tenri Gangka. Ayahku seorang guru. Aku empat bersaudara, tapi di kartu keluarga kami hanya tercatat tiga orang. Aku anak bungsu. Orang baik-baik. Kejahatan terbesarku adalah mencuri mangga tetanggaku yang pelit saat SMP.
Wenni tersenyum lalu menjulurkan tangannya.
WENNI
Wenni. Wenni Macora.
TENRI
Namamu bagus.
WENNI
Makasih
Tenri memeriksa luka di siku Wenni. Terlihat luka sebesar uang koin.
TENRI
Kau percaya padaku?
WENNI
Maksudnya?
TENRI
Kalau kau percaya, ikut aku. Aku akan mengobati lukamu.
WENNI
Di mana?
TENRI
Di hotel.
Mata Wenni membelalak. Ia bergumam.
WENNI (VO)
Wah, ternyata benar buaya.
TENRI
Aku bukan buaya seperti kata pemuda tadi. Jangan takut, aku tidak akan membuat ibuku marah dengan berbuat jahat padamu.
Wenni tampak malu-malu Tenri bisa membaca pikirannya. Ia berpikir sesaat lalu mengangguk. Mereka berjalan ke taksi dan naik. Sopir taksi menoleh ke kaca spion, melirik Wenni sejenak lalu menggeleng.
CUT TO:
35 INT. HOTEL ARYADUTA – DEPAN RESEPSIONIS – MALAM
Tenri masuk hotel dan langsung ke meja respsionis. Wenni mengikutinya dari belakang, namun berusaha menjaga jarak. Ketika RESEPSIONIS PEREMPUAN yang melayani Tenri melirik ke arahnya, Wenni tampak kikuk.
TENRI
Aku butuh obat merah dan kain kasa.
RESEPSIONIS
Siapa yang terluka, Pak.
TENRI
Adikku.
Tenri menoleh sekilas ke arah Wenni. Wenni buru-buru mengangguk sambil memegangi siku kirinya yang terluka. Resepsionis itu tersenyum.
RESEPSIONIS
Baik, Pak. Kami akan segera mengantarnya ke kamar Bapak.
Tenri memutar tubuhnya, memberi kode ke Wenni dengan gelengan kepala lalu menuju ke lift. Wenni mengikutinya. BEBERAPA ORANG memperhatikan mereka. Saat pintu lift terbuka, Wenni yang tampak risih langsung melompat masuk.
CUT TO:
36 INT.HOTEL ARYADUTA – KAMAR – MALAM
Tenri memasukkan kertas yang berserakan di atas meja ke dalam map. Di depan map itu tertulis nama perusahaan “PT RAHMAH”.
TENRI
Kamarnya berantakan.
Tenri memindahkan map tersebut ke meja TV lalu berjalan ke kulkas dan membukanya. Terlihat beberapa botol dan kaleng minuman ringan.
TENRI (CONT’D)
Mau minum apa, Wen?
WENNI
Air putih saja
Tenri mengambil dua botol air mineral dan kembali ke meja. Pada saat bersamaan, terdengar suara ketukan dari arah pintu. Tenri melangkah ke pintu dan membukanya. Tampak PELAYAN HOTEL berdiri dengan kotak PK3 di tangannya.
PELAYAN HOTEL
Permisi, Pak. Ini kotak PK3-nya.
TENRI
Terima kasih, ya.
Tenri menutup pintu setelah pelayan itu pergi dan kembali ke kursi.
TENRI (CONT’D)
Bersihkan dulu lukamu di toilet.
CUT TO:
37 INT. HOTEL ARYADUTA – TOILET – MALAM
Wenni membersihkan lukanya dengan air mengalir di westafel lalu membasuh wajahnya. Ia bercermin sejenak sebelum keluar dari toilet.
CUT TO:
38 INT. HOTEL ARYADUTA – KAMAR - MALAM
Wenni muncul kembali dari dalam toilet. Tenri sudah menyiapkan perlengkapan P3K di meja. Setelah Wenni duduk di sampingnya, ia mulai mengolesi lukanya dengan obat merah.
WENNI
Aoowww!
TENRI
Sakit, ya?
WENNI
Perih, Kak.
TENRI
Tahan sedikit. Luka lecet seperti ini memang perih.
Tenri selesai mengolesi luka Wenni dengan obat merah dan mulai membalutnya. Ia tampak sangat berhati-hati.
TENRI (CONT’D)
Beres. Semoga tidak berbekas.
WENNI
Amin
Tenri membersihkan perlengkapan P3K di atas meja lalu menatap Wenni. Wenni mengangkat kedua alisnya.
TENRI
Kau menginap saja di sini.
Wenni melongo memandang Tenri.
WENNI
Di sini?
TENRI
Bukan di kamar ini. Aku telanjur membooking dua kamar, tapi temanku tidak datang. Jadi kau bisa pakai kamar itu.
Wenni tampak berpikir beberapa saat.
TENRI
Tapi kalau kau ingin tidur di sini, tidak masalah.
Wenni mengangkat kedua jarinya.
WENNI
Kita tidur berdua di sini?
Tenri tertawa ringan.
TENRI
Bukan. Maksudku, kalau kau ingin tidur di sini, aku yang pindah ke sebelah. Begitu. Tapi kalau kau takut sendiri, tidak masalah. Aku akan menemanimu. Aku bisa tidur di sofa.
Wenni kembali berpikir. Dia mendongak ke arah jam dinding di atas TV. Waktu menunjukkan pukul 02.10 dini hari.
TENRI (CONT’D)
Atau kau ingin pulang?
Wenni tersipu malu.
WENNI
Aku tidak punya uang. Tasku diambil pemuda-pemuda tadi.
TENRI
Aku bisa mengantarmu. Kau tinggal di mana?
WENNI
(Gugup) Apa, aku ...
TENRI
Sudahlah. Ini sudah larut malam. Orang akan berpikir macam-macam kalau melihat kau pulang bersamaku. Lebih baik kau pulang besok pagi saja.
Tenri berdiri lalu mengambil cardlock di depan meja TV. Wenni mengikutinya keluar kamar.
CUT TO:
39 INT. HOTEL ARYADUTA – KAMAR 2 – MALAM
Tenri dan Wenni berdiri berhadapan di pintu.
TENRI
Kalau butuh sesuatu,ketuk saja kamarku. Atau kalau malas keluar, telepon saja. Istirahatlah, semoga mimpi indah.
WENNI
Terima kasih. Maaf sudah merepotkan.
Tenri tertawa kemudian mengacak-acak rambut Wenni sebelum menutup pintu dan kembali ke kamarnya.
CUT TO: