Anjing Malam
5. Pertanda
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

CUT TO:

INT. MOBIL SUV (BERGERAK) - MALAM

 

Lagi kita berada di kaca depan, melihat ke dalam tiga pemuda yang malamnya tidak sesuai rencana mereka.

RIO

Mengusap-usap matanya agar tidak mengantuk sembari tangan kanannya memegang stir mobil.

GIAN

Menurunkan kacanya, mengeluarkan sebatang rokok dan korek, dan mulai merokok. Tangannya kemudian bergelantungan di luar jendela sembari memegang rokoknya.

ACHMAD

Masih di belakang, duduk bersandar, mata dan mulutnya tertutup. Ia masih pingsan, rupanya.

GIAN

Kira-kira kita masuk berita ga ya?

Rio, yang terlihat mengantuk, kaget ditanyai sebuah pertanyaan.

RIO

Ha? 

GIAN

Lo ngantuk ya? Awas nabrak lo ye.

RIO

Engga, engga. Tadi lo nanya apaan?

GIAN

Abis malem ini, kira-kira kita masuk berita ga? Masuk TV.

RIO

Hmmm. Kalo yang digudang kayaknya kaga, ga ada orang kan di deketnya. Cuma yang di rumahnya Rena itu gua bilang pasti rame. Ga mungkin tetangga pada budek kan? Tengah malem siapa coba yang tembak-tembakkan di rumah.

GIAN

(Mengusap dagu)

Apa judul beritanya ya. "Penembakan misterius"!

RIO

Kurang keren. Gimana kalo "Heboh! Baku tembak yang liar terjadi di perumahaan yang sunyi pada malam hari". 

GIAN

Panjang bener, mana muat di TV. Yang ada kelewatan noh.

RIO

Ya kira-kira gitulah. Pendekin aja lagi dikit.

 

Kemudian suasan hening lagi Mereka tidak bicara apa-apa, sebelum Gian kembali membuka percakapan.

GIAN

Tapi setidaknya mimpi gua bakal kesampean, yok.

RIO

Mimpi apaan, gila?

GIAN

Mimpi masuk TV. Meskipun dibilang kriminal, setidaknya satu Indonesia kenal gua.

RIO

Iya, dikenal sebagai orang yang ga becus jualan narkoba.

GIAN

Diem deh, setidaknya gua masuk TV. Lo juga bangga dong muka lo bisa diliat ribuan orang.

RIO

Yang pertama ni ya, polisi gabisa semalem langsung ngenalin kita. Mereka kan mesti ngecek ini, ngecek itu, baru mereka bisa tau kalo pelakunya kita. Itu aja mereka bisa ga berhasil. Sama yang kedua, gua gamau muka gua nongol di berita gara-gara ga becus jualan narkoba. Apalagi diliat keluarga gua, malu anjing. 

GIAN

Terlalu banyak khawatir lo yok. Kalo lo dapet kesempatan buat terkenal, lo harus ambil aja.

RIO

Gua gamau terkenal gara-gara ginian.

GIAN

Lo ga gatau ya, gini-gini kita bisa jadi kaya lho yok.

RIO

Ha? Coba jelasin gimana, karena logika lo bener-bener ga nyambung ama gua.

GIAN

Dengerin nih, kita kan kriminal. Kalo ketangkep paling dipenjara kan?

RIO

Gatau gua. Penjara apa hukuman mati kali.

GIAN

Gausah hukuman mati, kita anggep aja dipenjara.

RIO

Ya serah lo dah.

GIAN

Nah, terus kalo dipenjara kan berarti ada kemungkinan kita bakal keluar. 

RIO

Ya itu lagi 20 tahun kali kita baru bisa bebas. Udah jualan narkoba, punya pistol lagi.

GIAN

5, 10, 20 tahun, ga usah dipikirin dulu. Yang penting kan kita bakal keluar dari penjara. Nah, pas keluar kita bisa tuh yok buat buku.

RIO

Buat buku?

GIAN

Iya, buku biografi tentang kehidupan kriminal. Atau biografi tentang kehidupan seorang pengedar narkoba.

 

Rio hanya menoleh dengan wajah yang bingung, menatapnya dengan tatapan yang mengucapkan: "Ini orang konyol abis."

GIAN

Atau kalo beruntung, kisah kita bisa dijadiin film, yok. Bayangin dong udah kita terkenal, dapet duit lagi.

RIO

Itu umur berapa kita? 40? 50?

GIAN

Umur ga masalah yok, yang penting kita selama hidup pernah mendapatkan sebuah pencapaian.

RIO

Pencapaian sebagai kriminal gagal?

GIAN

Pencapaian sebagai seseorang yang berhasil mengubah hidup dari kelam menjadi sukses.

RIO

Lo emang sering ya mikirin gian?

GIAN

Kadang-kadang aja. Setidaknya kalopun ketangkep, gua bisa ga murung terus. Udah punya rencana masa depan. Kalo ga ketangkep, ya gapapa.

RIO

Jadi lo emang pengen ketangkep, biar idup lo dijadiin buku gitu?

GIAN

Ya kaga. Ini kan cuma aja. Andaikan gua ketangkep. Kalo ga ya selo aja.

 

Mereka kembali berhenti berbicara dan Rio lanjut konsenstrasi ke arah jalan di hadapannya.

EXT. JALAN RAYA - MALAM

Kini KAMERA berada di tengah jalan, melihat mobil SUV yang dikendarai Rio dan Gian berjalan kemari namun masih pada jarak yang cukup jauh. Jalanan terlihat sepi sekali, tidak ada satu mobil atau motor terlihat.

Saat mobilnya masih berjalan dengan kecepatan yang cepat tidak dan lambat juga tidak, SEEKOR ANJING berjalan menyebrangi jalan dengan kecepatan yang cukup santai dan berada di depan kamera. Seketika anjing ini terlihat seperti anjing yang Rio lihat sebelumnya.

Badan anjing menjadi silhouette dari lampu mobil, dan anjing ini tidak menghiraukan mobil yang semakin mendekat.

INT. MOBIL SUV (BERGERAK) - MALAM

Lagi dari depan kaca, kita melihat ketiga tokoh kita.

RIO

Matanya mulai melemah dan kepalanya bersandar di tangan kanannya.

GIAN

Tangan kirinya menjulur keluar jendela sembari memegangi rokoknya.

ACHMAD

Masih dalam posisi sebelumnya, pingsan dan tidak bergerak.

Namun semua itu berubah beberapa saat kemudian saat ada tiba-tiba ada bunyi kencang...

DUK!

Suara tabrakan terdengar kencang, mengagetkan Rio dan Gian yang tangannya masih tegak lurus ke luar jendela memegang rokok sekaligus mengguncang Achmad di kursi belakang. Rio seketika menghentikan mobilnya secepat mungkin, menghasilkan suara ban mobil bergesekkan dengan aspal.

Mobil akhirnya berhenti. Mata Rio terbuka lebar, nafasnya naik turun. Berbeda dengan Gian yang diam seperti patung, tangan kiri masih memegang rokok di luar jendela. Achmad terjatuh ke depan, yang lantas menyadarkannya dari tidur.

ACHMAD

(Dengan panik) Apaan nih? Apaa nih?

GIAN

Yok, lo nabrak apaan?

RIO

Gua gatau. Binatang kayaknya.

GIAN

Kucing ya?

RIO

Gatau, kucing apa anjing nyebrang.

GIAN

Lo masang lampu depan kan?

RIO

Pasang, tuh masih nyala.

GIAN

Lo liat ada yang lewat ga?

RIO

Kaga.

GIAN

Kalo gitu harusnya anjingnya liat lampu mobil.

RIO

Buta kali, gua gatau. Cek dah, yuk.

Rio membuka pintu dan keluar dari mobil, diikuti dengan Gian.

Achmad masih bengong dan melihat apa yang terjadi dari kursi belakang. Ia kemudian mengerang sedikit dan memegangi kakinya yang luka.

EXT. JALAN RAYA - MALAM

Rio dan Gian keluar dari mobil, dan secara perlahan maju ke depan, melihat apa yang ditabrak.

Terkejut, mereka tidak melihat apa-apa. Gian melihat sekeliling dengan cemas, dan Rio melihat bagian depan mobil sembari jongkok. Penyok dan salah satu lampu depan mobil pecah dan mati.

 

RIO

Nabrak sesuatu nih. Penyok sama pecah lampunya, tadi masih nyala dua-duanya.

GIAN

Ga ada apa-apaan tapi yok.

Rio berdiri, dan ikut melihat sekeliling, mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

GIAN

Tau ga ini apa, yok? Ini ni pertanda.

RIO

(Mulai kesal)

Pertanda apaan lagi sekarang?

GIAN

Gua gatau pertanda apaan, cuma yang pasti ini kayak Tuhan mau ngasih tau sesuatu ke kita.

RIO

Tuhan? Sekarang lo masi percaya ama Tuhan? Tuhan ga ada! Kita kerja kayak gini gamungkin Tuhan ikut numpang.

 

Rio menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, menahan emosi. Ia bingung, dan juga tidak tahu apa yang akan dilakukannya.

Gian bengong, dan Rio memecahkan lamunannya.

RIO

Hoi, kita masih ke rumah bos kan?

GIAN

Gatau, iya kayaknya.

RIO

Kan tadi lo yang nyuruh kita ke rumahnya bos, gimana sih anjing? Udah, buruan masuk mobil. Gua gamau lama-lama di sini.

 

Gian hanya melihatnya, membuang rokoknya dan masuk ke dalam mobil.

Begitu juga Rio, tetapi sebelum masuk, ia berhenti saat membuka pintu. Ia kembali melihat sekitar, dan kemudian melihat ke atas langit, seperti sedang mencari sesuatu. Baru setelah itu ia masuk ke dalam mobil.

INT. MOBIL SUV (BERHENTI) - MALAM

Rio duduk di kursi supir, sementara Gian sudah duduk lebih dulu dan sedang melihat ke luar. Achmad kini sudah mulai sadar, meski badannya masih bersandar lemah.

ACHMAD

Jadi tadi apaan?

GIAN

Tadi itu namanya fenomena. Sesuatu yang gaib.

RIO

Ah, engga gitu. Tadi kayaknya gua nabrak binatang, anjing apa kucing atau apalah, gua gatau. Cuma kayaknya binatangnya mental jauh apa ketabrak, terus bangun, lari, gua gatau.

GIAN

Kok ga ada darah, kalo gitu?

RIO

Ketabrak ga mesti berdarah. Mungkin aja ketabrak cuma ga kenapa-kenapa. Mungkin juga ketabrak cuma paling luka dalem, kulitnya ga ada yang sobek.

Gian menghela nafas, kemudian menoleh ke belakang.

Kini KAMERA berposisi sebagai sudut pandang si Achmad, sehingga kita melihat ke depan dari kursi belakang.

GIAN

Achmad, lo percaya kita nabrak sesuatu tadi?

ACHMAD

Gua gatau, gua ga liat kan tadi.

GIAN

Cuma lo yakin kalo yang tadi itu hal yang ga wajar?

ACHMAD

Nabrak binatang? Kayaknya itu sering deh.

RIO

(Menoleh ke Gian)

Kenapa lo maksa banget kita buat percaya takhayul lo?

GIAN

Karena gua pengen lo pada percaya kalau tadi itu pertanda sesuatu kepada kita, untuk memperingati kita terhadap bahaya yang akan muncul.

RIO

Bahaya akan selalu muncul, yan. Harusnya lo tau. Makanya kita bawa pistol. Kalo misalkan--

ACHMAD

(Memotong)

Takhayul atau tidak, itu setidaknya buat hidup lebih menarik. Mana lebih menarik, lo tau lo nabrak anjing apa lo tau kalo lo baru aja nabrak anak setan.

RIO

(Menoleh ke belakang)

Anak setan? Lo bilang lo percaya sama si Gian?

ACHMAD

Percaya apa tidak, gua masih ga yakin. Cuma yang gua percaya, gua lebih tertarik sama ide kalo lo baru aja nabrak makhluk tak terlihat. 

RIO

(Menggaruk rambut belakang)

Oke, sekarang gelap gulita gua harus duduk di mobil sama dua orang percaya gua baru nabrak tuyul.

GIAN

Lo percaya apa tidak, yok, emang lebih menarik kan kalo lo percaya yang tadi lo baru tabrak itu makhluk gaib.

 

Rio hanya menggeleng kepalanya dan mulai menjalankan mobilnya. Gian, yang menoleh ke kebelakang, mengangguk ke arah kamera dan lanjut duduk menghadap depan.

CUT TO:

 

EXT. JALAN RAYA - MALAM

Kita melihat mobil SUV yang mereka kendarai berjalan dengan kecepatan yang sedang, dan asap depan mobil yang semakin tebal.

INT. MOBIL SUV (BERGERAK) - MALAM

RIO

Sedang menyetir.

GIAN

Sibuk mencari siaran radio untuk mencari musik.

ACHMAD

Duduk di belakang, kini sudah sadar. Wajahnya terlihat bingung dan memikirkan sesuatu, sebelum ia akhirnya mengajukan sebuah pertanyaan.

ACHMAD

Jadi, siapa cewek yang tadi? Rena kalo ga salah namanya.

 

Mendengar pertanyaan itu, Rio dan Gian bertukar pandang. Rio hanya tersenyum ingin tertawa dan Gian yang wajahnya menjadi masam dan terlihat terganggu dengan pertanyaan itu. Rio dengan antusias menjawabnya.

RIO

Lo tadi inget ga kita mampir di rumahnya?

Gian lanjut mencari saluran radio untuk musik.

ACHMAD

Burem-burem, gua cuma inget gua tiduran di kasur apa sofa gitu. Pengen ngomong tapi mata gua udah berat banget.

RIO

Di sofa lo tiduran. Lo inget ga lo ngomong apaan ke Rena?

ACHMAD

Ga.

RIO

Lo, sambil mata lo masih setengah kebuka, ngomong "Rena, Rena, lo cantik, Rena."

ACHMAD

Masa?

RIO

Iya.

ACHMAD

Gua ngomong kayak gitu?

RIO

Ya. Abis itu lo lanjut mati.

ACHMAD

Hmmm. Jadi, dia itu siapa? Temen kalian?

 

Gian akhirnya mendapatkan saluran radio yang menyajikan musik yang ia sukai.

 

RIO

Bagi gua temen, cuma bagi salah satu dari kita, Rena itu lebih dari temen.

 

Gian menoleh ke arah Rio dengan wajah yang kesal dan memukul bahunya.

 

RIO

Oi, oi, oi. Sakit, tau? Awas nyetir gua miring mobil kita nyungsep.

ACHMAD

Dia pacar lo, yan?

GIAN

Udah ga. Itu udah lama. Lagian, abis malam ini gua yakin kata "pacaran" pasti jauh amet buat gua sama dia.

RIO

Mad, pacaran itu untuk sekarang ga usah dipikirin dulu pokoknya. Kerjaan kayak kita, untuk punya pacar itu cuma nambah beban di pikiran aja. Tunggu sampe antara lo udah ga kerja gini atau lo naik pangkat, baru dah pikirin gimana bisa masuk ke selangkangan mereka.

Achmad hanya menangguk-angguk saja.

GIAN

Tetapi bukan berarti pacaran itu ga penting. Mau berapa pun lamanya kita hidup, suatu saat pasti akan ada waktu di mana lo mesti nyari cewek. Sekarang mungkin lo emang belom nemu, tapi pasti akan ada yang muncul suatu saat. Ada penutup untuk semua toples.

(jeda)

Atau cowok, kalo emang itu selera lo.

Gian kemudian melihat ke Rio, seperti mendapatkan ide baru.

GIAN

Eh yok, mungkin lo juga bisa.

 RIO

Apaan?

GIAN

Nyari cowok, kan lo patah hati dari cewek. Siapa tau pelukan cowok emang yang lo cari.

Rio melihat ke Gian dengan wajah yang sangat kaget.

RIO

(Nada kesal) What the fuck?

Achmad hanya tertawa kecil mendengarnya.

 

FADE TO BLACK

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar