Anjing Malam
6. Rio
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

TULISAN DI LAYAR:

"02:45" dan setelah dua detik berubah menjadi "02:46"

FADE IN:

 

EXT. RUMAH BOS - MALAM

Sekarang KAMERA memperlihatkan sebuah JALAN KOSONG. Dari ujung jalan itu, kita MELIHAT sebuah MOBIL SUV YANG BERASAP mendekati kamerea, memelankan lajunya dan berhenti di pinggir jalan.

Sekarang mobil itu sudah terhenti DI DEPAN RUMAH BOSNYA. Mesin mobil mati tetapi asapnya masih berembus keluar dari kap depan.

INT. MOBIL SUV (BERHENTI) - MALAM

Kita melihat Rio yang baru saja mencabut kunci mobil mesin dan Gian yang sedang siap-siap untuk keluar mobil. Di kursi belakang, kita melihat Achmad yang juga ingin keluar, meski terlihat kesulitan dengan luka di kakinya.

Rio, menyadarinya, melihat ke belakang.

RIO

Eh, lo diem aja di mobil. Repot gua ntar kalo lo masih pincang.

GIAN

(Mengangguk)

Iye, lagian repot ntar kalo bos ngeliat lo pincang di rumahnya. Yang ada malah bikin ribut.

 

Mendengar mereka, Achmad langsung menyenderkan tubuhnya di kursi dengan wajahnya yang sedikit kecewa.

EXT. RUMAH BOS - MALAM

Rio dan Gian menutup pintu, kemudian menghampiri PAGAR RUMAH BOS. Gian, yang sampai lebih dulu, mengetuk-ngetuknya.

GIAN

(Berteriak ke arah rumah bos)

Misi pak! Saya Gian! Ini ada Rio juga!

RIO

Eh yan, hape yang tadi lu bawa mana? 

GIAN

Hape yang mana dah?

RIO

Hape yang kita ambil dari orang yang pura-pura jadi Vincent di gudang. Yang sempet ada yang nelpon pas kita di rumah Rena.

GIAN

Ohhhh shit. Ketinggalan di rumah Rena.

RIO

Wahh, itu harusnya bisa jadi bukti buat bos.

GIAN

Ya mau gimana lagi yok. Mana sempet tadi lagi rusuh gua mikirin hape.

Mikirin nyawa gua aja masih deg-degan.

 

Rio mengeluarkan sebuah nafas yang berat dan menunduk lesu, tidak mengetahui apa yang akan dikatakannya ke bos.

GIAN

Udahlah yok, tenang aja. Mau gimana pun juga si bos pasti ngerti.

Musibah kayak gini siapa yang bisa prediksi sih? Kalo si bos emang ngamuk, bilang aja dia yang maksa lu nganter, kan lu juga bilang lu punya perasaan jelek sama delivery yang ini.

Rio hanya menangkat kedua tangannya, menggeleng kepalanya, tidak mengatakan apapun.

GIAN

Ini si bos mana dah

(Berteriak ke arah rumah bos)

Bos! Bos! Saya sudah di---

 

Tepat saat ia sedang berteriak, PINTU DEPAN RUMAH TERBUKA. Tetapi bukanlah bos yang keluar, melainkan ISTRINYA. Seorang ibu-ibu berdaster, dengan rambutnya yang di-roll sembari memegang smartphone di tangan kanannya.

Wajahnya antara sedih dan panik, dan ia langsung berjalan menuju Gian dan Rio. Begitu juga dengan suara istrinya bos yang bercampur antara sedih, panik dan khawatir.

ISTRI BOS

(Sembari berjalan)

Yan! Itu kamu yan?

GIAN

Iya bu, ini saya Gian. Ini juga ada si Rio sama saya bu.

ISTRI BOS

Kalian kok masih di sini sih?

GIAN

Masih di sini gimana maksudnya bu?

ISTRI BOS

(Nada yang semakin bingung)

"Masih di sini gimana," kalian ga ikutin pak Rizal?

GIAN

Pak Rizal?

ISTRI BOS

Aduhh, bos kalian.

GIAN

(Dengan wajah yang seperti baru saja memecahkan misteri terbesar)

Ohhh.

RIO

(Menginterupsi)

Emangnya kenapa ya bu?

ISTRI BOS

Aduh kalian ini. Tadi dia dapet telpon, katanya ada sesuatu terjadi sama bisnisnya. Dia ngamuk-ngamuk tadi, mecahin barang di rumah, terus dia pergi. Kalian ga ditelpon apa?

GIAN

Aduh ya sorry bu, tadi hape saya baterenya abis.

Saat Gian mengatakan itu, Rio mengeluarkan SMARTPHONE miliknya, dan kita melihat kalau smartphone miliknya terdapat BANYAK NOTIFIKASI PANGGILAN MASUK yang dari si bos.

Ternyata smartphone milik Rio selalu dalam MODE SILENT semenjak ia pergi sebelumnya.

Kaget melihatnya, Rio dengan cepat kembali memasukkan smartphone miliknya ke dalam kantong celana.

RIO

Iya punya saya juga abis baterenya bu.

ISTRI BOS

(Wajah semakin kesal) Kenapa sih kalian ini. Aduh aduh aduh, saya pusing banget ini.

GIAN

Emangnya bos pergi ke mana ya bu?

ISTRI BOS

Dia gamau ngasih tau, cuma saya denger pas dia lagi nelpon dia bilang mau ke tahu.

RIO

Tahu?

ISTRI BOS

Saya ga ngerti tahu itu apaan, cuma pas saya tanya ia ga jawab, eh terus malah pergi.

GIAN

(Dengan wajah yang sedang berpikir)

Tahu... Tahu...

Setelah beberapa detik, wajah Gian terangkat dengan mata yang penuh terbuka. Ia baru saja memecahkan misteri lainnya.

GIAN

Kayaknya saya tau di mana tahu yang dimaksud bos.

RIO

Yakin lo?

GIAN

Ga terlalu, cuma gua ada ide di mana bos sekarang.

RIO

Yaudah, cabut aja sekarang.

Rio dengan sigap berjalan menuju mobilnya, dan saat Gian ingin mengikutinya, istri sang bos menyelanya.

ISTRI BOS

Yan, kamu beneran tau dia di mana sekarang?

GIAN

Kayaknya sih bu. Ini saya coba cek sama si Rio.

ISTRI BOS

Kalo ketemu, tolong pastiin dia aman ya. Saya tuh takut dia kenapa-kenapa.

GIAN

(Mengangguk)

Siap bu.

 

Gian kembali berjalan menuju mobilnya, yang baru saja dinyalakan Rio.

Asap masih keluar dari kap mobil, lampu depan hanya menyala satu karena lampu kirinya pecah tertembak, dan mobil SUV itu pergi meninggalkan rumah bos dan istri bos yang hanya terdiam melihat kondisi mobil yang menyedihkan itu. Ia kemudian kembali mencoba menghubungi seseorang di smartphone yang dibawanya sembari kembali masuk ke dalam rumah.

CUT TO:

 

EXT. JALAN RAYA - MALAM

Musik DISGRACELAND OLEH TALE OF US mulai bermain.

Kita MELIHAT SEBUAH MOBIL SUV dengan kondisi yang sebenarnya sudah tidak layak jalan, melewati kamera dengan kecepatan seperti bagaimana orang yang sangat berhati-hati mengendarai mobil berjalan. Asap masih lumayan terlihat, meski tertiup angin sehingga tidak menutupi kaca depan mobil.

Kemudian kita mengikuti mobil ini, dengan setiap SHOT yang berbeda MEMPERLIHATKAN SETIAP LUBANG TEMBAKAN yang melukai kendaraan ini. Kita juga DIPERLIHATKAN LAMPU MOBIL YANG PECAH tertembak.

INT. MOBIL SUV (BERGERAK) - MALAM

RIO

Sedang menyetir.

GIAN

Bersandar, melihat ke arah luar jendela.

ACHMAD

Duduk di tengah, terlihat sedang melamun.

RIO

Yan, jadinya lu tau kita mau ke mana?

GIAN

Kayaknya, dulu gua pernah sempet dengar cerita sih tentang tahu ini.

RIO

Jadi tahu ini apaan?

GIAN

Gua pernah denger kalo bos punya gudang bekas pabrik bikin tahu. Cuma gua gapernah liat dia make gudang ini, jadi gua agak kurang yakin bener apa engga. Nah gua mikirnya karena pabrik ini bekas pabrik tahu, makanya bisa aja bos cuma manggil tahu buat nama gudang ini.

RIO

Terus lu tau gudang ini ada di mana gimana caranya?

GIAN

Gua abis denger ceritanya mampir ke gudang ini pas lagi ga ada kerjaan. Emang gudang kosong sih, ga ada apa-apaan. Ga terlalu jauh kok, kuatlah mobil ini.

RIO

Kuat gimana, lu galiat asep di depan noh. Ini aja gua udah ga berani jalan lebih kenceng.

GIAN

Emangnya kita ada pilihan lagi? Lu mau balik ke apartemen lu buat ambil mobil lu?

RIO

Hei, lu jangan bawa-bawa mobil gua.

GIAN

Gua cuma bilang, kita ga ada pilihan. Selain dari asep sama lampu depan pecah, mobilnya masih relatif baik-baik aja kan? Masih bisa jalan.

(Melihat ke bagian dashboard mobil)

Tuh, bensinnya masih lumayan juga. Masih bisalah kita ke bos sekarang.

RIO

Semoga ya yan. Semoga.

Rio hanya menggeleng kepalanya, Gian kembali bersandar dan melihat ke luar jendela. Ketiganya melanjutkan perjalanannya.

FADE TO BLACK

TULISAN DI LAYAR: "03:09"

FADE IN:

 

EXT. GUDANG TAHU - MALAM

Kita melihat TIGA KENDARAAN yang terpakir di depan gedung yang terlihat terbengkalai ini. GEDUNG ini cukup kecil, terlihat seperti bukan gudang dari luar. Suasana di sekitarnya juga CUKUP GELAP karena sedikitnya lampu yang menyala.

Dari jalan di depannya, MASUKLAH MOBIL SUV BERASAP.

Mobil berasap ini tidak terparkir dekat dengan ketiga mobil lainnya, tetapi berdiam di dekat pintu masuk parkiran.

Kemudian kita melihat SEORANG PRIA BERKEMEJA yang sedang merokok di dekat ketiga mobil ini menyadari ada mobil masuk. Ia MENARUH ROKOK DI MULUTNYA, TANGAN KANAN MERAIH PINGGANG BELAKANG, dan BERJALAN KE MOBIL SUV BERASAP.

Ia bernama KACA, atau itulah nama panggilannya. Ia berkacamata, umurnya lebih tua dari Rio dan Gian tetapi tidak jauh di atasnya. Mungkin hampir mencapai 30. Posturnya yang tegak membuat dirinya terlihat seperti bukanlah orang yang suka main-main.

INT. MOBIL SUV (BERHENTI) - MALAM

Kita kembali ke ketiga tokoh utama kita.

Saat Rio ingin mematikan mesin mobil, Achmad MENURUNKAN salah satu KACA JENDELA di sebelahnya. Rio, menyadarinya, langsung menghadap ke belakang.

RIO

Ngapain?

ACHMAD

Panas kalo engga. Gini enak biar ada angin masuk.

 

Rio hanya mengangguk, kemudian lanjut MEMATIKAN MESIN MOBIL. Di saat yang bersamaan, Gian MELIHAT KACA yang sedang berjalan menujunya.

 

GIAN

Eh itu si Kaca tuh.

RIO

Ya keluar makanya.

Keduanya MEMBUKA PINTU dan KELUAR, meninggalkan Achmad yang hanya bersandar melihat keduanya.

 

EXT. GUDANG TAHU - MALAM

Saat Rio dan Gian sedang keluar, kita melihat Kaca yang semakin dekat. Kemudian KACA BERTANYA.

KACA

Itu lo yok?

RIO

Ya ini gua. Ini ada si Gian juga.

Mengetahui itu kerabat kerjanya, Kaca MENARIK TANGAN KANANNYA dari pinggang belakang dan mengambil rokok yang bertengger di mulutnya, kemudian menghembuskan nafas beserta asap dari mulut dan hidungnya.

FREEZE FRAME.

 

RIO V/O

Orang yang kemejaan di depan gua namanya Kaca. Ajaibnya, dia juga make kacamata, jadi namanya entah ironis atau kebetulan. Dari dulu tiap gua ketemu dia selalu rapi bajunya, selalu pake kemeja. Gua ga yakin posisinya apa di organisasi kita, cuma dari gaya tingkah sama bicaranya gua cuma bisa nebak dia kayak salah satu orang pentingnya bos. Yang penting dia orangnya bisa dipercaya, dan itu yang kita butuhkan sekarang.

UNFREEZE.

KACA

Dari mana aja kalian? Tadi si bos pas nyampe sini nanyain kalian.

RIO

(Menggeleng)

Jangan tanya dah. Kita semaleman ancur banget.

GIAN

Si bos mana, ka?

KACA

Itu di dalem gedung. Gua saranin sih kalian jangan masuk. Tunggu aja di sini.

RIO

Kenapa emangnya?

Tepat setelah Rio bertanya, SEBUAH TERIAKAN TERDENGAR dari dalam gedung. Meski tidak terlalu terdengar dengan jelas, kita dapat mendengar itu adalah teriakan seperti orang yang sedang tersiksa. Tidak berlangsung lama, tetapi tidak juga sebentar.

Rio dan Gian, yang jelas mendengarnya, hanya bisa saling menatap.

 

KACA

Itu. Karena itu.

RIO

Itu tadi apaan?

KACA

(Menghela nafas)

Tadi si bos dapet berita kalo beberapa produknya ilang. Berkilo-kilo ilang. Nah, taulah si bos gimana. Orangnya selo, cuma kalo ada yang salah ngamuknya ga ada yang bisa nahan. Abis kita semua disuruh dicek satu-satu, ada tiga anak buahnya bos yang ternyata anak buah buat geng lain. Ya gara-gara mereka bertiga ini produk kita banyak ilang tiba-tiba, mungkin sekarang udah di tangannya geng itu.

GIAN

Geng siapa? Lu tau ga?

KACA

Nah itu yang si bos pengen nyari tau. Kita cuma tau orang bertiga ini orang suruhan geng lain, cuma kita masih gatau geng siapa.

RIO

Jadi orang yang di dalem gedung itu---

KACA

(Menginterupsi)

Tiga orang itu.

RIO

Dan yang teriak itu---

KACA

(Menginterupsi)

Mereka bertiga.

RIO

Berarti si bos lagi---

KACA

(Menginterupsi)

Iya, makanya gua bilang jangan masuk. Tunggu aja di sini sampe kelar.

Rio dan Gian hanya mengangguk. Di saat yang bersamaan, Achmad MEMUNCULKAN KEPALANYA dari jendela mobil.

KACA

Itu siapa? Yang di mobil?

RIO

Itu Achmad, anak baru. Si bos nyuruh dia ikut buat pengalaman.

ACHMAD

(Mengangguk)

Hoi.

KACA

(Balas mengangguk)

Hei.

 

Saat Rio ingin mengeluarkan rokoknya, PINTU DEPAN GUDANG itu TERBUKA.

Kita kemudian berada di depan pintu itu.

Sebuah kaki melangkah keluar. Darah menetes dari atas.

Kamera secara perlahan naik, yang akhirnya memperlihatkan itu adalah si bos yang tengah melap tangannya yang penuh darah dengan sebuah lap. Lap itu sendiri juga telah berwarna merah dan terlihat sudah sulit menyerap darah di tangan si bos.

Ia kemudian membalikkan kepalanya, untuk berbicara kepada salah satu anak buahnya yang berada di pintu.

BOS

Urus dulu mereka. Nanti saya balik.

Anak buahnya tanpa berkata apa-apa, langsung mengangguk dan berjalan menuju dalam gedung, tidak terlihat lagi.

Kemudian bos mulai berjalan. Menaruh lap di saku celana dengan tangan yang masih berwarna merah, ia berjalan menuju Rio dan teman-temannya.

Rio, yang ingin mulai merokok, kembali memasukkan rokoknya ke dalam kantong celana.

BOS

(Sembari berjalan) Rio. Gian.

RIO

Iya pak.

GIAN

Iya pak?

Bos mengampiri keduanya, dan tanpa mengatakan apapun ia MENAMPAR KEDUANYA. Tidak terlalu keras, tetapi tidak juga lemah.

Rio dan Gian, yang menerimanya, hanya terlihat kaget sembari memegang pipi masing-masing.

BOS

Kalian tau tidak saya dari tadi nyariin kalian? Kalian tau tidak kenapa ada teknologi yang namanya hape? Kalian tau tidak kalo saya telpon, kalian harus angkat?

GIAN

Iya, maaf pak. Hape saya sama Rio mati pak. Kita kalo tau bapak nyariin kita pasti langsung dateng kok pak.

BOS

Kalian ke mana aja semaleman?

GIAN

Panjang pak, kita ketemu musibah terus semaleman. Soalnya semalem kita ketemu lawan pak, geng lain kayaknya. Terus abis itu---

BOS

(Menginterupsi)

Udahlah, udah udah. Yang penting sekarang kalian tau apa yang terjadi?

RIO

Iya pak, kita denger dari Kaca.

BOS

(Mengganguk secara perlahan)

Tadi saya abis cari tau, saya baru tau kalo pembeli kita semalem itu bukan pembeli baru. Yang pembeli yang kalian kasih itu ternyata geng lawan.

(Menunjuk ke gedung di belakangnya)

Tiga orang dalem gedung tu suruhan geng yang sama sama yang nyerang kalian bertiga.

RIO

Iya pak, sorry jadi ilang produknya.

BOS

Yah, mau gimana. Itu ntar aja urusnya.

(Melihat ke arah mobil)

Itu mobilnya masih selamet ga?

RIO

Masih bisa jalan pak. Ini kita bisa sampe sini.

BOS

Eh, si anak baru gimana? Si Andi? Budi?

RIO

Achmad. Itu dia di kursi belakang, kakinya luka, ketembak. Cuma dia kuat anaknya, pak. Masih bertahan sampe sekarang.

BOS

Yang penting masih bisa nafas, udah cukuplah. Ini saya masih cari-cari tau lagi apaan yang terjadi, nanti saya kasitau kalian mesti ngapain. Saya gamau tau, pokoknya kalian pastiin hape kalian nyala. Sekarang kalian bawa aja dulu mobilnya ke temen saya, dia orang bengkel emang langganan benerin mobil.

RIO

Oh iya pak. Jadi sekarang kita ga ngapa-ngapain dulu?

BOS

Belom, nanti saya kalo udah ada rencana saya kasih tau atau si Kaca yang kasih tau kalian.

RIO

Oke deh pak.

BOS

Kaca, pinjem kertas sama bulpen.

Seketika Kaca langsung mengeluarkan sebuah buku tulis kecil miliknya dari kantung dada kemejanya, merobek selembar kertas, kemudian mengambil sebuah pulpen dari kantong yang sama. Ia memberikan kertas dan pulpen kepada bos.

BOS

(Sembari menulis sesuatu di kertas)

Ini alamatnya. Ga terlalu jauh. Kalian ketok aja pintunya, bilang pak Rizal ngirim kalian. Nanti dia benerin. Itu mobil punya kita soalnya, penting buat urusan.

RIO

Iya pak.

Bos kemudian memberikan kertas itu kepada Rio. Rio menerima dan menyimpannya ke dalam saku celana.

BOS

Buruan kalian pergi. Nanti saya hubungin lagi. Angkat teleponnya.

RIO

Iya pak.

GIAN

Sip pak.

Bos kembali berjalan menuju gudangnya. Di tengah langkahnya, Rio bertanya kepada Bos.

RIO

Misi pak. Saya mau nanya sesuatu.

BOS

Ya, apaan?

RIO

Tadi kita tengah jalan juga diserang sama ada satu orang ni. Dia kayaknya pake kacamata gelap, jaket gelap, bawa senapan mesin. Dia cuma satu orang cuma seremin, ini mobilnya rusak gara-gara dia. Kita juga masih bisa idup ini kayaknya cuma karena untung aja. Bapak tau ga ya dia siapa?

BOS

Kacamataan, senapan mesin, satu orang aja?

RIO

Iya pak.

Bos kemudian terlihat menunduk, seperti sedang berpikir. Beberapa saat kemudian, ia mengangkat kepalanya, seperti telah menyadari sesuatu.

BOS

Oh, jadi dia.

RIO

Dia siapa pak?

BOS

Tadi pas saya interogasi orang di dalem gedung, ada yang bilang geng mereka punya beberapa anak buahn yang tugasnya cuma ngebunuh doang. Yang paling bahaya katanya emang satu orang ini yang selalu kacamataan, selalu bawa senapan mesin sama golok, biasanya ke mana-mana naik motor.

RIO

Iya pak, kayaknya itu deh pak. Kita gatau sih dia naik motor apa engga, cuma dia emang satu orang aja terus bahaya banget.

BOS

Bahkan gengnya sendiri gatau dia siapa namanya. Tadi katanya orang ini emang dapet tugas ngebunuh, cuma saya gatau tugasnya itu ngebunuh kalian. Ini lumayan gawat. Berarti geng ini emang mau perang sama kita, mau ngehabisin semuanya.

 

Keduanya hanya bisa terdiam, terlihat tidak yakin ingin mengucapkan atau melakukan apa. Mereka mengetahui, kedepannya bukanlah jalan yang mulus untuk keduanya.

Di tengah keheningan itu, suara Gian terdengar.

GIAN

Pak! Pak!

Rio dan bos melihat Gian yang tengah berjalan cepat ke arah keduanya. Di tanganya ia memegang sesuatu.

GIAN

Ini pak, sebelum saya lupa. Ini hape punya musuh pak.

 

Ternyata itu adalah SMARTPHONE yang mereka ambil dari salah satu pembunuh sebelumnya. Smartphone yang Rio dan Gian kira tertinggal di rumah Rena.

Rio hanya melihat Gian dengan penuh teka-teki. Gian kemudian MEMBERIKAN SMARTPHONE tersebut kepada bos.

GIAN

Hapenya kekunci, kita gabisa buka. Cuma mungkin bapak bisa nyari tau gimana caranya. Lumayan pak.

BOS

Dapet dari mana?

GIAN

Sebelom orang kacamataan senapan mesin yang nyerang kita yang Rio omongin, ada lagi pak satu orang yang nyerang kita. Dia udah mati sih, jadi hape sama senapannya kita ambil. Ini hapenya pak.

BOS

Oke, hebat juga kalian bisa bertahan lawan dua pembunuh.

GIAN

Iya pak, untung kita masih idup.

BOS

Yaudah, nanti saya cari tau lagi. Buruan kalian ke temen bapak, sebelom terang.

GIAN

Oke pak.

Si bos, sekarang dengan hape yang baru diberikan Gian, kembali berjalan ke gudang. Rio dan Gian berjalan ke arah mobilnya.

Saat mereka ingin melewati Kaca, yang berdiri di dekat mobil mereka, Kaca menghentikan keduanya.

KACA

Bentar. Gua mau kasih sesuatu ke kalian.

 

Dengan kedua tangannya ia meraih ke pinggang belakang dan terlihat sedang mencari sesuatu. Beberapa saat kemudian, ia mengeluarkan SEBUAH MAGAZINE PISTOL di masing-masing tangan. Tangan kiri ia berikan kepada Gian dan tangan kanan kepada Rio.

KACA

Buat jaga-jaga. Ga ada yang tau kalian bakal ketemu siapa di jalan.

 

Rio dan Gian hanya terlihat bingung melihatnya. Rio kemudian berusaha melihat bagian belakang Kaca.

RIO

Lu simpen di mana ginian?

KACA

Ga usah dipikirin. Cabut dah, mumpung belom ada matahari. Ati-ati di jalan.

 

Dengan itu Kaca berbalik badan dan berjalan menuju gudang. Rio dan Gian menyimpan magazine pistol yang diberikannya di dalam saku jaket dan masuk ke dalam mobil.

INT. MOBIL SUV (BERHENTI) - MALAM

Kita melihat Rio yang sedang MENYALAKAN MOBIL. Setelah beberapa saat MESIN MOBIL MENYALA, dengan semua yang di dalamnya terlihat lega.

GIAN

Untung masih bisa jalan.

RIO

Iye. Buruan dah kita cabut.

Gian terlihat berusaha MENYALAKAN RADIO MOBIL, sementara Rio MEMUNDURKAN MOBILNYA keluar parkiran dan menuju jalan.

EXT. GUDANG TAHU - MALAM

Kita melihat MOBIL SUV mereka, yang masih berasap, meninggalkan parkiran dan menyusuri kosongnya jalanan pada dini hari.

 

CUT TO:

EXT. JALAN RAYA - MALAM

 

Kita melihat sebuah MOBIL SUV YANG SEMAKIN BERASAP. Kecepatannya juga lebih pelan dari sebelumnya.

INT. MOBIL SUV (BERGERAK) - MALAM

RIO

Terlihat sedikit kesulitan mengendarai mobilnya karena asap yang menutupi pandangannya.

GIAN

Ia melihat ke Rio yang terlihat kesulitan mengendarai kemudian ia juga beralih pandangannya ke depan, yang juga terlihat kesulitan untuk melihat melewati asapnya.

ACHMAD

Ia hanya bersandar di pintu. Masih tidak terlalu bertenaga.

GIAN

Yok, yo yakin bisa nyetir kayak gini? Udah asepnya tebel, ini mobilnya tinggal itung waktu aja sebelom mogok.

RIO

Ya mau gimana lagi. Yang penting kita bisa bawa mobil ini ke temennya bos, terus masalah beres. Selama masih bisa jalan ya kita gas aja.

 

Kemudian heing sejenak, tidak ada yang berbicara apa-apa lagi, sebelum Rio membuka topik baru.

RIO

Sebenarnya yang pengen gua omongin, lu dapet hape dari mana? Katanya ketinggalan.

GIAN

Oh iya, gua lupa cerita. Jadi sebenernya tu pas gua sama lu lagi sibuk nyoba ke mobil, si Rena yang ambil.

RIO

Rena?

GIAN

Iya, dia yang ambil hapenya. Gua juga masih ga nyangka dia bisa inget sama hapenya pas semuanya lagi kacau-balau. Terus ya kayaknya pas di mobil apa pas lagi kita lari ke mobil, dia yang masukin hapenya ke kantong celana Achmad.

RIO

Lu yakin itu si Rena?

ACHMAD

Iya yok, gua mana inget hape gituan. Mikirin gimana gua kabur pas saat itu aja udah pusing. Siapa lagi kalo bukan dia.

RIO

(Mengangguk sembari tersenyum)

Heh, Rena ya.

GIAN

Rena.

RIO

Mungkin lu masih ada kesempatan sama dia yan.

GIAN

Siapa, gua? Sama Rena?

Rio hanya tersenyum sembari mengangguk.

GIAN

Itu sih gua gatau. Tunggu semua ini kelar dulu, baru dah gua pikirin.

RIO

Setidaknya masih ada harapan. Makanya kita jangan kenapa-kenapa lagi. Tinggal lagi bentar aja, semuanya kelar deh.

GIAN

Ga sabar gua pengen balik ke rumah gua terus tidur. Seharian gua pake balas dendam buat tidur.

ACHMAD

Gua juga pengen tidur di kamar gua.

GIAN

(Menoleh ke belakang)

Lu mah enak pasti dikasi libur sama bos, itu kaki masih bolong.

Ketiganya tertawa, berpikir semua akan berjalan lancar dan tugas akan selesai dan badai akan berlalu.

Namun tepat setelah itu, ada suara keras terdengar dari bagian depan mobil.

GRUDUK, GRUDUK, GRUDUK.

Ketiganya kaget mendengar suara itu, dengan Rio langsung memegang stir dengan dua tangan.

GIAN

Apaan tuh, yok?

RIO

Gatau gua.

Rio dengan cepat meminggirkan mobilnya ke pinggir jalan raya, dengan kecepatan yang semakin berkurang.

EXT. MOBIL SUV (BERGERAK) - MALAM

Kecepatan mobil dengan cepat berkurang, dan tidak butuh waktu lama setelah suara tadi, mobil itu berhenti dengan sempurna. Mobil itu diam, dan begitu juga para penumpangnya, tidak mengetahui apa yang baru saja terjadi.

FADE TO BLACK

TULISAN DI LAYAR:

"03:32"

FADE IN:

 

 

EXT. MOBIL SUV (BERHENTI) - MALAM

Kita masih berada di adegan sebelumnya, tepat saat mobil berhenti dengan sempurna di pinggir jalan. Ketiga penumpang di dalamnya juga terlihat terdiam.

INT. MOBIL SUV (BERHENTI) - MALAM

Rio masih memegang stir dengan kedua tangan. Gian dan Achmad hanya menatap ke depan dengan pandangan yang kosong.

Musiknya masih menyala dengan lancar. Ketiganya memiliki perasaan yang bercampur aduk: bingung, kaget dan kesal.

Setelah hening beberapa saat dan hanya musik yang terdengar, Rio membuka pintunya dan keluar.

RIO

Coba gua cek.

Gian dan Achmad hanya melihat Rio keluar, tanpa berkata apapun.

Kemudian kamera berada di dalam kap mesin, dengan gaya "trunk shot" melihat ke atas. Kap terbuka dan Rio yang membukanya, dirinya langsung tertutup asap tebal dari mesin itu. Ia pun batuk.

Saat ia masih melihat-lihat, suara pintu mobil terdengar terbuka dan tertutup. Kemudian Gian muncul dan mendekati Rio, memegang bahunya.

GIAN

Jadi gimana yok?

RIO

Parah. Gua ga ngerti gimana cara benerinnya.

GIAN

Kalo gitu, mumpung lo di sini, gua mampir ke mini mart depan ya.

RIO

Mini mart?

GIAN

Itu.

 

Gian menunjuk sebuah mini mart yang cukup dekat dari mobil mereka berhenti. Mini mart itu untungnya masih buka.

RIO

Lo napa ga bantuin gua nih woi, biar cepet kelar.

GIAN

Sama kayak lo, gua ga ngerti mesin mobil yok.

 RIO

Astaga..

 

GIAN

Lo mau nitip apaan?

RIO

(Menghela nafas) Air aja.

GIAN

Oke.

Gian kemudian meninggalkan mobil mereka dan berjalan menuju mini mart.

Achmad, yang masih duduk di belakang, mengeluarkan kepalanya lewat jendela yang bolong di sebelahnya dan mencoba mencari tahu bagaimana kondisi mobil mereka.

ACHMAD

Gimana mobilnya yok?

RIO

Gatau, parah kayaknya. Lo ngerti benerin mobil ga?

ACHMAD

Boro-boro, mobil aja gua kaga punya.

 

Rio melihat Achmad, kemudian kembali melihat mesin. Ia MELEPAS JAKETNYA dan ditaruh di kursi supir, dan kembali memusatkan perhatiannya ke dalam mesin yang berasap semakin tebal. Ia tidak tahu apa yang akan dilakukannya.

INT. MINI MART - MALAM

Pintu terbuka, dan masuklah Gian. Ia langsung pergi menuju tempat minuman dan mengambil beberapa botol minuman dingin.

Kemudian ia menghampiri tempat makanan ringan dan mengambil beberapa makanan ringan.

Setelah itu, ia membawa barang-barang belanjaannya dan menuju ke kasir untuk membayar.

Ia membanting semua barang-barangnya ke kasir. Kasirnya, seorang anak muda yang sedang mendengar lagu dengan headphone dan bermain game di smartphone miliknya, hanya melirik Gian.

 KASIR

Udah semua?

 GIAN

Udah.

Kasir tersebut bangun, melepas headphone, menaruh smartphone, dan mulai memproses barang yang dibeli Gian.

KASIR

Ada lagi?

GIAN

Itu rokok di belakang, Marlboro merah.

 

Sang kasir menoleh ke belakang dan mengambil sebungkus Marlboro.

 

KASIR

Sekalian koreknya?

GIAN

Ga.

KASIR

Pulsanya? 

GIAN

(Nada kesal)

Ga.

 KASIR

Mau pake plastik atau bawa tas sendiri?

GIAN

(Semakin kesal)

Saya ga bawa tas.

(jeda)

Pake plastik.

 

Sang kasir mulai memasukkan barang-barang belanjaannya ke dalam plastik, tidak memedulikan nada kesal yang dilontarkan Gian.

 

KASIR

Totalnya jadi 45 ribu, 700.

Saat Gian mengeluarkan dompet miliknya, KAMERA mulai berjalan menuju bagian belakang mini mart. Saat kamera menyusuri bagian belakang ruangan itu, keluarlah sosok seseorang dari balik pintu WC. Ia adalah PEMBUNUH SEBELUMNYA yang datang menyerang mereka di rumah Rena.

Ia keluar sembari mengelus-ngelus perutnya, SMG terlihat sepintas dari balik jaketnya saat ia memegang perut. Saat keluar, ia berhenti.

Ia melihat seseorang di kasir, seseorang yang mungkin dikenalinya. Ia terdiam.

Gian, merasakan ada yang melihatnya, menoleh ke arah pembunuh itu berdiri.

AKHIRNYA KEDUANYA SALING TATAP.

Musik NAVAJOE JOE OLEH ENNIO MORRICONE mulai bermain.

Seperti terhipnotis, keduanya saling melihat dan diam seperti patung. Keduanya menyadari siapa yang sedang mereka lihat, dan keduanya sedang memikirkan apa yang akan dilakukan.

Tangan kanan pembunuh dengan pelan tapi pasti mendekati SMG yang tersembunyi di balik jaket. Begitu juga dengan tangan kanan Gian yang dengan perlahan mendekati pistol yang tersimpan di balik jaket, di pinggang bagian kanan belakang.

KASIR

700-nya mau di donasi?

Suara kasir itu sangatlah padam terdengar. Gian, matanya membesar, nafasnya semakin berat, tangan kanannya mulai mendekati pistolnya.

Pembunuh itu juga sama berdiri tegak, tetapi memiliki ekspresi wajah yang cukup tenang. Matanya terbuka tidak terlalu lebar, nafasnya masih tenang, dan tangan kanan mulai masuk ke dalam jaket.

Sang kasir bingung dengan keduanya dan bertanya ke Gian.

KASIR

Mas?

Kini nafas Gian semakin berat, dan bukan lagi lewat hidung melainkan lewat mulut. Mulutnya terbuka sedikit untuk menghirup dan mengeluarkan udara. Ia akhirnya dengan pelan mengeluarkan suara.

 

GIAN

Nunduk.

KASIR

(Wajah bingung)

Apa?

Dunia kini bergerak dalam slow-motion.

Kamera kini berposisi di dekat keduanya. Kamera berayun ke kanan, memperlihatkan Gian MENGELUARKAN PISTOL dan MENEMBAKNYA SEKALI.

DOR!

Dalam slow-motion, pistol miliknya mengeluarkan api dan seiring pistol menembak, kamera berayun ke kiri mengikuti jalannya peluru hingga mengenai pembunuh.

Peluru mengenai bagian bawah bahu kiri PEMBUNUH, membuatnya terhayung tetapi tidak cukup untuk menghentikannya. Tangan kanannya MENGELUARKAN SMG dari balik jaket dan dengan mode tembak otomatis ia MENEMBAK DAN MENGHABISKAN MAGAZINE ke arah Gian.

DOR!DOR!DOR!DOR!

Suara tembakan nyaring terderang berulang-ulang, masih dalam slow-motion. Kamera kini berayun ke kanan, kembali ke posisi semula dan memperlihatkan Gian yang tertembak dua kali di bagian dada. Ia terlempar ke belakang, ke bagian kasir, dan tangan kanannya menembakkan pistolnya ke atas seiring ia terlempar. Mulutnya memuntahkan darah saat ia terlempar.

Kasir yang masih panik juga terkena tembakan dari SMG milik pembunuh di leher, darah mewarnai rak belakangnya. Ia juga terlempar ke belakang, jatuh ke lantai dan tak terlihat lagi.

Sekarang kita melihat Gian.

Ia duduk terjatuh, matanya semakin terbuka besar. Ia belum merasakan kesakitan dari tertembak dan masih kaget, adrenalin masih di puncak meski dadanya sudah berdarah.

Mulutnya juga banjir darah. Tetapi ia masih fokus dengan musuhnya, belum benar-benar memahami apa yang baru saja terjadi.

Ia melihat ke arah penembak, tetapi karena sedang terduduk ia tidak bisa melihatnya. Ia hanya bisa menunggunya datang dari balik rak. Tangan kanannya masih mengangkat pistol, mengarahkan ke arah penembak tadi.

Dan tiba-tiba...

Lagi ia muntah darah. Kini ia baru merasakan luka yang dideritanya. Kini ia kesakitan, tangan kiri memegangi luka dada. Matanya tertutup, keringat mengucur deras, ia hanya bisa mengerang kesakitan.

CUT TO BLACK

CUT TO:

EXT. MOBIL SUV (BERHENTI) - MALAM

 

Sekarang dunia berjalan dengan kecepatan normal. Rio sedang melihat mesin mobil yang sudah berasap tebal sembari menggaruh bagian belakang kepala, bingung bagaimana cara memperbaikinya.

Saat ia masih berdiri sembari bingung, ia mendengar suara tembakan.

DOR!

Ia dengan cepat menoleh ke arah mini mart, dan kini ada suara tembakan kedua.

DOR!DOR!DOR!DOR!

Suara senapan mesin terdengar dari dalam mini mart. Ia melihat mini mart dengan kaget.

Achmad lagi mengeluarkan kepala lewat kaca jendelanya.

ACHMAD

YOK! APAAN TUH YOK!

RIO

(Menjentikkan jari dan menunjuk ke Achmad)

Mad, lo diem di sini.

Achmad hanya mengangguk dan kembali masuk ke dalam mobil. Rio kembali menoleh ke arah mini mart, dan mulai berjalan. EXT. MINI MART - MALAM

Dari samping kita melihat kaki yang sedang melangkah ke arah mini mart. Kaki itu adalah kakinya Rio. Kamera naik dari kaki menuju pinggangnya. Tangan kanannya mengambil pistol dari pinggangnya. Kamera kembali naik, memperlihatkan wajah Rio yang penuh waspada.

Kita mengikuti Rio dari belakang. Langkahnya tidak cepat, tetapi lebih seperti orang yang berhati-hati. Mendekati mini mart, langkahnya lebih pelan lagi. Kini ia menoleh ke kiri, untuk melihat apa yang terjadi di dalam dari jendela.

Kini kita melihat dari sudut pandang Rio.

Kita melihat dari kiri, seorang pegawai mini mart bersembunyi di balik rak. Ia menunduk, kedua tangan menundukkan kepalanya. Secara perlahan kepalanya mengangkat, melihat ke arah kamera.

Kemudian kamera bergeser secara sangat perlahan ke kanan, mencoba melihat apa yang sebenarnya terjadi.

Darah. Kita melihat darah di tembok, dekat pintu ke WC. Tetapi tidak ada siapa-siapa di dekat situ.

Lagi kamera bergeser hingga bagian paling kanan mini mart, yaitu kasir. Kita melihat seseorang duduk di lantai dan bersandar ke kasir. Di adalah Gian. Darah merah membanjiri tubuhnya dan lantai sekitar. Ia tidak bergerak, tangan kanan memegang pistol dan tangan kiri memegangi dadanya.

Kamera kemudian bergerak memperlihatkan bagian kasir. Rak di belakangnya terlihat ada darah yang berciprat ke arahnya.

Saat kita sedang melihat ke bagian kasir, Gian bergerak sedikit. Ia terbatuk, dan lagi keluar darah dari mulutnya.

Sekarang kita melihat Rio. Melihat Gian batuk, ia langsung mulai berlari ke dalam mini mart dan berteriak sembari berlari.

RIO

GIAN! GIAN!

 

Saat berlari, KAMERA berganti menjadi sudut pandang Rio.

Dari balik rak, muncul seseorang berdiri. Bahu bagian kanannya berdarah. Tangan kanannya memegang SMG dan menodong ke arah Rio.

Sekarang kita melihat Rio yang langsung terdiam. Dia tidak mengetahui dia siapa, tetapi dia mengetahui orang ini yang menembak Gian. Kedua tangannya sudah memegang pistol dan mengarahkan ke arah orang itu.

Kini, KEDUANYA SALING MENODONG. INT. MINI MART - MALAM

Sekarang kita hanya melihat Gian, yang penuh darah. Semuanya mengira ia sudah mati.

Tetapi matanya terbuka setengah.

Secara perlahan ia melihat sepasang kaki di depannya. Itu adalah kaki pembunuhnya. Matanya kemudian secara perlahan melihat ke atas, dan dari matanya ia melihat pembunuh yang memegang SMG.

Tangan kanan Gian secara perlahan terangkat, sangat perlahan hingga pembunuh itu tidak menyadarinya.

Saat pistol sudah terangkat, barulah sang pembunuh menyadari Gian sedang bergerak. Namun ia terlambat untuk menyadarinya karena...

DOR!

Gian menembak, mengenai perut sang pembunuh. Sang pembunuh terpukul mundur, tetapi masih tetap berdiri. Ia balas menembak ke Gian, langsung membunuhnya seketika itu juga.

Rio juga membalas menembak ke arah pembunuh, tetapi si pembunuh sudah bersembunyi di balik rak untuk mengisi peluru dan berlindung. Rio menghabiskan seluruh magazine peluru dan tidak mengenai siapa-siapa.

EXT. MINI MART - MALAM

Rio maju dengan sungguh perlahan. Ia mencoba mengisi ulang peluru, tetapi ia baru ingat.

 

Magazine peluru ada di dalam jaket. Dan jaketnya tertinggal di mobil.

INT. MOBIL SUV (BERHENTI) - MALAM

Di kursi penumpang, kita melihat JAKETNYA RIO dan beberapa MAGAZINE PISTOL yang berada di saku samping jaket serta SATU PISTOL yang terletak di sebelah kursi pengemudi.

EXT. MOBIL SUV (BERHENTI) - MALAM

Kita melihat Achmad sedang mengeluarkan kepalanya lewat jendela. Ia ingin melihat apa yang sedang terjadi.

EXT. MINI MART - MALAM

Rio melihat pistol di tangannya. Kemudian ia menoleh ke mobil. Ia melihat Achmad.

Kemudian ia kembali melihat ke depan. Kini ia melihat pembunuh itu, yang sudah menodong Rio dengan SMG miliknya.

Lagi, Rio kembali teringat kalau ia masih memiliki pistol kedua di pinggang belakang.

Matanya tetap terpaku ke arah pembunuh itu, dan tangannya bersiap untuk membuang pistol yang dipegang dan mengambil pistol kedua.

DOR!DOR!DOR!DOR! 

Suara SMG terdengar, kaca pecah, Rio terpental ke belakang. Darah muncrat dari bagian depan tubuh.

Rio tertembak. Ia terjatuh, terbaring di parkiran mini mart yang hanya ada tiga motor saja. Pistolnya lepas dari genggaman.

INT. MINI MART - MALAM

Kita melihat sang pembunuh yang baru saja menembak menggunakan SMG miliknya bersandar di salah satu rak produk. Asap keluar dari ujung SMG.

Ia sempoyongan berjalan ke luar dari mini mart sembari mengisi ulang peluru SMG miliknya.

Ia melewati mayat Gian yang sudah banjir darah. Masih belum bisa berjalan stabil, ia mendorong pintu yang kaca yang hampir pecah secara keseluruhan. Saat mendorong, kaca di pintu akhirnya pecah semua.

EXT. MINI MART - MALAM

Ia berjalan keluar, kita masih mengikutinya. Ia pun menghampiri Rio yang sudah terbaring dan penuh darah di parkiran. Ia berjalan menuju motornya, membuka jok motor dan saat membukanya ia melihat ke arah mobil SUV yang sudah berasap.

Ia melihat kepala yang mengeluarkan dari jendela. Ia melihat Achmad.

EXT. MOBIL SUV (BERGERAK) - MALAM

Achmad, yang melihat seluruh kejadian, juga balas melihat sang pembunuh itu. Ia terdiam, tidak mengetahui apa yang akan dilakukannya.

Dari posisi mobil, kita melihat sang pembunuh mengambil sesuatu dari jok motornya dan memasukkan ke dalam jaketnya. Rupanya yang ia ambil adalah sekumpulan magazine untuk senapannya.

Ia menutup jok motor, dan dengan masih sempoyongan berjalan menuju mobilnya.

Saat berjalan, ia mengangkat senapannya, dan... DOR!DOR!DOR!DOR!

IA MENEMBAK KE MOBIL! Suara tembakan nyaring terdengar dan mengenai hampir seluruh bagian depan mobil. Achmad langsung bersembunyi di dalam mobil dalam keadaan panik.

Orang ini masih berjalan, mengganti magazine, dan kembali menembak. Ia semakin dekat, Achmad bisa merasakannya.

Akhirnya saat orang ini sibuk mengganti magazine, Achmad keluar dari mobil. Ia kesulitan karena kakinya yang luka.

Saat membuka pintu dan ingin keluar, si pembunuh lagi menembakinya. Untung tidak ada yang mengenai Achmad.

Ia keluar dan dengan gesit bersembunyi di balik mobil. Ia mengintip sedikit, dan lagi orang itu menembak. Ia semakin dekat.

Orang ini semakin dekat, semakin dekat, ia sempoyongan tetapi Achmad bisa merasakan kalau orang ini sudah dekat. Beberapa saat lagi mereka akan saling tatap.

DOR!DOR!DOR!

Suara tembakan pistol terdengar. Achmad hanya menutup matanya. Kemudian ia membuka matanya, menunggu kedatangan orang ini.

Tetapi orang ini tidak kunjung datang. Tidak lagi ada suara tembakan senapan mesin. Ia akhirnya memberanikan dirinya untuk lagi mengintip.

Apa yang ia lihat cukup mengejutkannya. Si pembunuh tergeletak di tanah, luka tembak terlihat di punggung dan di belakang kepala. Badannya menghadap ke bawah, sehingga tidak terlihat wajahnya.

EXT. MINI MART - MALAM

Sebuah tangan memegang pistol. Asap keluar dari pistol itu.

Kita melihat Rio, yang terengah-engah. Tangan kirinya memegangi perut yang sudah banjir darah. Tangan kanannya yang memegangi pistol.

Ia kemudian tergeletak lemah, menjatuhkan pistolnya. Dengan nafasnya yang berat, ia melihat ke langit.

Matanya mulai terlihat semakin ingin menutup. Ia tidak lagi kuat untuk membuka matanya.

Dan dimulailah lagu NIGHTCALL OLEH KAVINSKY.

Saat matanya sudah mulai ingin tertutup secara sangat perlahan...

 

RIO V/O

"Kamu nanti kalo udah gede kamu bantuin keluarga ya, kan kamu anak bapak paling gede. Bantu liat-laitin mama, bantu adek kamu," begitulah kata bapak sebelum ia meninggal karena kanker. Abis dia ninggalin gua sama mama sama adek gua, sekarang adek gua mau lulus SMA terus pengen lanjutin kuliah. Mama gua, kerja sendiri di kampung nyari duit.

 

FADE TO BLACK

 

RIO V/O (CONT'D)

Itulah, kawan-kawan, kenapa gua ke jakarta. Dan taukah kalian? Jakarta ga segampang yang gua kira. Banyak jalan yang gua tempuh yang akhirnya buat gua kerja kayak gini. Liat gua sekarang, terbaring dengan darah gua sendiri di parkiran mini mart. Pengen rasanya gua ngekutuk Tuhan, ngekutuk nasib yang udah ngasih gua gini. Jadi, apakah semua yang gua lakuin selama ini worth it? Jujur, gua gatau.

(Jeda)

Ma, kayaknya bulan ini Rio gabisa ngirim duit dulu ya.

 

CUT TO:

EXT. MOBIL SUV (BERGERAK) - MALAM

 

Lagu NIGHTCALL OLEH KAVINSKY masih berjalan. Kamera memperlihatkan bagian atas sebuah mobil SUV sedang berkendara pada malam hari.

Kamera mulai turun, memperlihatkan mobil itu secara keseluruhan yang sedang berjalan. Mobil itu berbeda dengan mobil SUV yang sebelumnya. Dan mobil ini masih mulus, tidak ada kerusakan sedikitpun.

Kita melihat kaca supir turun dengan penuh, dan tangan kanannya bergelantungan di luar sembari memegang sebuah rokok.

INT. MOBIL SUV (BERGERAK) - MALAM

Kamera berada di kursi penumpang belakang, melihat kedepan. Kita hanya melihat bagian belakang sang supir. Hanya ada dia di dalam mobil.

Ia membelokkan mobilnya ke sebuah gudang. Itu rupanya adalah GUDANG BOS.

EXT. GUDANG - MALAM

Kita melihat sebuah mobil SUV gelap memasuki parkiran gudang. Mobil berhenti di depan pintu gudang.

Pintu bagasi mobil terbuka.

Kaca mobil bagian supir tetap, dan hanya tangan saja yang sembari memegang rokok terlihat sedang keluar. Kita belum mengetahui siapa yang di dalam.

Dua orang dari dalam gudang keluar dari gudang sembari membawa satu tas besar pada masing-masing. Tas ini terlihat berat dan kedua orang itu membawa dengan penuh tekad yang bulat.

Keduanya membawa dan menaruh tasnya ke dalam bagasi mobil yang sudah terbuka.

Setelah itu bos keluar dari gudang, membawa sebuah amplop di tangkan kanannya. Tidak butuh orang pintar untuk mengetahui kalau amplop itu penuh dengan sesuatu, dan terlihat seperti penuh dengan uang.

Bos itu tersenyum, dengan rokok di mulutnya, melihat sang supir.

Ia kemudian berjalan, mendekati hingga akhirnya sampai di sebelah supir itu. Ia memberikan amplop kepada supir itu yang tangannya sudah keluar dari tadi.

Sang supir menaruh rokok di mulutnya dan mengambil amplop itu. Kita masih belum tahu siapa supir itu.

Bos masih tersenyum melihatnya.

Kedua orang di belakang sudah menaruh tas masing-masing dan menutup bagasi.

Barulah sekarang kita melihat siapa supir itu.

RIO.

Ia kembali mengambil rokok dari mulut dengan tangan kanannya, kemudian kembali bergelantungan di jendela sembari tangan kirinya memegang stir.

Ia melaju, meninggalkan bos dan gudang itu. Mobil itu keluar dari gudang menuju jalan raya.

Kini mobil sudah tidak terlihat, dan kamera mengangkat tinggi, memperlihatkan kota Jakarta pada malam hari. Banyak gedung tinggi, lampu masih menyala di berbagai lantai gedung itu.

Kamera berhenti. Kita masih melihat kota Jakarta. Musik masih berputar.

TULISAN DI LAYAR:

"TAMAT"

CUT TO BLACK

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar