INT. RUMAH VANIA - DAPUR - DAY
Vania mencengkram kerah baju Razaf. Ia juga mengacungkan Pisau tepat di leher Razaf. Di belakang Razaf, Budhe Amih berdiri terengah-engah di samping meja dapur.
RAZAF
Bunda.. Tolong lepasin Razaf. Bunda sadar, Bunda..
Rizal masuk dan terkejut. Ia berdiri di tengah pintu dapur. Rizal mengepalkan tangan. Nafasnya tersengal. Rizal mengerjap pelan. Jeritan Razaf masih terdengar.
CUT TO
INT. RUMAH RIZAL - DAPUR - FLASH BACK - DAY
Santi mencengkram kerah baju Rizal sambil mengacungkan pisau tepat di lehernya. Rizal berjalan mundur pelan.
CUT BACK TO
INT. RUMAH VANIA - DAPUR - DAY
Vania mencengkram kerah baju Razaf masih dengan pisau teracung di leher. Razaf berjalan mundur pelan.
Vania sekarang berada di depan Budhe Amih.
CUT TO
INT. RUMAH RIZAL - DAPUR - FLASH BACK - DAY
Santi mencengkram kerah baju Rizal sambil mengacungkan pisau tepat di lehernya. Rizal berjalan mundur pelan. Santi sekarang berada di depan Kamid. Kamid memeluk Santi sambil membisikkan sesuatu. Cengkraman Santi pada Rizal mengendur.
Rizal berhasil melepaskan diri. Ia kemudian berlari ke Kamid. Menarik-narik tangan Kamid yang memeluk Santi.
RIZAL
(Teriak) Bapak.. Ayo metu, Bapak. Culno Monster kuwi, Bapak.. Ojo cedhak-cedhak karo monster, Bapak.. Monster gendeng.
Santi melepaskan pelukan dan berbalik dengan tatapan marah. Rizal masih berteriak. Kamid mencoba menenangkan Santi. Santi segera mengangkat pisau.
CUT BACK TO
INT. RUMAH VANIA - DAPUR - DAY
Rizal menggelengkan kepala dengan mata terpejam. Nafasnya tersengal. Rizal kemudian membuka mata dan melihat Vania mengacungkan pisau pada Budhe Amih. Razaf berdiri di belakang Budhe Amih ketakutan.
Rizal berlari mendekat dan segera mencekik Vania. Pisau di tangan Vania terlepas. Vania kesakitan. Budhe Amih memukul lengan Rizal.
BUDHE AMIH
Lepaskan Vania, Zal.. Kamu mau bunuh Vania lagi?
Vania menepuk-nepuk tangan Rizal.
VANIA
Mas.. Uhuk uhuk..
Rizal kaget. Ia segera melepaskan Vania.
Vania lalu mengatur nafas dan bersandar pada meja dapur. Budhe Amih mengangsurkan segelas air putih pada Vania. Vania minum.
RIZAL
Sebenarnya.. Apa yang terjadi di sini?
Vania meletakkan gelas, lalu berdiri di depan Rizal. Vania menari nafas panjang.
VANIA
Semuanya tadi hanya pura-pura, Mas. Vania ingin tau, apa Mas Rizal sudah bisa nerima kondisi Vania? Dan ternyata, Mas Rizal masih belum bisa sepenuhnya nerima kondisi Vania. (Beat) Jadi, Maaf, Mas.. pernikahan kita harus berakhir.
Rizal terkejut. Vania segera pergi. Rizal terdiam di tempatnya.
INT. RUMAH VANIA - KAMAR - DAY
Vania memasukkan pakaian Rizal ke dalam koper dengan dibantu Razaf. Vania menahan diri untuk tidak menangis.
Rizal masuk dan menghampiri Vania. Rizal memegang lengan Vania.
RIZAL
Tolong beri saya satu kesempatan lagi, Van. Saya janji, saya tidak akan menyakiti kamu lagi.
Vania menyingkirkan tangan Rizal.
VANIA
(Menahan tangis) Maaf, Mas. Vania nggak bisa. Vania nggak bisa hidup dengan orang yang tidak bisa menerima kondisi Vania. Yang tidak bisa memahami Vania. Karna Vania sadar, sampai kapan pun, Vania akan selalu membutuhkan orang lain. Penderita Skizofrenia seperti Vania ini, Mas, selamanya akan bergantung pada orang lain. Dan Vania nggak mau, menggantungkan diri Vania, pada orang yang justru membenci penyakit Vania. Vania butuh orang yang bisa merangkul Vania, bagaimanapun keadaan Vania. Bukan orang yang justru melukai Vania, saat penyakit Vania kambuh.
Vania mendongakkan kepala. Menahan air matanya. Rizal berlutut di depan Vania sambil menggenggam tangan Vania.
RIZAL
Pliss, Van. Beri saya satu kesempatan lagi. Saya janji, saya akan berubah.
Vania mencoba melepaskan genggaman Rizal.
VANIA
Maaf, Mas. Keputusan Vania tidak akan berubah. Kita berdua harus bercerai.
Vania melanjutkan menata koper Rizal. Rizal menghampiri Razaf dan berlutut di depannya.
RIZAL
(Tampang melas) Zaf.. Tolong Ayah, Nak. Tolong bujuk Bunda..
RAZAF
Maaf, Ayah.. Aku nggak mau ngeliat Bunda disakitin Ayah terus. Aku juga nggak mau ngeliat Bunda sedih lagi.
Rizal terkejut mendengan ucapan Razaf.
Vania menutup koper dan menyerahkannya pada Rizal. Rizal berdiri dan menerimanya dengan pasrah.
VANIA
Ini, Mas kopernya.. Untuk masalah perceraian ini, Vania yang akan mengurus semuanya. Vania minta kerja sama Mas Rizal, agar masalah ini bisa segera selesai.
RIZAl
(Melas) Van..
VANIA
Untuk masalah, Razaf, Mas Rizal bisa menemui dia kapan pun. Vania tidak akan pernah melarang. Karna bagaimana pun, Razaf juga anak Mas Rizal.
RIZAL
Van.. Apa tidak bisa..(terpotong)
VANIA
Silahkan keluar dari sini, Mas.
Rizal lalu pergi dengan langkah gontai.
INT. PERUMAHAN - KAMAR – DAY - MONTAGE
Rizal berbaring tengkurap di atas kasur. Ia menutupi wajahnya dengan satu tangan. Rizal menangis. Koper dari Vania ia letakkan di depan almari.
INT. RUMAH VANIA – KAMAR – DAY
Vania duduk di pinggir ranjang dengan memegang foto pernikahannya. Ia menangis tergugu.
INT. PERUMAHAN – KAMAR – NIGHT
Rizal berbaring sambil menutupi wajah dengan satu tangan. Di tangannya yang lain, ia menggenggam stiky notes berisi quotes dari Danang. Kamar Rizal sangat berantakan.
INT. RUMAH VANIA – KAMAR – NIGHT
Vania tidur dengan wajah sembab. Ia memeluk foto pernikahannya.
END MONTAGE
INT. BUTIK – RUANGAN VANIA – DAY
Vania sedang memasukkan barang-barang di meja kerjanya ke dalam kardus. Diana masuk dan menghampiri Vania.
DIANA
Van.. Kamu mau kemana? Ini, barang-barang kamu kenapa dipindah?
Vania menghentikan aktivitasnya. Ia menatap Diana dan memegang tangan Diana.
VANIA
Mbak Di, Vania nitip butik, ya..
Diana terkejut.
DIANA
Loh.. Kamu mau kemana, Van?
VANIA
Vania mau pindah, Mbak Di. Mau ikut Mas Abi ke Malang.
Diana melepaskan tangan Vania.
DIANA
Kamu jangan bercanda, Van. Mbak Di nggak suka, ah..
VANIA
Vania serius, Mbak Di. Lusa, Vania mau berangkat. Besok Vania mau ketemu sama pengacara Vania dulu. Mau nyerahin berkas-berkas perceraian.
DIANA
Kamu serius, mau cerai sama Rizal?
VANIA
Iya, Mbak.
EXT. HALAMAN PERUMAHAN – DAY
Danang dan Diana turun dari mobil dan berjalan memasuki rumah Rizal. Keduanya berhenti di samping papan pengumuman yang menancap di taman rumah Rizal. Di sana tertulis “DIJUAL CEPAT. Hub: 082154389760”
Danang dan Diana terkejut. Mereka saling menatap. Keduanya kemudian berlari masuk rumah Rizal.
INT. PERUMAHAN - KAMAR – DAY
Kamar Rizal sudah kembali Rapi. Di depan almarinya, ada dua buah koper. Rizal berdiri di depan meja kerjanya. Barang-barang di meja kerjanya sudah ia pindahkan ke dalam kardus. Rizal memegang pigura yang berisi fotonya bersama Vania dan Razaf, Rizal menatap foto itu lama.
Danang dan Diana tiba-tiba masuk. Keduanya kaget melihat dua koper di dalam almari. Danang menghampiri Rizal.
DANANG
Zal.. Lo mau kemana?
Rizal kaget mendengar suara Danang. Ia buru-buru memasukkan foto ke dalam kardus. Rizal kemudian menoleh.
RIZAL
Gue mau pindah, Nang.
DANANG
Pindah kemana lo?
RIZAL
Ke suatu tempat.
DANANG
(Jengkel) Gue nanya serius, Zal.
DIANA
Kenapa lo tiba-tiba pindah?
RIZAL
Gue nggak bisa tetep di sini, Di. Gue keinget terus sama Vania.
Rizal memeluk Danang. Menepuk punggungnya pelan.
RIZAL
Thank’s ya, Nang. Lo udah baik banget sama gue. Gue minta maaf, karna selalu ngerepotin lo.
Danang melepas pelukan. Ia kemudian memukul pundak Rizal.
DANANG
Apaan sih, lo..
Rizal kini menghampiri Diana.
RIZAL
Di.. Thank’s banget, lo udah banyak bantuin gue. Sorry kalo selama ini gue nyusahin lo.
Diana menatap Rizal sinis. Ia kemudian menarik tangan Danang, mengajaknya keluar.
INT. PERUMAHAN – DRPAN KAMAR – DAY
DIANA
(Lirih) Yang.. Kita harus ngasih tau Vania sooal ini. Anterin aku ke kantor pengacara Tristan, Yang. Vania hari ini mau ke sana.
DANANG
Ayo, Ay.
Keduanya berjalan keluar.
INT. KANTOR PENGACARA - DAY
Vania dan Abimanyu duduk di kursi tunggu. Keduanya saling mengobrol.
Abimanyu berdiri lalu pergi meninggalkan Vania.
Diana datang dan menyeret Vania keluar. Vania meletakkan tas dan berkasnya di atas kursi.
EXT. HALAMAN KANTOR PENGACARA - DAY
VANIA
Mbak Di.. Ada apa?
DIANA
Kamu yakin mau cerai?
Vania mengangguk pelan.
VANIA
Iya, Mbak. Mas Rizal belum bisa nerima kondisi Vania. Jadi, Vania memilih cerai aja.
DIANA
Van.. Tolong kamu pertimbangkan lagi. Rizal sangat mencintai kamu, Van.
VANIA
Enggak, Mbak. Vania udah yakin saama keputusan Vania.
DIANA
Mbak mau ngasih tau kaamu sesuatu.
VANIA
Apa, Mbak?
DIANA
Sebenarnya, sejak Rizal meminta rujuk sama kamu, dia mulai melakukan terapi ke psikolog, Van.
Vania terkejut.
VANIA
Ha? Mas Rizal ke psikolog?
DIANA
Iya, Van. Kamu tau sendiri, kan, dulu seperti apa penolakan Rizal waltu disuruh ke psikolog. Tapi demi kamu, dia mau melakukannya, Van. Rizal mau terapi. Dia bener-bener pingin sembuh. Dia pengen bisa hidup normal sama kamu. (Beat) Van.. Rizal juga mulai belajar tentang Skizofrenia. Setiap hari dia melakukannya. Dia benar-benar berusaha memahami kamu. Mbak aja kaget waktu dikasih tau Mas Danang. Karna setau Mbak, Rizal itu benar-benar takut dengan Skizofrenia. Tapi demi kamu, dia berusaha mengalahkan ketakutannya.
Vania tercengang.
DIANA (CONT’D)
Van.. Kamu juga harus tau satu hal. Saat kamu dirawat dulu, setiap hari Rizal datang jenguk kamu di RSJ. Padahal, kan, dulu kamu pernah bilang, kalo Rizal tidak pernah mau datang ke RSJ. Tapi saat kamu di sana, setiap hari Rizal jenguk kamu.
VANIA
Mbak Di serius?
Diana mengangguk.
VANIA (CONT’D)
Tapi, kenapa Vania nggak pernah liat Mas Rizal?
DIANA
Itu karna.. Budhe Amih ngelarang Rizal ketemu sama kamu.
VANIA
(Terkejut) Ha? Budhe?
DIANA
Iya, Van. Budhe nggak pernah ngizinin Rizal ketemu sama kamu. Budhe bahkan nyuruh Rizal buat nyerain kamu.
Vania sangat terkejut. Ia tercengang sambil memegang dada.
DIANA (CONT’D)
Van.. Mbak nggak mau, kamu nantinya menyesal. Coba kamu pertimbangkan lagi keputusan kamu. Rizal sudah berusaha yang terbaik untuk menerima dan memahami kamu.
Vania berpikir beberapa saat.
DIANA (CONT’D)
Van.. Jangan bohongi perasaan kamu. Mbak Di tau, kamu masih cinta sama Rizal.
Vania hanya diam.
DIANA (CONT’D)
Van.. Kalo emang kamu berniat balikan sama Rizal, kamu harus cepat, Van. Rizal hari ini mau pergi.
Vania terkejut.
VANIA
Mas Rizal mau pergi kemana, Mbak?
DIANA
Mbak Di nggak tau, Van. Rizal nggak bilang apa-apa.
Vania panik. Ia memegang tangan Diana.
VANIA
Mbak Di.. anterin Vania ke tempat Mas Rizal sekarang.
Diana mengangguk.
VANIA (CONT’D)
Vania ngambil barang ke dalam dulu, Mbak.
DIANA
Iya, Van.
INT. KANTOR PENGACARA – DAY
Vania buru-buru mengambil tas dan berkasnya. Abimanyu heran melihat Vania.
ABIMANYU
(Teriak) Kamu mau kemana, Van?
Vania mengabaikan teriakan Abimanyu. Ia berlari keluar.
EXT. HALAMAN PERUMAHAN – DAY
Mobil Danang berhenti. Vania segera berlari menuju rumah Rizal. Vania berhenti saat melihat tulisan “Dijual” di taman rumah Rizal. Ia terkejut. Vania sesikit berlari ke rumah Rizal. Danang dan Diana menyusul di belakang.
Vania mencoba membuka pintu rumah Rizal. Namun, ia tidak bisa. Rumah itu terkunci. Vania menoleh pada Diana dengan wajah panik.
VANIA
Mbak Di.. ini gimana?
Danang dan Diana mendekat. Danang mencoba membuka pintu.
DANANG
Terkunci, Ay. Jangan-jangan Rizal sudah pergi.
Vania terkejut. Ia mulai menangis.
VANIA
Huhuhu.. Mas Rizal.. Huhu.. Mas Rizal.. Huhu..
Vania menangis tersedu sampai terduduk. Diana mencoba menenangkan Vania.
Sebuah mobil berhenti di depan rumah Rizal. Rizal turun dan berjalan masuk. Ia terkejut melihat kedatangan Danang dan Diana. Rizal terus berjalan mendekat.
Danang melihat Rizal datang. Ia segera menepuk pelan bahu Diana. Diana menoleh. Danang menunjuk ke arah Rizal. Diana mengikuti arah telunjuk Danang. Ia terkejut. Diana lalu berdiri menjauh. Rizal menggernyit melihat Vania duduk menangis di depan pintunya. Rizal awalnya tidak menyadari kalo itu Vania.
VANIA
Huhu.. Mas Rizal.. Kamu dimana, Mas.. Huhu.. Vania nyesel, Mas.. Maafin Vania, Mas.. Huhu..
Rizal terkejut mmendengarnya. Ia kemudian menoleh pada Danang dengan ekspresi (Ini beneran Vania?). Danang mengangguk. Rizal tersenyum.
VANIA
Huhuhu.. Mas Rizal.. Huhu..
RIZAL
Ada apa, Van?
Vania diam. Ia kemudian menoleh. Vania membelalakkan mata, terkejut melihat Rizal.
VANIA
(Histeris) Mas Rizal!
Rizal tersenyum. Vania berdiri kemudian memeluk Rizal.
VANIA
Maafin Vania ya, Mas. Vania sudah egois.
RIZAL
Iya. Saya juga minta maaf, ya. Udah sering nyakitin kamu.
Vania mengangguk, lalu melepaskan pelukan. Vania mengusap bekas air matanya.
RIZAL (CONT’D)
(Dengan hati-hati) Ini kita balikan, kan, Van?
Vania mengangguk. Rizal tersenyum lega. Danang dan Diana juga ikut merasa senang.
VANIA
Mas..
Rizal menatap Vania dalam.
VANIA (CONT’D)
Vania sayang sama Mas..
Vania tersenyum malu-malu.
RIZAL
Saya juga sayang sama kamu.
DIANA
Ehem.. Yang, kayaknya ada yang lagi kasmaran, nih.
Rizal dan Vania menoleh pada Diana.
DANANG
Husstt.. Kamu ngerusak suasana aja, Ay.
Diana melotot. Rizal dan Vania tertawa.
RIZAL
Saya ada sesuatu buat kamu, Van.
VANIA
Apa, Mas?
Rizal mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya. Sebuah sticky notes yang terlipat rapi. Ia lalu memberikannya pada Vania.
VANIA (CONT’D)
Apa ini, Mas?
RIZAL
Kamu buka aja.
Vania lalu membuka sticky notes tersebut. Ia kemudian tersenyum.
VANIA
Mas Rizal bener..
(CU) Stiky notes dengan tulisan “Pernikahan itu saling melengkapi, bukan menuntut pasangan untuk lebih. Pernikahan itu saling menerima, bukan menuntut pasangan untuk sempurna”.
CUT TO BLACK